My Teacher I Love You
POV Indira
Namaku Indira Dwi Diandra,usia 16 tahun. Putri kedua dari Benny Mahendra, dan Diana Anjani. Aku mempunyai saudara laki-laki, Faisal Andra Mahendra, 28 tahun, dan juga Adam Mahendra 14 tahun.
Selain keluarga, perkenalkan lagi tiga teman-temanku. Alin, Gea dan Hanna, itulah namanya. Kami berempat duduk di kelas dua SMA . Bersyukur mempunyai teman yang baik yang selalu setia mau suka dan duka.
****
Sebuah keluarga yang dimana memiliki tiga orang anak, yaitu keluarga pak Benny Mahendra dan Bu Diana Anjani. Mereka mempunyai putra dan putri yang selalu ada saja kelakuan yang di tunjukkan membuat kedua orang tuanya terkejut, bahkan hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Anak sulung dan bungsunya, senang sekali membuat saudara perempuannya selalu dibuat kesal. Terkadang dengan ulah mereka, membuat tekanan darah Mama Diana naik.
Contoh nya hari ini.
Matahari sudah menampakkan dirinya, jam pun sudah menunjukkan pukul enam pagi. Dengan kesabaran ekstra Mama Diana membangunkan putri semata wayangnya untuk sekolah.
"Indira bangun dong nak ! sudah jam 6 sayang, nanti kamu terlambat loh ke sekolah!" Mama Diana membangunkan putrinya.
Mama Diana pun membuka gorden kamar Indira, agar cahaya matahari pun masuk menerangi ruangan tersebut.
"Aaahh ... Mama Dira baru tidur setelah shalat subuh tadi, sedikit lagi ya Ma, aku bangun nya," rengek Dira
"Ck.! Tidak bisa kamu harus bangun sekarang, nanti kamu kesiangan Dira!" Sambil menarik selimut yang menutupi tubuhnya Indira.
Matanya pun sedikit terbuka dengan sayup, dan terbangun dengan bibir majunya. Mama Diana pun tersenyum melihat putri nya yang memanyunkan bibirnya.
"Iya, ini aku bangun Mah. Yasudah aku mandi dulu mah," Mama Diana mengangguk kan kepalanya.
Kini di meja makan, sudah ada papa Benny, mama Diana, Adam dan kak Faisal. Mereka semua kini sedang menikmati sarapan pagi bersama,datanglah Indira dengan tergesa-gesa.
"Huufhh.! Maaf aku telat, dan baru gabung,"
"Kebiasaan bangun tidurnya siang terus, seharusnya kamu itu sebagai anak perempuan bantuin mamah dong! ini baru bangun, anak perawan macam apa seperti ini," ucap Faisal, mencoba meledek adiknya.
"Tau nih kakak, males banget si jadi anak perempuan," timpal Adam mencoba membantu sang kakak.
"Apaan si kalian, bisanya keroyokan." Indira menatap kedua saudaranya dengan tatapan marah. "Pah ... Lihat tuh putra-putra papah, semuanya nyebelin."
Papa Benny hanya bisa tersenyum, melihat putri kesayangannya merengek karena diledek oleh saudara laki-lakinya.
Begitu pun juga mamah Diana yang hanya menggelengkan kepala saja melihat ketiga anaknya yang selalu drama di pagi hari.
"Sudah sudah jangan berdebat di sini gak baik. Sekarang kalian lanjutin makan nya!" Mama Diana menengahi ketiga anaknya.
Weee.! Indira menjulurkan lidahnya, meledek kakak dan adiknya. Sedangkan Faisal hanya tersenyum melihat Indira seperti itu.
Selesai sarapan, Indira dan Adam berangkat menggunakan motor matic. Sedangkan Faisal berangkat kerja menggunakan motor Ninja Hatori.
Hanya mama Diana dan papa Benny, melihat ke tiga anaknya yang sudah berangkat.
"Ada saja Mah, anak anak yang di ributkan. Setiap hari ada saja peperangan di rumah ini?"
"Kamu yang kerja hanya melihat keributan pagi dan malam saja kamu sudah pusing. Coba aku Pah, dari pagi sampai malam. Selalu saja melihat perdebatan mereka. sepanjang hari." Gerutu mamah Diana.
Dan itu membuat papa Benny tertawa.
"Iya ya, apalagi kamu Mah, pasti sangat pusing ya?"
"Banget Pah, apalagi putrimu itu, dia yang paling rame dari pagi sampai malam. Mereka bertiga setiap sarapan selalu bertengkar, pagi dengan adiknya, malam dengan kakaknya, setiap hari ada saja bahan untuk mengganggu Indira. Ampun dah Pah aku sama anak-anak." Sambil memegangi kepalanya
"Hahaha! Sabar mah, hanya itu yang bisa papah katakan. Karena jika mereka sudah memiliki keluarga nanti, kita sendiri yang akan merindukan saat-saat seperti ini. Jadi sekarang kita puas-puasin melihat momen momen mereka seperti tadi. Apalagi putrimu itu, kalau tidak ada dia di rumah ini, suasana akan berubah menjadi sepi. Lihat saja dari sekarang, kalau dia lagi keluar kumpul dengan teman-temannya. Suasana sepi, si Adam pun merasa jenuh karena tidak ada teman untuk di jahili. Nah kalau si Faisal, dia memang suka sekali bikin kesal adiknya. Coba kalau Indira lagi nginep dirumahnya Hanna atau teman yang lainnya. Faisal merasa kesepian, mangkanya kalau tidak ada adiknya pasti dia keluar kumpul dengan teman temannya." Mama Diana membenarkan apa yang di katakan suaminya.
"Iya Pah, benar yang kamu katakan, jika tidak ada Indira rumah terasa sepi. Kadang anak itu bikin gemes, kadang bikin aku naik darah." Mama Diana pun tersenyum saat mengingat putri nya. "Loh papah tidak berangkat ke toko?"
"Papah ke toko nya agak siangan saja mah. Yuk kita masuk!" Ajak papa Benny, dan di angguki oleh mama Diana.
🍃
🍃
🍃
🍃
Indira bersekolah SMA Puspita Pertiwi. Dimana tempat itu adalah sekolah favorit dengan gedung sekolah yang cukup luas.
Seperti hari ini, Indira berlari dari parkiran motor sampai ruang kelasnya. Yang di mana ruang kelas Indira berada di lantai dua.
Nafas Indira terengah-engah, saat dilihat ruangannya belum ada guru, Indira merasa lega. Indira pun akhirnya berjalan dengan santai dan duduk di bangku miliknya.
Alin, Gea dan Hanna melihat Indira hanya tersenyum.
"Kenapa lo?" tanya Gea.
"Cape banget gue, bayangin dari parkiran motor, gue lari nyampe sini,"
"Sebentar gue bayangin, eeemmm ...." Sambil berlaga membayangkan. "Gak ah, biasa aja, cuma bayangin doang kan. Hahahah.!" Alin tertawa terbahak-bahak.
"Ck.! Jangan ketawa, gak lucu tau gak." Omel Indira.
"Cie cie ngambek aja sih, anak mama," goda Alin kembali.
Alhasil membuat Gea dan Hanna pun ikut tertawa, melihat Indira terlihat kesal.
"Sudah aah Lin, Dira jangan di bikin kesal mulu!" Hanna mencoba menghibur Indira.
"Iya iya, sorry, lagian pagi-pagi udah kesel aja si Dir?"
"Semua itu karena adik, dan kaka gue. Nyebelin banget, bikin gue kesel pagi-pagi,"
"Kenapa lagi si ka Ical, kalau gue bilang ya ka Ical itu gak nyebelin deh. Tapi gemesin, tau gak si!" Timpal Hanna dengan wajah yang di buat buat.
Indira melihat ekspresi wajah Hanna, Indira pun memutar kedua bola matanya karena jengah.
Sedangkan Alin dan Gea tertawa melihat tingkah Hanna, yang terlihat lebay ketika mendengar nama Faisal. Saat sedang tertawa, tiba-tiba datang seorang guru matematika. Guru laki laki yang di nilai galak, memperlihatkan wajah garangnya.
"Selamat pagi anak-anak," sapa guru itu.
"Pagi pak," jawab serentak seluruh murid.
"Baik, sekarang kita mulai saja ya. Kita lanjutkan pelajaran yang kemarin itu. Sekalian kumpulkan tugas yang kemarin saya berikan!"
Para murid pun mengeluarkan buku dari dalam tasnya. Lalu mengumpulkan tugas nya di atas meja. Indira masih mencari cari bukunya, namun raut wajah Indira seketika berubah menjadi tegang.
"Aduh gawat ini, kenapa bisa gak kebawa sih." Geram Indira.
Membuat teman-teman nya mendengar nya, lalu menoleh kearah Indira.
"Dira ada apa?" bisik Gea yang duduk di bangku sebelah nya.
"Buku tugas gue gak kebawa. Mam*us dah nih gue, alamat di hukum lagi sama pak Dedy." Indira merasa khawatir.
"Tapi elo kerjain kan tuh tugas?" tanya Gea.
"Udah gue kerjain, bareng Hanna. Ya kalau begini mau gimana lagi, terima nasib aja guys,"
Pak Dedy pun mendengar percakapan empat muridnya itu.
"Jika tidak ada yang membawa tugas saya silahkan keluar, dan meninggalkan pelajaran saya!" Indira pun berdiri. "kamu kenapa?"
"Buku tugas saya tertinggal di rumah pak,"
Pak Dedy menatap Indira dengan tatapan tajam.
"Silahkan kamu tinggalkan pelajaran saya, sampai jam pelajaran selesai. Dan kamu dihukum lari mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali putaran, sekarang keluar dari ruangan ini!"
Tanpa banyak bicara, Indira pun berjalan keluar kelas. Setelah sampai lapangan, Indira pun berlari seperti apa yang diperintahkan pak Dedy. Saat berlari 1 putaran, terdengar suara berteriak memanggil nama Indira.
"Dira ..." Saat Indira menoleh ternyata suara tiga temannya. Dira berhenti berlari, dengan nafasnya yang tersengal-sengal karena rasa lelahnya.
"Kalian ngapain di sini? bukannya kalian mengerjakan tugas pak Dedy?"
"Kita ikut elo dong. Masa elo dihukum, kita asik-asikkan duduk di kelas. Biar kita sama-sama merasakan Dir," kata Alin merangkul pundak Indira.
"Yupz betul, tidak mungkin kita diam-diam di kelas. Sedangkan kamu sendiri panas-panasan di lapangan," timpal Gea, dan di angguki oleh Hanna.
Indira tersenyum, merasa terharu dengan teman temannya, yang rela ikutan di hukum demi temannya.
"Ya ampun kalian Sweet banget si sama gue,"
"Udah jangan lebay deh Dir, jangan sampai kita tarik lagi nih niat baik kita, karena ngeliat lo terlalu lebay!"
Prrriiit ... Terdengar suara Priwitan yang di tiup dari pak Dedy, sebagai bentuk peringatan.
"Sudah-sudah kita lari yuk! liat tuh guru killer udah ngawasin kita dari sana," kata Gea sambil matanya menatap guru yang sedang memperhatikan.
Akhirnya ke empat anak murid perempuan yang saling bersahabat, berlari memutar lapangan di sekolah. Mereka menjadi pusat perhatian seluruh murid yang melihatnya.
Tokoh utama.
Indira
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Assalamualaikum semua, ini karyaku yang berikutnya. Semoga kalian suka dengan cerita di dalamnya. Selamat membaca!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Pupu Syarifudin
menarik
2023-05-23
0