NovelToon NovelToon

My Teacher I Love You

Perkenalan Tokoh Cerita

POV Indira

Namaku Indira Dwi Diandra,usia 16 tahun. Putri kedua dari Benny Mahendra, dan Diana Anjani. Aku mempunyai saudara laki-laki, Faisal Andra Mahendra, 28 tahun, dan juga Adam Mahendra 14 tahun.

Selain keluarga, perkenalkan lagi tiga teman-temanku. Alin, Gea dan Hanna, itulah namanya. Kami berempat duduk di kelas dua SMA . Bersyukur mempunyai teman yang baik yang selalu setia mau suka dan duka.

****

Sebuah keluarga yang dimana memiliki tiga orang anak, yaitu keluarga pak Benny Mahendra dan Bu Diana Anjani. Mereka mempunyai putra dan putri yang selalu ada saja kelakuan yang di tunjukkan membuat kedua orang tuanya terkejut, bahkan hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Anak sulung dan bungsunya, senang sekali membuat saudara perempuannya selalu dibuat kesal. Terkadang dengan ulah mereka, membuat tekanan darah Mama Diana naik.

Contoh nya hari ini.

Matahari sudah menampakkan dirinya, jam pun sudah menunjukkan pukul enam pagi. Dengan kesabaran ekstra Mama Diana membangunkan putri semata wayangnya untuk sekolah.

"Indira bangun dong nak ! sudah jam 6 sayang, nanti kamu terlambat loh ke sekolah!" Mama Diana membangunkan putrinya.

Mama Diana pun membuka gorden kamar Indira, agar cahaya matahari pun masuk menerangi ruangan tersebut.

"Aaahh ... Mama Dira baru tidur setelah shalat subuh tadi, sedikit lagi ya Ma, aku bangun nya," rengek Dira

"Ck.! Tidak bisa kamu harus bangun sekarang, nanti kamu kesiangan Dira!" Sambil menarik selimut yang menutupi tubuhnya Indira.

Matanya pun sedikit terbuka dengan sayup, dan terbangun dengan bibir majunya. Mama Diana pun tersenyum melihat putri nya yang memanyunkan bibirnya.

"Iya, ini aku bangun Mah. Yasudah aku mandi dulu mah," Mama Diana mengangguk kan kepalanya.

Kini di meja makan, sudah ada papa Benny, mama Diana, Adam dan kak Faisal. Mereka semua kini sedang menikmati sarapan pagi bersama,datanglah Indira dengan tergesa-gesa.

"Huufhh.! Maaf aku telat, dan baru gabung,"

"Kebiasaan bangun tidurnya siang terus, seharusnya kamu itu sebagai anak perempuan bantuin mamah dong! ini baru bangun, anak perawan macam apa seperti ini," ucap Faisal, mencoba meledek adiknya.

"Tau nih kakak, males banget si jadi anak perempuan," timpal Adam mencoba membantu sang kakak.

"Apaan si kalian, bisanya keroyokan." Indira menatap kedua saudaranya dengan tatapan marah. "Pah ... Lihat tuh putra-putra papah, semuanya nyebelin."

Papa Benny hanya bisa tersenyum, melihat putri kesayangannya merengek karena diledek oleh saudara laki-lakinya.

Begitu pun juga mamah Diana yang hanya menggelengkan kepala saja melihat ketiga anaknya yang selalu drama di pagi hari.

"Sudah sudah jangan berdebat di sini gak baik. Sekarang kalian lanjutin makan nya!" Mama Diana menengahi ketiga anaknya.

Weee.! Indira menjulurkan lidahnya, meledek kakak dan adiknya. Sedangkan Faisal hanya tersenyum melihat Indira seperti itu.

Selesai sarapan, Indira dan Adam berangkat menggunakan motor matic. Sedangkan Faisal berangkat kerja menggunakan motor Ninja Hatori.

Hanya mama Diana dan papa Benny, melihat ke tiga anaknya yang sudah berangkat.

"Ada saja Mah, anak anak yang di ributkan. Setiap hari ada saja peperangan di rumah ini?"

"Kamu yang kerja hanya melihat keributan pagi dan malam saja kamu sudah pusing. Coba aku Pah, dari pagi sampai malam. Selalu saja melihat perdebatan mereka. sepanjang hari." Gerutu mamah Diana.

Dan itu membuat papa Benny tertawa.

"Iya ya, apalagi kamu Mah, pasti sangat pusing ya?"

"Banget Pah, apalagi putrimu itu, dia yang paling rame dari pagi sampai malam. Mereka bertiga setiap sarapan selalu bertengkar, pagi dengan adiknya, malam dengan kakaknya, setiap hari ada saja bahan untuk mengganggu Indira. Ampun dah Pah aku sama anak-anak." Sambil memegangi kepalanya

"Hahaha! Sabar mah, hanya itu yang bisa papah katakan. Karena jika mereka sudah memiliki keluarga nanti, kita sendiri yang akan merindukan saat-saat seperti ini. Jadi sekarang kita puas-puasin melihat momen momen mereka seperti tadi. Apalagi putrimu itu, kalau tidak ada dia di rumah ini, suasana akan berubah menjadi sepi. Lihat saja dari sekarang, kalau dia lagi keluar kumpul dengan teman-temannya. Suasana sepi, si Adam pun merasa jenuh karena tidak ada teman untuk di jahili. Nah kalau si Faisal, dia memang suka sekali bikin kesal adiknya. Coba kalau Indira lagi nginep dirumahnya Hanna atau teman yang lainnya. Faisal merasa kesepian, mangkanya kalau tidak ada adiknya pasti dia keluar kumpul dengan teman temannya." Mama Diana membenarkan apa yang di katakan suaminya.

"Iya Pah, benar yang kamu katakan, jika tidak ada Indira rumah terasa sepi. Kadang anak itu bikin gemes, kadang bikin aku naik darah." Mama Diana pun tersenyum saat mengingat putri nya. "Loh papah tidak berangkat ke toko?"

"Papah ke toko nya agak siangan saja mah. Yuk kita masuk!" Ajak papa Benny, dan di angguki oleh mama Diana.

🍃

🍃

🍃

🍃

Indira bersekolah SMA Puspita Pertiwi. Dimana tempat itu adalah sekolah favorit dengan gedung sekolah yang cukup luas.

Seperti hari ini, Indira berlari dari parkiran motor sampai ruang kelasnya. Yang di mana ruang kelas Indira berada di lantai dua.

Nafas Indira terengah-engah, saat dilihat ruangannya belum ada guru, Indira merasa lega. Indira pun akhirnya berjalan dengan santai dan duduk di bangku miliknya.

Alin, Gea dan Hanna melihat Indira hanya tersenyum.

"Kenapa lo?" tanya Gea.

"Cape banget gue, bayangin dari parkiran motor, gue lari nyampe sini,"

"Sebentar gue bayangin, eeemmm ...." Sambil berlaga membayangkan. "Gak ah, biasa aja, cuma bayangin doang kan. Hahahah.!" Alin tertawa terbahak-bahak.

"Ck.! Jangan ketawa, gak lucu tau gak." Omel Indira.

"Cie cie ngambek aja sih, anak mama," goda Alin kembali.

Alhasil membuat Gea dan Hanna pun ikut tertawa, melihat Indira terlihat kesal.

"Sudah aah Lin, Dira jangan di bikin kesal mulu!" Hanna mencoba menghibur Indira.

"Iya iya, sorry, lagian pagi-pagi udah kesel aja si Dir?"

"Semua itu karena adik, dan kaka gue. Nyebelin banget, bikin gue kesel pagi-pagi,"

"Kenapa lagi si ka Ical, kalau gue bilang ya ka Ical itu gak nyebelin deh. Tapi gemesin, tau gak si!" Timpal Hanna dengan wajah yang di buat buat.

Indira melihat ekspresi wajah Hanna, Indira pun memutar kedua bola matanya karena jengah.

Sedangkan Alin dan Gea tertawa melihat tingkah Hanna, yang terlihat lebay ketika mendengar nama Faisal. Saat sedang tertawa, tiba-tiba datang seorang guru matematika. Guru laki laki yang di nilai galak, memperlihatkan wajah garangnya.

"Selamat pagi anak-anak," sapa guru itu.

"Pagi pak," jawab serentak seluruh murid.

"Baik, sekarang kita mulai saja ya. Kita lanjutkan pelajaran yang kemarin itu. Sekalian kumpulkan tugas yang kemarin saya berikan!"

Para murid pun mengeluarkan buku dari dalam tasnya. Lalu mengumpulkan tugas nya di atas meja. Indira masih mencari cari bukunya, namun raut wajah Indira seketika berubah menjadi tegang.

"Aduh gawat ini, kenapa bisa gak kebawa sih." Geram Indira.

Membuat teman-teman nya mendengar nya, lalu menoleh kearah Indira.

"Dira ada apa?" bisik Gea yang duduk di bangku sebelah nya.

"Buku tugas gue gak kebawa. Mam*us dah nih gue, alamat di hukum lagi sama pak Dedy." Indira merasa khawatir.

"Tapi elo kerjain kan tuh tugas?" tanya Gea.

"Udah gue kerjain, bareng Hanna. Ya kalau begini mau gimana lagi, terima nasib aja guys,"

Pak Dedy pun mendengar percakapan empat muridnya itu.

"Jika tidak ada yang membawa tugas saya silahkan keluar, dan meninggalkan pelajaran saya!" Indira pun berdiri. "kamu kenapa?"

"Buku tugas saya tertinggal di rumah pak,"

Pak Dedy menatap Indira dengan tatapan tajam.

"Silahkan kamu tinggalkan pelajaran saya, sampai jam pelajaran selesai. Dan kamu dihukum lari mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali putaran, sekarang keluar dari ruangan ini!"

Tanpa banyak bicara, Indira pun berjalan keluar kelas. Setelah sampai lapangan, Indira pun berlari seperti apa yang diperintahkan pak Dedy. Saat berlari 1 putaran, terdengar suara berteriak memanggil nama Indira.

"Dira ..." Saat Indira menoleh ternyata suara tiga temannya. Dira berhenti berlari, dengan nafasnya yang tersengal-sengal karena rasa lelahnya.

"Kalian ngapain di sini? bukannya kalian mengerjakan tugas pak Dedy?"

"Kita ikut elo dong. Masa elo dihukum, kita asik-asikkan duduk di kelas. Biar kita sama-sama merasakan Dir," kata Alin merangkul pundak Indira.

"Yupz betul, tidak mungkin kita diam-diam di kelas. Sedangkan kamu sendiri panas-panasan di lapangan," timpal Gea, dan di angguki oleh Hanna.

Indira tersenyum, merasa terharu dengan teman temannya, yang rela ikutan di hukum demi temannya.

"Ya ampun kalian Sweet banget si sama gue,"

"Udah jangan lebay deh Dir, jangan sampai kita tarik lagi nih niat baik kita, karena ngeliat lo terlalu lebay!"

Prrriiit ... Terdengar suara Priwitan yang di tiup dari pak Dedy, sebagai bentuk peringatan.

"Sudah-sudah kita lari yuk! liat tuh guru killer udah ngawasin kita dari sana," kata Gea sambil matanya menatap guru yang sedang memperhatikan.

Akhirnya ke empat anak murid perempuan yang saling bersahabat, berlari memutar lapangan di sekolah. Mereka menjadi pusat perhatian seluruh murid yang melihatnya.

Tokoh utama.

Indira

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Assalamualaikum semua, ini karyaku yang berikutnya. Semoga kalian suka dengan cerita di dalamnya. Selamat membaca!!

Menabrak seseorang

Akhirnya ke empat anak murid perempuan yang saling bersahabat, berlari memutar lapangan di sekolah. Mereka menjadi pusat perhatian seluruh murid yang melihatnya.

Setelah memutar lapang sepuluh kali, Indira dan teman temannya pun beristirahat di bawah pohon dekat lapangan.

"Gila bener, rasanya nih kaki kaki gue, kaya mau copot dari tempat nya." Kata Gea memegangi kakinya.

"Iya betul, nafas gue sampe Senin Kamis. hosh hosh hosh ..." Hanna dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Lagian kalian ngapain coba ngikutin gue, dihukum segala. Kalian semua 'kan mengerjakan tugas dari pak Dedy, kenapa ikutan gue, jadinya begini." Indira pun terlihat lelah, tapi dirinya juga tak tega melihat teman-temannya.

"Santai aja apa Dir! kita sama-sama di hukumnya. Kalau elo doang yang di hukum, gak asyik, lebih seru kalau bareng-bareng kaya gini 'kan asyik, Ya kan guys?" tanya Alin yang di angguki oleh Hanna dan Gea.

"Yupz! betul banget yang di bilang Alin. Santai aja, kita cape dan haus mah biasa. Kita tinggal ke kantin aja, iya gak teman-teman?" jawab Gea yang di angguki oleh Alin dan Hanna.

"Waah benar-benar kalian sakit ya! Kalau emang kaya gitu, ayo dah kita ke kantin, hahaha .... " ucap Indira yang penuh semangat 45.

Semuanya pun ikut tertawa, dan berdiri. Mereka jalan bersama menuju kantin untuk membeli minuman. Setelah sampai kantin. Indira dan teman-temannya memesan minuman di kantin bu Kokom.

Saat sudah berada di kantin, mereka mencari tempat duduk.

"Bu Kokom," panggil Alin.

"Ya neng Alin, ada apa? ko kalian semuanya di sini, memangnya gak belajar neng?"

"Tidak Bu, kita sedang cuti belajar. Hihihi ...." Jawab Alin. "Eehh kalian mau pesan apa? mumpung Bu Kokom kesini,"

"Cuti belajar gimana si neng, ' Kan baru masuk tiga puluh menit yang lalu?" tanya bu Kokom yang belum paham maksud dari ucapan Alin.

Indira dan temannya hanya cekikikan, melihat bu Kokom ke bingungan.

"Kalian orang tua nanya serius, jawab nya ko bercanda! Maafin teman teman Dira ya Bu." Kata Indira, Indira pun tersenyum dan menjawabnya. "Bu Kokom, kami ini habis di hukum, muterin lapangan karena tidak mengerjakan tugas. Sebenarnya bukan mereka, hanya saya saja, tapi mereka ikutan gak ngumpulin tugas, akhirnya ikutan kena deh! mangkanya kami kesini tenggorokan terasa haus."

"Oooh gitu ya neng Dira? kalian habis di hukum, kasian banget si kalian. Yasudah kalian mau pesan apa nih?"

"Kami pesan es jeruk empat ya Bu!" kata Gea.

"Semuanya es jeruk nih neng?" tanya Bu Kokom untuk memastikan lagi.

"Iya Bu Kokom yang cantik," goda Gea, membuat Bu Kokom tersenyum. Indira, Alin Gea dan Hanna pun tertawa.

Setelah minuman nya pun sudah jadi dan diantar. Indira dan teman temannya kini menikmati minuman nya.

"Eehh... Kalian kemarin dengar gak,? Kalau pak Alamsyah, guru olahraga kita sudah mengundurkan diri. Dan kata nya, guru nya mau di ganti sama yang lebih muda guys." Alin membuka obrolannya

"Masa sih, jadi pak Alamsyah beneran mengundurkan diri ya? sayang banget loh, padahal asyik," Hanna pun juga tak mau kalah kepo nya.

"Kalian tuh salah informasi! yang betul itu, pak Alamsyah minta cuti, untuk pengobatan ibunya," ucap Gea.

"Masa si Ge? ko elo tau, kalau pak Alamsyah cuti untuk pengobatan ibunya?" Hanna pun kembali kepo.

"Ya tau lah, kalian lupa ya. Kalau kakek gue, kan pemilik sekolah ini."

"Kenapa kita lupa ya, kalau si Gea cucunya pak hartawan, pemilik sekolah ini," Timpal Alin.

"Apa pak Alamsyah akan balik ngajar di sini lagi Ge?" tanya Hanna.

"Maybe yes, maybe not?" Gea menaikkan kedua bahunya. "Kata bokap gue, ada guru baru yang akan mengajar di sini, gantikan pak Alamsyah,"

"Masa si, elo tau gak siapa guru nya?" tanya Indira, Gea hanya menaikkan kedua bahunya saja.

Teeeeeeettttt .....

Terdengar bunyi bel, tanda jam pelajaran sudah berganti. Indira, Gea, Hanna dan Alin, kini sudah berada di dalam kelas. Pelajaran berikutnya semua murid murid belajar dengan tenang, dan mengerjakan tugasnya seperti biasa.

Di saat pelajaran ketiga selesai, di mana waktu yang di nantikan seluruh murid untuk istirahat. Seluruh anak-anak mendatangi kantin, membeli makanan. Ada bakso, mie ayam, Indomie, dan jajanan minuman. Semuanya di jual murah, untuk yang bersekolah di sana.

Kini Indira dan teman-temannya sedang menikmati makannya, di mana diatas meja mereka ada bakso dan mie ayam. Di saat itu juga datang lah Aldo, dan temannya.

Aldo Syarif dia murid kelas tiga, pria yang memiliki hubungan dengan Indira. Dia mempunyai dua teman yang bernama Dika dan Tyo, kemanapun mereka selalu bertiga, kecuali ke toilet dan ke rumah. Mereka pun pulang kerumahnya masing-masing.

Next.

"Hai semuanya," sapa Aldo

"Hai juga Do," sapa Indira dan teman temannya.

"Boleh ikut gabung kan?" ucap Aldo yang sudah duduk di samping Indira.

"Tanpa lo izin, elo udah duduk di samping Dira," jawab Gea dengan ketus.

Aldo tidak menanggapi ucapannya, justru Aldo hanya tersenyum mendengar. Gea hanya dapat kode dari Alin untuk tidak melanjutkan kata-katanya.

"Ooh iya, tadi aku liat kamu dan teman-temanmu dihukum ya?" Indira mengangguk. "Ko bisa kalian dihukum, memangnya kenapa?"

"Buku tugas ku ketinggalan di rumah, aku tidak bawa. Padahal aku sudah beresin loh semalam, pakai ketinggalan segala. Nyebelin banget tau gak sih Do! jadinya aku kena hukuman lari mengelilingi lapangan," kata Dira dengan mengadu ke Aldo

"Uuuhhh! kasian nya pacar aku." kata Aldo sambil menyentuh pipinya Indira.

Mendengar Aldo mengatakan seperti itu kepada Indira. Gea yang mendengar hanya mencebikkan bibirnya ke arah lain.

Sedangkan Alin yang melihatnya hanya terkekeh geli. Hanna yang tak mengerti melihat Alin dan Gea terkekeh hanya hanya bisa menggaruk kepalanya saja yang tak gatal.

Kini Aldo dan Indira berada di halaman sekolah, sedang duduk di teras sekolah.

"Yank ... kita jalan yuk sehabis pulang sekolah!" Ajak Aldo.

"Eeemmmm ... Bagaimana ya ka, aku bareng adikku. Jadi aku tidak bisa kemana mana, Sorry! next time aja ya ka?" tanya Dira merasa tak enak hati.

Raut wajah Aldo menunjukkan wajah kekecewaan, Indira pun sebenarnya merasa tak tega.

"Kalau malam, apa kamu bisa? aku jemput kamu jam tujuh," pinta Aldo.

"Ka, kalau malam aku tidak bisa maaf. Soalnya ada papah ku, kalau sudah malam gak boleh." Lagi lagi Aldo kecewa mendengar penolakan Indira.

"Ck! Bisa nya kapan si Dir? susah banget si mau ngajak kamu jalan aja!" Aldo sedikit kesal.

"Ya ampun Do! kenapa kamu harus marah si,aku gak bisa keluar karena ada alasannya!" jawab Dira dengan kesal. "Aku juga ada tugas dari pak Toro, yang harus di selesaikan lusa! Seharusnya kamu bisa mengerti aku dong!" Aldo hanya diam, Indira semakin kesal dengan Aldo.

Indira pun berdiri dari duduknya. "Terserah lah, yang jelas aku tidak bisa jalan denganmu. Aku mau mengerjakan tugas kelompok lebih dulu, bagaimana pun aku ingin nilai sekolahku baik! Seperti nya memang tidak ada lagi yang harus dilakukan bicarakan, lebih baik aku kembali ke kelas,"

Tanpa banyak bicara, Indira langsung meninggalkan Aldo yang masih diam di tempat.

"Egois banget si," Dumel Indira sepanjang jalan menuju lorong sekolah. Karena Indira terus saja ngedumel dengan mata nya terus saja menunduk.

Tiba tiba saja Indira menabrak tubuh seseorang.

Buuuuggghhh ... aaww!

"Aduuh liat- liat ke kalau jalan, punya mata tuh di pake buat liat jalanan! Bukannya meleng jadi nabrak gue." Kata Indira yang terus nyerocos, Dira pun terkejut saat melihat di depannya seorang pria berwajah tampan, dengan gaya cool nya.

Indira tercengang dan diam mematung saat melihat pria tersebut. Dengan mulutnya yang menganga, membuat pria itu berusaha menahan senyumnya.

"Ekhem!" Pria itu berdehem. Indira pun tersadar, dan segera menutup mulutnya.

"Upz! Sorry, saya kira kamu murid sekolah disini, maaf banget ya!" Indira merasa tak enak hati.

Pria itu masih menatap nya tanpa ekspresi.

"Tidak masalah, jangan diulang lagi! Saya ingatkan kamu, gunanya mata itu untuk melihat, gunakan dengan benar! Satu lagi gunanya mulut itu untuk bicara dengan baik. Jangan gunakan mulutmu untuk ngedumel dan bicara tak jelas sendirian. Masuk kelas sana! sepuluh menit lagi masuk kelas, jangan berkeliaran di halaman sekolah." Setelah berbicara seperti itu, pria itu langsung pergi meninggalkan Indira yang masih diam mematung.

Indira menganga melihat pria itu berjalan tanpa rasa bersalah.

"Sombong banget si tuh orang! nyesel jadinya gue minta maaf tadi. Semuanya ini gara gara Aldo, kalau aja dia gak bikin gue kesel, gak mungkin gue nubruk tuh orang sombong." Indira pun menaiki anak tangga nya, menuju kelasnya yang berada di lantai dua.

Kejahilan Adam

"Sombong banget si tuh orang. Nyesel jadi nya gue minta maaf tadi. Semuanya ini gara gara Aldo, kalau aja dia gak bikin gue kesel, gak mungkin gue nubruk tuh orang sombong." Dengan menggerutu, Indira pun menaiki anak tangga nya, menuju kelasnya yang berada di lantai dua.

Indira terus nyerocos seorang diri selama menaiki anak tangga, dan menuju kelasnya. Akhirnya Indira sampai di kelas, dengan raut wajah yang tak dapat di mengerti oleh teman- temannya, kaki Indira duduk dengan wajah yang ditekuk.

"Ini bocah ngapa ya, dateng-dateng muka cemberut. Bukannya tadi elo abis mojok didekat halaman sekolah?" tanya Alin.

"Iya Dira, bukannya lo tadi seneng banget ya? Ketemu sama Arjuna lo di kantin tadi, terus. Kenapa sekarang tiba tiba muka lo ditekuk gitu, udah kaya kertas bungkus nasi uduk, jelek banget muka lo, kalau cemberut gitu," timpal Hanna, ngeledek Indira

"Palingan dia berantem lagi sama si gado gado, 'kan Dir? Heran deh, pacaran berantem mulu kayanya, kita itu tugasnya cuma sekolah, jangan ada pacaran segala, ujung-ujungnya bikin cape hati doang. Nantinya putus deh, udah putus nanti nyambung lagi. Udah kaya lagu aja,yang dinyanyiin sama grupnya Rafi Ahmad." Dumel Gea seperti ema-ema.

"Ya gue tau, tapi selain Aldo ada lagi orang yang bikin gue tambah kesel!"

"Siapa?" tanya Gea, dan Indira hanya menaikkan kedua bahunya.

"Tadi gue gak sengaja nabrak cowok dilorong kelas bawah, lalu gue minta maaf sama dia. Eeeh ... dia malah ceramahin gue, udah mukanya dingin banget, kaya es balok, terus dia main pergi begitu aja, ngeselin banget kan." Cerita Dira dengan wajah kesalnya.

"Murid sekolah sini bukan?" Indira menggelengkan kepalanya. "Terus siapa cowok itu?"

"Meneketehe ... gue juga baru liat, gimana mau kenal oneng." Jawab Indira dengan rasa kesalnya.

Saat mereka ingin melanjutkan obrolan, datanglah seorang guru perempuan untuk mengajar pelajaran selanjutnya.

"Selamat siang anak anak." Sapa guru perempuan yang bisa di panggil Bu Tiwi.

"Siang Bu,"

"Baik kalau begitu, kita mulai pelajaran kita ya. Sebelumnya ibu ingin bertanya, dikelas ini ada yang bisa bermain musik tidak?kalau ada, bisa angkat tangan kalian!"

Ada tiga murid laki-laki dan juga Alin yang mengangkat tangannya.

Bu Tiwi pun tersenyum saat melihat empat muridnya mengangkat tangan.

"Apa ada lagi yang bisa bermain alat musik?" tanya lagi dengan pandangan mata menuju arah Indira.

Indira pura-pura tidak melihat tatapan bu Tiwi. Namun tiba-tiba ada suara yang menyebutkan namanya.

"Indira juga bisa bu main gitar dan nyanyi." Ucap Alin, yang dapat tatapan tajam dari Indira, Yang di pelototi hanya tersenyum saat mendapatkan tatapan menyeramkan dari Indira.

"Indira," panggil bu Tiwi.

Indira pun segera menoleh ke arah yang memanggilnya, dengan senyuman manisnya.

"Iya Bu Tiwi,"

"Kenapa kamu hanya diam, saat saya tanya ada yang bisa bermain musik?"tanya Bu tiwi

"Iya bu saya hanya bisa sedikit bermain musik, maaf!" Bu Tiwi hanya menggelengkan kepalanya.

"Baik, di sini yang bisa bermain musik ada lima orang. Jadi kalian sudah pasti tau, kalau tiga bulan lagi di sekolah kita akan mengadakan acara. Jadi saya harap, kelas kita ini mempunyai kesempatan untuk mengisi acara nanti. Karena nantinya akan ada perform dari beberapa kelas di sekolah kita. Dan bukan hanya itu, perwakilan dari sekolah lain pun juga ada. Untuk mengisi acara di sini. Jadi saya harap, kalian bisa bekerja sama dengan baik untuk meramaikan acaranya. Karena di sekolah kita lah yang akan menjadi tuan rumah. Dan bukan hanya itu saja, setiap yang akan tampil, nanti akan di nilai oleh juri siapa yang terbaik. Dan pasti nya akan ada hadiah yang akan di berikan untuk pemenang. Ibu berharap kalian bisa menang, untuk sekolah kita. Bagaimana kalian mau kan mengisi acara ini.?"

"Iya bu." Jawab seluruh muridnya

"Baik ibu senang, ibu yakin sangat yakin, kalau kalian anak anak berbakat. Bu Tiwi pun tersenyum. "Baik kalau begitu kita mulai pelajaran kita ya. Coba kalian buka buku halaman 48 !" Dan Bu Tiwi melanjutkan dan menjelaskan pelajaran yang akan di pelajari.

Bel pelajaran pun berbunyi, tanda pelajaran pun berakhir. Waktunya murid-murid untuk pulang.

Sedangkan Indira dan teman temannya masih berada di dalam kelas. Karena mereka tidak suka jika keluar kelas dengan desak desakan.

"Dira, Alin! Jadi kita kapan mulai latihan nya?" tanya teman sekelas yang bernama Fauzi.

"Iya kapan kita latihannya. Oh iya? Dir, elo jadi vokalis ya!" pinta temannya lagi, yang bernama Imam.

"Gue?" Indira menunjuk dirinya sendiri.

"Iya elo, kan suara lo keren dan bagus Dir. Jadi elo aja yang jadi pentolan band nya."

"Gimana sih , masa pentolan nya cewek, memang kalian enggak malu tuh?" Sindir Indira.

"Malu, buat apa malu! Justru kita bangga kalau elo jadi pentolan band kita. Soalnya lo keren Dir." Ucap Fauzi dan di angguki oleh ke dua temannya.

"Gue juga setuju, apa yang di katakan Indra, imam dan Fauzi. Kalau elo yang jadi pentolan band kita." Timpal Alin

Hanna dan Geya pun mengangguk kan kepalanya, tanda setuju dengan usulan teman temannya.

"Oke kalau begit! kita latihan lusa aja bagaimana? Setahu gue ya, kalau besok gak akan bisa, soalnya kelas tiga yang pakai ruangan buat latihan. Lagian besok bukannya kalian juga harus latihan futsal, untuk sparing dengan sekolah lain?"

"Astaga! Iya betul lo Dir, kita harus latihan, sama kakak kelas. Ya udahlah lusa aja kita latihannya, kalau begitu kita cabut dulu ya ciwi-ciwi," ucap Indra.

"Kita juga mau balik nih! Yasudah sampai ketemu besok ya!" ucap Alin.

Akhirnya mereka pun keluar kelas bersama sama menuju parkiran motor. Mereka pun berjalan bersama di sertai tawa canda. Namun saat di parkiran, Indira melihat Aldo ingin mengeluarkan motor nya. Aldo terlihat cuek kepada Indira.

Alin Hanna dan Gea, pun melihat Aldo yang mencueki Indira. Indira pun tidak peduli dengan sikap Aldo yang cuekin dirinya.

"Dir, itu si onta Arab diemin elo. Jadi beneran kalian bertengkar lagi nih?" tanya Gea yang kepo.

Indira hanya menaikkan kedua bahunya.

"Ora urus Ge, biarin aja dia mau cuekin gue sampai kapan. Udah aah, gue mau cabut, kasian adik gue nungguin," Indira sudah berada di atas motor. "Guy's gue duluan ya."

"Iya Hati hati beb," Jawab Hanna.

Indira pun mengendarai motor nya untuk menjemput adiknya. Sekolah adiknya berada dekat sekolah, hanya di batasi masjid besar saja. Karena sekolah Indira dan Adam, masih satu pemilik nya.

Indira bisa melihat kalau adik nya menunggu di sebuah warung jajanan. Saat di lihat sebrang jalan, ternyata ada Aldo, sedang bersama teman temannya tak jauh dari Indira berada. Tatapan Aldo mengarah menatap Indira, namun Indira pura pura tidak peduli dengan Aldo.

"Adam ayo cepetan,"

"Iya ka sebentar lagi," dengan tergesa-gesa Adam pun menghampiri kakaknya. " Lama banget si ka, dari tadi aku udah nungguin,"

"Bawel! Tadi tuh kakak ada urusan untuk acara sekolah. Ya udah yuk kita pulang!" suruh Dira

"Ow gitu ka. Ya sudah kita pulang yuk! kakak yang bawa motor nya lagi ya!"

"Eeemmm!" Adam pun naik ke atas motor, duduk di belakang kakaknya.

Indira langsung mengendarai motor nya, tanpa memedulikan Aldo yang masih menatapnya.

Kini Indira dan Adam sudah berada di rumah, mereka pun makan siang bersama dengan papah dan mamah nya.

Selesai makan siang, mereka pun duduk di ruang keluarga, di mana Indira duduk di samping papah nya. Sedangkan Adam bersama mamah Diana.

"Mah liat deh ka Dira, dia lagi bete seperti nya,?" Adam sudah mulai aksinya untuk meledek kakaknya.

"Jangan so tau jadi bocil,"

"Yee jangan bilang bocil loh ya! Gini-gini murid ciwi-ciwi pada ngefans loh sama aku." ucap Adam dengan rasa percaya dirinya.

Indira hanya memutar kedua matanya merasa jengah mendengar adiknya yang terlalu percaya diri. Sedangkan kedua orang tua mereka hanya tersenyum mendengar putra nya bicara.

"Percaya diri kamu cukup bagus, tapi jangan berlebihan terlalu over gak baik,"

"Yah dia enggak percaya. Tau Sarah kan, teman aku yang suka manggil kakak. Dia itu mengakui kalau aku tuh ganteng nya kebangetan," kata Adam dengan pedenya.

"Ya ya ya! Kakak akui kamu memang ganteng." Ucap Indira berlaga seperti ingin muntah.

Papa Benny dan mama Diana hanya menggelengkan kepalanya melihat kedua anak nya terus aja saling berdebat.

"Udah aah! Pa, mah, aku masuk kamar dulu ya, mau belajar dulu."

"Iya sayang, selamat belajar ya nak." Ucap papa dan mama.

Indira pun berjalan menuju kamarnya. Setelah masuk kamar Indira melihat handphone nya. Ternyata terdapat banyak pesan dari grup Ceinis( Cewek imut dan manis).

wkwkwkwk... ada ya grup seperti itu. Ini hanya karangan author aja ya.

Selain pesan di grup, ada pula pesan dari Aldo.

Aldo : Dira, kamu lagi apa? sayang aku minta maaf ya, tadi sudah cuekin kamu,"

Begitulah isi pesan yang di kirimkan oleh Aldo.

"Maaf maaf, tapi di ulangi lagi. Dasar cowok egois."

Tanpa membalas pesan Aldo, Indira justru membalas pesan dari grup Ceinis nya. Yang artinya cewek imut dan manis.

Alin: Hallo guys, merapat Yoo.

Gea : Ngapain si Lin, gue mau bobo ciang🙂.

Hanna : Indira mana ya, adik ipar jawab dong sayang, hihihi....

Indira yang baca tekikik geli, melihat pesan dari Hanna.

Indira : Hai para penghuni grup, rame banget si. Ini lagi Cakapar berisik banget, gak tau ya, kita orang mau ngerjain tugas nih. Jangan sampai di hukum berjamaah lagi.

Alin : Hahahaha.... Di hukum berjamaah asyik tau, ngomong ngomong Cakapar itu apa Dir,?

Indira : Cakapar, calon kakak ipar. Itu pun kalau jadi, Hahahaha...

Begitu lah isinya pesan mereka, isi pesannya tidak berfaedah, hanya untuk sekedar seru seruan. Ada kalanya mereka menjalani dengan keseriusan, itu kalau lagi belajar dan ada masalah lainnya.

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!