Kejahilan Adam

"Sombong banget si tuh orang. Nyesel jadi nya gue minta maaf tadi. Semuanya ini gara gara Aldo, kalau aja dia gak bikin gue kesel, gak mungkin gue nubruk tuh orang sombong." Dengan menggerutu, Indira pun menaiki anak tangga nya, menuju kelasnya yang berada di lantai dua.

Indira terus nyerocos seorang diri selama menaiki anak tangga, dan menuju kelasnya. Akhirnya Indira sampai di kelas, dengan raut wajah yang tak dapat di mengerti oleh teman- temannya, kaki Indira duduk dengan wajah yang ditekuk.

"Ini bocah ngapa ya, dateng-dateng muka cemberut. Bukannya tadi elo abis mojok didekat halaman sekolah?" tanya Alin.

"Iya Dira, bukannya lo tadi seneng banget ya? Ketemu sama Arjuna lo di kantin tadi, terus. Kenapa sekarang tiba tiba muka lo ditekuk gitu, udah kaya kertas bungkus nasi uduk, jelek banget muka lo, kalau cemberut gitu," timpal Hanna, ngeledek Indira

"Palingan dia berantem lagi sama si gado gado, 'kan Dir? Heran deh, pacaran berantem mulu kayanya, kita itu tugasnya cuma sekolah, jangan ada pacaran segala, ujung-ujungnya bikin cape hati doang. Nantinya putus deh, udah putus nanti nyambung lagi. Udah kaya lagu aja,yang dinyanyiin sama grupnya Rafi Ahmad." Dumel Gea seperti ema-ema.

"Ya gue tau, tapi selain Aldo ada lagi orang yang bikin gue tambah kesel!"

"Siapa?" tanya Gea, dan Indira hanya menaikkan kedua bahunya.

"Tadi gue gak sengaja nabrak cowok dilorong kelas bawah, lalu gue minta maaf sama dia. Eeeh ... dia malah ceramahin gue, udah mukanya dingin banget, kaya es balok, terus dia main pergi begitu aja, ngeselin banget kan." Cerita Dira dengan wajah kesalnya.

"Murid sekolah sini bukan?" Indira menggelengkan kepalanya. "Terus siapa cowok itu?"

"Meneketehe ... gue juga baru liat, gimana mau kenal oneng." Jawab Indira dengan rasa kesalnya.

Saat mereka ingin melanjutkan obrolan, datanglah seorang guru perempuan untuk mengajar pelajaran selanjutnya.

"Selamat siang anak anak." Sapa guru perempuan yang bisa di panggil Bu Tiwi.

"Siang Bu,"

"Baik kalau begitu, kita mulai pelajaran kita ya. Sebelumnya ibu ingin bertanya, dikelas ini ada yang bisa bermain musik tidak?kalau ada, bisa angkat tangan kalian!"

Ada tiga murid laki-laki dan juga Alin yang mengangkat tangannya.

Bu Tiwi pun tersenyum saat melihat empat muridnya mengangkat tangan.

"Apa ada lagi yang bisa bermain alat musik?" tanya lagi dengan pandangan mata menuju arah Indira.

Indira pura-pura tidak melihat tatapan bu Tiwi. Namun tiba-tiba ada suara yang menyebutkan namanya.

"Indira juga bisa bu main gitar dan nyanyi." Ucap Alin, yang dapat tatapan tajam dari Indira, Yang di pelototi hanya tersenyum saat mendapatkan tatapan menyeramkan dari Indira.

"Indira," panggil bu Tiwi.

Indira pun segera menoleh ke arah yang memanggilnya, dengan senyuman manisnya.

"Iya Bu Tiwi,"

"Kenapa kamu hanya diam, saat saya tanya ada yang bisa bermain musik?"tanya Bu tiwi

"Iya bu saya hanya bisa sedikit bermain musik, maaf!" Bu Tiwi hanya menggelengkan kepalanya.

"Baik, di sini yang bisa bermain musik ada lima orang. Jadi kalian sudah pasti tau, kalau tiga bulan lagi di sekolah kita akan mengadakan acara. Jadi saya harap, kelas kita ini mempunyai kesempatan untuk mengisi acara nanti. Karena nantinya akan ada perform dari beberapa kelas di sekolah kita. Dan bukan hanya itu, perwakilan dari sekolah lain pun juga ada. Untuk mengisi acara di sini. Jadi saya harap, kalian bisa bekerja sama dengan baik untuk meramaikan acaranya. Karena di sekolah kita lah yang akan menjadi tuan rumah. Dan bukan hanya itu saja, setiap yang akan tampil, nanti akan di nilai oleh juri siapa yang terbaik. Dan pasti nya akan ada hadiah yang akan di berikan untuk pemenang. Ibu berharap kalian bisa menang, untuk sekolah kita. Bagaimana kalian mau kan mengisi acara ini.?"

"Iya bu." Jawab seluruh muridnya

"Baik ibu senang, ibu yakin sangat yakin, kalau kalian anak anak berbakat. Bu Tiwi pun tersenyum. "Baik kalau begitu kita mulai pelajaran kita ya. Coba kalian buka buku halaman 48 !" Dan Bu Tiwi melanjutkan dan menjelaskan pelajaran yang akan di pelajari.

Bel pelajaran pun berbunyi, tanda pelajaran pun berakhir. Waktunya murid-murid untuk pulang.

Sedangkan Indira dan teman temannya masih berada di dalam kelas. Karena mereka tidak suka jika keluar kelas dengan desak desakan.

"Dira, Alin! Jadi kita kapan mulai latihan nya?" tanya teman sekelas yang bernama Fauzi.

"Iya kapan kita latihannya. Oh iya? Dir, elo jadi vokalis ya!" pinta temannya lagi, yang bernama Imam.

"Gue?" Indira menunjuk dirinya sendiri.

"Iya elo, kan suara lo keren dan bagus Dir. Jadi elo aja yang jadi pentolan band nya."

"Gimana sih , masa pentolan nya cewek, memang kalian enggak malu tuh?" Sindir Indira.

"Malu, buat apa malu! Justru kita bangga kalau elo jadi pentolan band kita. Soalnya lo keren Dir." Ucap Fauzi dan di angguki oleh ke dua temannya.

"Gue juga setuju, apa yang di katakan Indra, imam dan Fauzi. Kalau elo yang jadi pentolan band kita." Timpal Alin

Hanna dan Geya pun mengangguk kan kepalanya, tanda setuju dengan usulan teman temannya.

"Oke kalau begit! kita latihan lusa aja bagaimana? Setahu gue ya, kalau besok gak akan bisa, soalnya kelas tiga yang pakai ruangan buat latihan. Lagian besok bukannya kalian juga harus latihan futsal, untuk sparing dengan sekolah lain?"

"Astaga! Iya betul lo Dir, kita harus latihan, sama kakak kelas. Ya udahlah lusa aja kita latihannya, kalau begitu kita cabut dulu ya ciwi-ciwi," ucap Indra.

"Kita juga mau balik nih! Yasudah sampai ketemu besok ya!" ucap Alin.

Akhirnya mereka pun keluar kelas bersama sama menuju parkiran motor. Mereka pun berjalan bersama di sertai tawa canda. Namun saat di parkiran, Indira melihat Aldo ingin mengeluarkan motor nya. Aldo terlihat cuek kepada Indira.

Alin Hanna dan Gea, pun melihat Aldo yang mencueki Indira. Indira pun tidak peduli dengan sikap Aldo yang cuekin dirinya.

"Dir, itu si onta Arab diemin elo. Jadi beneran kalian bertengkar lagi nih?" tanya Gea yang kepo.

Indira hanya menaikkan kedua bahunya.

"Ora urus Ge, biarin aja dia mau cuekin gue sampai kapan. Udah aah, gue mau cabut, kasian adik gue nungguin," Indira sudah berada di atas motor. "Guy's gue duluan ya."

"Iya Hati hati beb," Jawab Hanna.

Indira pun mengendarai motor nya untuk menjemput adiknya. Sekolah adiknya berada dekat sekolah, hanya di batasi masjid besar saja. Karena sekolah Indira dan Adam, masih satu pemilik nya.

Indira bisa melihat kalau adik nya menunggu di sebuah warung jajanan. Saat di lihat sebrang jalan, ternyata ada Aldo, sedang bersama teman temannya tak jauh dari Indira berada. Tatapan Aldo mengarah menatap Indira, namun Indira pura pura tidak peduli dengan Aldo.

"Adam ayo cepetan,"

"Iya ka sebentar lagi," dengan tergesa-gesa Adam pun menghampiri kakaknya. " Lama banget si ka, dari tadi aku udah nungguin,"

"Bawel! Tadi tuh kakak ada urusan untuk acara sekolah. Ya udah yuk kita pulang!" suruh Dira

"Ow gitu ka. Ya sudah kita pulang yuk! kakak yang bawa motor nya lagi ya!"

"Eeemmm!" Adam pun naik ke atas motor, duduk di belakang kakaknya.

Indira langsung mengendarai motor nya, tanpa memedulikan Aldo yang masih menatapnya.

Kini Indira dan Adam sudah berada di rumah, mereka pun makan siang bersama dengan papah dan mamah nya.

Selesai makan siang, mereka pun duduk di ruang keluarga, di mana Indira duduk di samping papah nya. Sedangkan Adam bersama mamah Diana.

"Mah liat deh ka Dira, dia lagi bete seperti nya,?" Adam sudah mulai aksinya untuk meledek kakaknya.

"Jangan so tau jadi bocil,"

"Yee jangan bilang bocil loh ya! Gini-gini murid ciwi-ciwi pada ngefans loh sama aku." ucap Adam dengan rasa percaya dirinya.

Indira hanya memutar kedua matanya merasa jengah mendengar adiknya yang terlalu percaya diri. Sedangkan kedua orang tua mereka hanya tersenyum mendengar putra nya bicara.

"Percaya diri kamu cukup bagus, tapi jangan berlebihan terlalu over gak baik,"

"Yah dia enggak percaya. Tau Sarah kan, teman aku yang suka manggil kakak. Dia itu mengakui kalau aku tuh ganteng nya kebangetan," kata Adam dengan pedenya.

"Ya ya ya! Kakak akui kamu memang ganteng." Ucap Indira berlaga seperti ingin muntah.

Papa Benny dan mama Diana hanya menggelengkan kepalanya melihat kedua anak nya terus aja saling berdebat.

"Udah aah! Pa, mah, aku masuk kamar dulu ya, mau belajar dulu."

"Iya sayang, selamat belajar ya nak." Ucap papa dan mama.

Indira pun berjalan menuju kamarnya. Setelah masuk kamar Indira melihat handphone nya. Ternyata terdapat banyak pesan dari grup Ceinis( Cewek imut dan manis).

wkwkwkwk... ada ya grup seperti itu. Ini hanya karangan author aja ya.

Selain pesan di grup, ada pula pesan dari Aldo.

Aldo : Dira, kamu lagi apa? sayang aku minta maaf ya, tadi sudah cuekin kamu,"

Begitulah isi pesan yang di kirimkan oleh Aldo.

"Maaf maaf, tapi di ulangi lagi. Dasar cowok egois."

Tanpa membalas pesan Aldo, Indira justru membalas pesan dari grup Ceinis nya. Yang artinya cewek imut dan manis.

Alin: Hallo guys, merapat Yoo.

Gea : Ngapain si Lin, gue mau bobo ciang🙂.

Hanna : Indira mana ya, adik ipar jawab dong sayang, hihihi....

Indira yang baca tekikik geli, melihat pesan dari Hanna.

Indira : Hai para penghuni grup, rame banget si. Ini lagi Cakapar berisik banget, gak tau ya, kita orang mau ngerjain tugas nih. Jangan sampai di hukum berjamaah lagi.

Alin : Hahahaha.... Di hukum berjamaah asyik tau, ngomong ngomong Cakapar itu apa Dir,?

Indira : Cakapar, calon kakak ipar. Itu pun kalau jadi, Hahahaha...

Begitu lah isinya pesan mereka, isi pesannya tidak berfaedah, hanya untuk sekedar seru seruan. Ada kalanya mereka menjalani dengan keseriusan, itu kalau lagi belajar dan ada masalah lainnya.

Bersambung...

Episodes
1 Perkenalan Tokoh Cerita
2 Menabrak seseorang
3 Kejahilan Adam
4 Keributan di malam hari
5 Perkenalan
6 Tertidur di perpustakaan
7 Putus
8 Bertemu kembali
9 Membayar buku buku
10 Di antar pulang
11 Ke Vila
12 Protes
13 Begal
14 Di arak warga
15 Datang nya para keluarga
16 Menjadi seorang istri
17 Sarapan pagi bersama
18 Tante kecil
19 Tak tega
20 Naluri seorang ibu
21 Kedatangan Winda
22 Menonton Film
23 Menginap
24 Kopi buatan Indira
25 Makan malam
26 Menang di pertandingan
27 Rasa cemburu
28 Isi hatinya
29 Pentas seni
30 Pemenang
31 Ember bocor
32 Indira sakit
33 Semangat
34 Mantan kamu
35 I Love You
36 Liburan ke pantai
37 Perasaan Gilang
38 Cemburu
39 Om bangga
40 Bertemu Teman Lama
41 Papah Benny bernyanyi
42 Wahana permainan
43 Mengobati Luka
44 Untuk Indira
45 Sweet Seventeen
46 Marah
47 Sedih
48 Sambal buatan Dira
49 Memulai sekarang
50 Ulah Abhimanyu
51 Perjodohan Aldo
52 Dira sakit
53 Dira berkata jujur
54 Ulang tahun Abhi
55 Istri yang menggemaskan
56 Janji seorang pria
57 Dira menangis
58 Tidak Ingin Mendengar
59 Kejujuran
60 Cerita isi hati Hanna
61 Winda dan Indira
62 Tidur Di Luar
63 Raja dan Ratu
64 Kakak dan adik ipar
65 Curhatan Faisal
66 Faisal gelisah
67 Isi hati Faisal
68 Perasaannya terbalas
69 Adik yang bawel
70 Sikap Indira yang aneh
71 Kecelakaan
72 Kehilangan
73 Apa yang sudah terjadi
74 Kondisi Indira
75 Tertangkap
76 Indira pulang ke rumah
77 Pengumuman Novel baru
78 Kedatangan Gilang
79 Ular sanca
80 Bali
81 Kebingungan
82 Kabar bahagia
83 Ke pasar
84 Abhi ngidam
85 Pasrah di makeover
86 Melahirkan
87 Baby Shira menangis
88 Dirumah Gea
89 Gilang salah tingkah
90 Dira merasa kesal
91 Pernikahan Faisal dan Hanna
92 Aldo
93 Abhi cemburu
94 Dokter Yoga dan Gea
95 Oke Kita Jadian
96 Abhimanyu frustasi
97 Berbaikan
98 Alin dan Aldo
99 Anak laki-laki
100 Kecewa
101 Aku takut kamu marah
102 Mama Anissa marah
103 Hidup bahagia
104 Pengumuman Novel baru gaes
105 Pengumuman Karya baru
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Perkenalan Tokoh Cerita
2
Menabrak seseorang
3
Kejahilan Adam
4
Keributan di malam hari
5
Perkenalan
6
Tertidur di perpustakaan
7
Putus
8
Bertemu kembali
9
Membayar buku buku
10
Di antar pulang
11
Ke Vila
12
Protes
13
Begal
14
Di arak warga
15
Datang nya para keluarga
16
Menjadi seorang istri
17
Sarapan pagi bersama
18
Tante kecil
19
Tak tega
20
Naluri seorang ibu
21
Kedatangan Winda
22
Menonton Film
23
Menginap
24
Kopi buatan Indira
25
Makan malam
26
Menang di pertandingan
27
Rasa cemburu
28
Isi hatinya
29
Pentas seni
30
Pemenang
31
Ember bocor
32
Indira sakit
33
Semangat
34
Mantan kamu
35
I Love You
36
Liburan ke pantai
37
Perasaan Gilang
38
Cemburu
39
Om bangga
40
Bertemu Teman Lama
41
Papah Benny bernyanyi
42
Wahana permainan
43
Mengobati Luka
44
Untuk Indira
45
Sweet Seventeen
46
Marah
47
Sedih
48
Sambal buatan Dira
49
Memulai sekarang
50
Ulah Abhimanyu
51
Perjodohan Aldo
52
Dira sakit
53
Dira berkata jujur
54
Ulang tahun Abhi
55
Istri yang menggemaskan
56
Janji seorang pria
57
Dira menangis
58
Tidak Ingin Mendengar
59
Kejujuran
60
Cerita isi hati Hanna
61
Winda dan Indira
62
Tidur Di Luar
63
Raja dan Ratu
64
Kakak dan adik ipar
65
Curhatan Faisal
66
Faisal gelisah
67
Isi hati Faisal
68
Perasaannya terbalas
69
Adik yang bawel
70
Sikap Indira yang aneh
71
Kecelakaan
72
Kehilangan
73
Apa yang sudah terjadi
74
Kondisi Indira
75
Tertangkap
76
Indira pulang ke rumah
77
Pengumuman Novel baru
78
Kedatangan Gilang
79
Ular sanca
80
Bali
81
Kebingungan
82
Kabar bahagia
83
Ke pasar
84
Abhi ngidam
85
Pasrah di makeover
86
Melahirkan
87
Baby Shira menangis
88
Dirumah Gea
89
Gilang salah tingkah
90
Dira merasa kesal
91
Pernikahan Faisal dan Hanna
92
Aldo
93
Abhi cemburu
94
Dokter Yoga dan Gea
95
Oke Kita Jadian
96
Abhimanyu frustasi
97
Berbaikan
98
Alin dan Aldo
99
Anak laki-laki
100
Kecewa
101
Aku takut kamu marah
102
Mama Anissa marah
103
Hidup bahagia
104
Pengumuman Novel baru gaes
105
Pengumuman Karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!