Penantian Cinta Alya

Penantian Cinta Alya

Bab 1

Seorang gadis berjalan terburu-buru keluar dari kelas usai mata kuliah berakhir. Baru saja sang kekasih menghubungi dia, jika sudah menunggu di area parkir kampus. Gadis itu sangat bahagia karena tidak biasanya sang kekasih menjemputnya.

Gadis cantik itu bernama Alya Kaneshia Pradipta, berumur 20 tahun. Seorang mahasiswi fakultas hukum di sebuah universitas swasta di Jogjakarta.

Alya langsung menyapa sang kekasih begitu sampai di area parkir.

"Tumben banget jemput aku, pasti ada yang mau diomongin nih," tebak Alya seraya naik ke boncengan motor Reno. Reno hanya tersenyum menanggapi tebakan sang kekasih.

Reno melajukan motornya menuju sebuah kafe agar bisa ngobrol dengan sang pujaan hati. Tak lama kemudian, sampailah mereka di kafe langganan yang tidak jauh dari kampus Alya.

“Keknya penting banget yang mau diomongin. Wajah kamu kelihatan tegang, Mas,” ujar Alya masih penasaran

“Sayang, kalau aku ditugaskan ke kota lain, kamu bisa jaga diri, ‘kan?” Dengan berat hati Reno menyampaikan kabar itu.

“Mas dapat tugas untuk menyelidiki kasus peredaran narkoba dan human traficking. Mas tidak tahu sampai berapa lama bisa menangkap orang-orang itu," lanjut Reno merasa tidak enak hati.

Alya tetap diam karena tidak tahu harus berkata apa. Ingin melarang pun tak bisa. Inilah resiko memiliki pacar abdi negara. Harus siap kapan saja ditinggalkan, walau berat rasanya melepas.

Reno pun berjanji, setelah tugasnya selesai, dia akan langsung melamar sang kekasih. Untuk itu dia meminta Alya menunggu dirinya kembali, serta menjaga hati hanya untuk Reno.

Alya merasa bahagia mendengar janji yang diucapkan sang kekasih. Namun, berat rasanya melepas sang kekasih pergi bertugas. Ditambah lagi tugas yang diemban kali ini sungguh berat.

“Jangan bersedih! Mas akan selalu jaga hati ini hanya untuk kamu, tidak ada yang menggantikannya. Hanya kamu dan anak-anak kita nanti yang menempati.”

Alya kembali bersedih mengingat dirinya akan ditinggalkan. Tidak pernah terbersit dalam pikiran, dia akan ditinggal dinas menangani kasus besar. Biasanya hanya peredaran narkoba dan miras saja. Namun, kali ini dia harus merelakan sang kekasih pergi menjalankan tugas yang lebih berat dari sebelumnya.

Rasanya tidak ingin memberi izin sang kekasih pergi. Akan tetapi, masa depan sang kekasih bergantung pada misi yang dikerjakan. Jika misi berhasil dijalankan, tidak menutup kemungkinan jabatannya akan naik dengan pesat.

“Kapan Mas berangkat?” tanya Alya dengan wajah sendu.

Entah kenapa, Alya merasa ini adalah pertemuan mereka yang terakhir. Perasaannya tidak enak saat mengetahui sang kekasih menjemput dirinya.

“Nanti sore selepas Ashar, tim berkumpul untuk memulai misi. Kamu jangan hubungi Mas kecuali pesan. Jangan telepon karena aku tidak akan mengangkat telepon….”

“Akan aku usahakan untuk menelepon kamu setiap ada kesempatan. Kamu hati-hati di sini. Ingat tunggu aku pulang dan jaga hatimu hanya untukku,” janji Reno yang sulit untuk ditepati.

Mereka memanfaatkan sisa waktu yang tidak begitu lama untuk bercengkerama. Alya hanya bisa mengiyakan saja apa yang sudah menjadi keputusan Reno.

Malam harinya, Alya tidak bisa tidur dengan tenang. Pikirannya menerawang pada kejadian tadi siang. Alya kenal Reno sudah lama, tetapi tak sekali pun Reno merayu atau menggombali dirinya.

Baru tadi siang kata-kata yang terucap oleh Reno, seperti orang yang akan pergi meninggalkan dirinya. Sebenarnya Alya ingin bertanya, tetapi urung karena ponsel milik Reno berbunyi.

Reno bergegas keluar dan pamit pada sang kekasih. Tak lupa meminta maaf karena tidak bisa mengantar pulang. Dia, bahkan berlari hanya untuk bisa sampai ke motor gedenya.

Seminggu sudah berlalu sejak keberangkatan Reno menjalankan misi. Selama itu, Reno baru dua kali menghubungi Alya. Reno hanya memberi tahu, saat ini dia berada ibu kota. Menyamar sebagai anggota kelompok mafia itu.

Setiap menelepon, Reno selalu meminta maaf, belum bisa memberikan waktu yang banyak untuk Alya. Laki-laki itu juga mengucapkan kata-kata romantis yang selama ini jarang terucap, bahkan bisa dibilang tidak pernah.

Waktu berjalan lambat bagi Alya yang sedang menanti kabar dari sang kekasih. Sudah sebulan lamanya mereka terpisah, tanpa kabar lagi dari Reno. Alya pun nekat mendatangi kantor kepolisian dimana Reno bernaung, untuk menanyakan kabar kekasihnya.

Untuk ke sekian kalinya, Alya mendatangi kantor itu. Jawaban yang dia terima masih sama seperti sebelumnya. Pihak kepolisian kehilangan kontak dengan Reno.

Alya mencari tahu siapa yang rekan kerja Reno yang ditugaskan bersama saat itu. Setelah itu, Alya menanyakan keadaan Reno selama menjalankan misi di ibu kota.

Teman Reno yang saat itu ditugaskan bersama sudah pulang. Narendra Adi Nugraha, rekan kerja sekaligus sahabat dekat Reno yang ditugaskan bersama. Rendra berhasil kabur saat Reno tidak kunjung kembali ke markas mafia saat melakukan transaksi.

Reno menghilang begitu saja, sehingga Rendra mencari informasi dari anak buah mafia. Mereka mengatakan jika hukuman itu pantas untuk Reno yang telah berkhianat. Rendra sendiri tidak tahu maksud ucapan tersebut akhirnya menghubungi sang komandan dan diperintahkan untuk kembali.

“Bagaimana Anda bisa dengan tega meninggalkan rekan kerja Anda di sarang penyamun sendirian? Bagaimana kalau dia disiksa, bahkan dibunuh mereka? Dimana jiwa persatuan An-....”

“Cukup! Sebaiknya tenangkan dirimu. Percayalah, Reno adalah lelaki kuat. Dia pasti akan selamat. Kita hanya belum bisa bertemu dengannya saja saat ini,” potong Rendra cepat.

“Bagaimana saya bisa tenang? Kekasih saya berada di antara hidup dan matinya. Anda memang benar-benar tidak punya hati!” cerca Alya penuh emosi.

Rendra dan komandannya memiliki alasan tersendiri, saat memutuskan untuk memulangkan Rendra dari misi penangkapan itu. Wajah Rendra dan Reno sudah ditandai oleh mafia dan para anak buahnya. Pihak kepolisian sengaja mengganti personil yang tidak dicurigai oleh mafia dan para anak buahnya.

Alya terus mendatangi kantor polisi tanpa bosan, sampai dia dikenal oleh orang-orang di kantor itu.

“Maaf Komandan, saya mengganggu aktivitas Anda lagi,” ucap Alya menampilkan deretan gigi putihnya.

“Tidak apa-apa, Mbak Alya. Santai saja, saat ini saya juga sedang tidak banyak pekerjaan. Hanya saja untuk informasi keberadaan Reno belum kami temukan. Kami minta maaf, telah mengecewakan Mbak Alya lagi,” sahut sang komandan.

Tiga tahun berlalu, Alya yang sudah mulai menyerah, memutuskan untuk berhenti mendatangi kantor itu lagi. Apalagi saat ini dia sibuk dengan pekerjaannya sebagai advokat muda, di sebuah firma hukum terkenal.

Saat dalam perjalanan ke kantornya, wanita cantik itu mendapat telepon dari kepala kepolisian dimana Reno bernaung. Alya pun langsung berubah haluan, dia membelokkan mobilnya ke arah kantor polisi.

“Ada kasus baru yang bisa saya bantu?” tanya Alya begitu duduk di sofa , saat ini dia berada di ruang Kapolres.

“Tidak ada Mbak Alya. Saya hanya ingin memberikan kabar baik. Reno sudah kami temukan. Dia baru dua bulan ini pulang ke rumah orang tuanya di Solo,” jawab Pak Kapolres dengan senyum merekah.

“Betulkah? Kalau begitu saya minta alamatnya. Saya ingin melihat bagaimana keadaan dia sekarang juga.”

Terpopuler

Comments

Um_bell29

Um_bell29

berat banget jadi Alya. Siksaan batin ngga sih nunggu pasangan yang dapat tugas berat, pikirannya itu loh pasti kemana-mana. Kalo Reno macam-macam tinggal aja Al, ngga usah pake nangis. Wajib baca bab selanjutnya nih biar paham. 😍

2023-09-14

1

.SAID.

.SAID.

Wow, sungguh apik ceritanya. Di susun dengan sebaik mungkin, benar-benar memanjakan mata

2023-09-13

1

Ria dardiri

Ria dardiri

sm aku sm paksu dulu LDR ,,aku berprinsip klo jodoh nikah dak ada pikiran macem2

2023-04-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!