Berbekal alamat yang diperoleh dari Kapolres, Alya ditemani oleh Rendra menuju kota Solo keesokan harinya. Rendra sengaja ditunjuk oleh Kapolres untuk menemani Alya. Hal ini dikarenakan, Rendra pernah ke rumah orang tua Reno sebelumnya.
“Bagaimana? Sudah siap bertemu dengan Reno?” tanya Rendra pada Alya.
Saat ini keduanya berada di mobil Alya, siap untuk melakukan perjalanan.
“Siyaapp!” jawab Alya dengan binar bahagia terlihat jelas di wajahnya. Dia benar-benar sangat bahagia karena akhirnya akan bertemu dengan pujaan hati.
“Apapun keadaan Reno nanti, saya harap kamu tetap bisa menerimanya,” ucap Rendra lirih yang masih bisa tertangkap oleh rungu Alya.
“Pasti! Aku akan menerima dia apapun keadaannya,” sahut Alya dengan penuh keyakinan, tanpa tahu maksud ucapan laki-laki di sampingnya itu.
Perasaan Alya berbunga-bunga karena akan bertemu dengan seorang yang sangat dirindukannya. Dia membayangkan bisa melepas rindu yang selama ini ditahannya, tanpa dia tahu akan mendapatkan kekecewaan.
Mobil pun melaju, membelah jalanan dengan kecepatan sedang. Rendra sengaja melakukan itu agar Alya bisa menyiapkan hatinya ketika bertemu Reno nanti.
Rendra sudah tahu mengenai keadaan Reno saat ini. Namun, dia tidak ingin mengatakannya. Menurut dia, lebih baik dia tahu sendiri dari Reno dan keluarganya.
Tidak ada maksud untuk membohongi Alya, hanya saja Rendra merasa tidak memiliki hak untuk menceritakan keadaan sahabatnya itu pada orang lain. Biarkanlah orang tahu dengan sendirinya.
Sepanjang perjalanan, Alya dan Rendra terlibat obrolan ringan tentang pekerjaan dan juga tentang pengetahuan umum, kadang juga membahas kabar yang sedang marak saat ini. Obrolan itu terus berlanjut sampai mereka memasuki kota Solo.
Tak terasa dua jam sudah mereka melakukan perjalanan. Ternyata obrolan mereka membuat perjalanan terasa dekat. Waktu dua jam yang mereka tempuh tidak terasa melelahkan bagi keduanya.
Mobil yang mereka tumpangi berhenti di sebuah rumah model lama dengan halaman yang sangat luas. Walaupun model lama, rumah itu terkesan mewah. Alya dan Rendra turun dari mobil, setelah mobil terparkir di halaman.
Rendra mengetuk pintu berulang kali, sampai akhirnya, pintu terbuka dari dalam. Seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu.
“Nak Rendra?” jerit wanita itu terlihat bahagia. Dia adalah Ibunda Reno, Listyowati Harya Kusuma. Biasa disapa Jeng Lis.
“Iya, ini saya, Tante,” jawab Rendra seraya meraih tangan wanita itu, lalu mencium punggung tangannya.
Jeng Lis mengusap kepala Rendra penuh kasih sayang. Ada rasa haru juga bahagia menyambut kedatangan Rendra.
Alya masih diam tak bergerak di belakang Rendra. Hal itu menarik perhatian dari wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usia yang tak lagi muda.
Ibu Reno pun tersenyum dan bertanya siapa gadis cantik di belakang Rendra.
“Cah ayu ini siapa, Ren? Calon istri kamu?” tanya Lis pada Rendra.
“Bu-bukan, Tan. Dia teman Rendra, Tante. Teman Moreno juga.”
“Sapa jenengmu, Cah Ayu?” tanya Lis sambil mendekati Alya.
“Alya, Tante,” jawab Alya sembari menyalami ibu dari kekasih hati.
“Ayo masuk! Moreno sedang keluar. Kalian pasti capek, perjalanan dari Jogja ke sini itu lumayan lho. Kalian tunggu saja di dalam sini, sambil istirahat,” ajak Lis terus berjalan sampai di ruang keluarga, diikuti oleh Rendra dan Alya.
Jeng Lis mengeluarkan banyak cemilan dan minuman dari kulkas, kemudian dibawa ke ruang keluarga. Menyuguhkan semuanya untuk tamu tak diundangnya.
Kira-kira satu jam setelah kedatangan Rendra dan Alya, terdengar suara mobil berhenti tepat di samping ruang keluarga. Tak lama kemudian, ada suara langkah kaki mendekati mereka.
"Bunda, siapa yang datang?" tanya seorang laki-laki muda yang baru saja masuk.
Alya dan Rendra serentak menoleh ke arah suara. Alya membeku di tempat. Tidak bisa bergerak atau pun berkata-kata.
Lidah Alya tiba-tiba terasa kelu, melihat laki-laki yang sudah tiga tahun lamanya tidak bertemu. Tenggorokannya terasa tercekat, sehingga dia susah untuk mengeluarkan suara. Hanya air mata yang mengalir dengan deras sebagai ungkapan perasaan.
"Mas Reno!"
Ingin rasanya Alya berteriak memanggil laki-laki yang menguasai seluruh hati dan pikirannya. Tiga tahun tidak bertemu, sepertinya membuat laki-laki itu melupakan dia.
Rendra yang pertama kali menyadari adanya kecanggungan di antara mereka pun membuka suara.
"Hai, Ren! Apa kabar, lama tidak bertemu?” sapa Rendra sambil berjalan mendekati Reno.
“Siapa, Mas?” tanya seorang wanita yang berdiri di belakang Reno, tangannya tampak bergelayut manja di lengan Reno.
Alya yang melihat tangan Reno dibelit oleh tangan si wanita, merasa seperti ada yang mencubit hatinya. Apalagi tatapan memuja dari sang wanita pada Reno, semakin menguatkan dugaannya. Reno telah melupakan dia, melupakan janji yang pernah terucap tiga tahun yang lalu.
Rendra memperkenalkan dirinya dan Alya pada wanita itu, mengingat Reno dalam keadaan amnesia.
Reno diam, mencoba mengingat siapa kedua orang yang berada di depannya saat ini. Dia tidak bisa mengingat dua orang yang mengaku kenal dengan dirinya itu. Kepalanya sampai berdenyut karena berusaha mengingat siapa tamu itu.
Ibu Reno tiba-tiba datang menengahi mereka. Hal ini dikarenakan, tidak ada interaksi apapun di antara mereka.
“Maaf, Nak Rendra. Moreno mengalami amnesia sejak terbangun dari koma tiga tahun yang lalu. Moreno bisa mengingat Tante itu juga belum lama ini. Jadi, Tante harap kalian bisa bersabar dan mau membantu memulihkan ingatannya,” ungkap ibu Reno sendu.
Badan Alya terhuyung mendengar ucapan ibu dari laki-laki yang dicintainya. Dia merasa kakinya tidak lagi memijak bumi. Untung dengan sigap Rendra langsung memegang tangan Alya, sehingga wanita cantik itu tidak jadi terjatuh.
Merasa iba dengan keadaan Alya, Rendra pun memilih mengajak bicara Reno agar teringat dengan masa lalunya. Reno pun menyetujui.
Mereka berjalan keluar, menuju gazebo. Wanita yang berada di samping Reno tadi mengikuti Rendra dan Reno. Namun, ketika baru sampai gawang pintu, Rendra menyadari keberadaan sang wanita.
“Boleh kami bicara berdua saja? Saya ini sahabat lama Moreno Harya Kusuma. Kami bersahabat sejak SMA, jika Anda masih ragu,” tanya Rendra dengan nada penuh sindiran.
Wanita itu gelagapan lalu meninggalkan Rendra dan Reno begitu saja dengan wajah kesal. Tampak sekali wanita itu tidak menyukai kedatangan Rendra dan Alya.
“Aluna, sini, Sayang!” panggil Jeng Lis pada menantunya., yang kebetulan melintasi ruang keluarga.
Ya, wanita yang bersama Reno tadi adalah Aluna. Reno dan Aluna sudah menikah enam bulan yang lalu. Reno menikahi Aluna karena Aluna-lah yang menolongnya waktu itu. Selama ini, Aluna juga yang merawat dan selalu berada di samping Reno mencari keluarganya.
Wanita bernama Aluna dan berstatus sebagai istri Reno, itu mendekati Jeng Lis dan Alya.
“Nak Alya, kenalkan ini Aluna. Istri Reno,” ujar Jeng Lis memperkenalkan sang menantu pada Alya.
Alya dan Aluna pun saling bersalaman dan berkenalan. Keduanya lalu duduk untuk mengobrol bersama.
Tanpa diminta, mengalirlah cerita dari Aluna saat menolong Reno, tiga tahun lalu. Aluna juga menceritakan, jika Reno dan dirinya saling jatuh cinta lalu memutuskan menikah. Saat ini, Aluna sedang mengandung anak Reno. Usia kehamilannya menginjak tiga bulan.
Hati Alya terasa hancur berantakan mendengar cerita Aluna. Ternyata penantiannya selama ini sia-sia belaka. Dia hanya menjaga jodoh orang.
Rasanya tidak ingin mempercayai setiap ucapan yang terlontar dari bibir Aluna, akan tetapi wajah Aluna tidak menyiratkan kebohongan sedikit pun.
"Apakah Reno mencintaimu?" tanya Alya memberanikan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Susana
😭😭😭😭
Sedihnya.... 😭😭😭
2023-09-13
1
⏤͟͟͞R~ A n n ~𝕸y💞
sedih, 3 tahun menanti dan menjaga hati ternyata Reno sudah berkeluarga dan sebentar lagi punya anak, yg sabar ya Alya 😭😭
2023-02-19
1
MA⏤͟͟͞RGIE💖💞
kok nyesek ya jadi Aluna,...
jagain jodoh orang jadinya..
sebab apa ya Reno Koma dan jadi amnesia
2023-02-13
1