JAGA BUANA (Bangkitnya Kegelapan)

JAGA BUANA (Bangkitnya Kegelapan)

ARC 1 : Mendung di Langit Lamahtang Penyerangan

Pulau Emas Besar, satu di antara pulau besar yang terpisah dari Benua Daratan Tengah. Pulau nan subur serta kaya sumber daya alam. Pulau ini menjadi wilayah bagi tiga kerajaan besar, yaitu Muaro Lamahtang di sisi selatan, Lembah Barapi di barat, dan Baharus di sisi Utara.

Di masing-masing kerajaan, berdiri berbagai perguruan-perguruan beragam aliran beladiri. Beberapa perguruan bahkan memiliki kekuatan setara bahkan melebihi kekuatan kerajaan-kerajaan tersebut.

Perguruan Matahari Emas adalah salah satu perguruan kelas menengah aliran putih yang mendiami pulau emas besar, tepatnya berada di wilayah kerajaan Muaro Lamahtang.

Perguruan yang cukup berpengaruh karena keberadaannya efektif membentengi wilayah selatan pulau Emas Besar dari berbagai ancaman keamanan dari kelompok perampok, perompak maupun kelompok-kelompok aliran hitam yang biasanya membuat onar.

Namun, siang itu kondisi perguruan Matahari Emas terlihat sangat kacau dan porak poranda akibat penyerbuan dari kelompok yang belum diketahui siapa dan apa motivasi penyerangan tersebut. Ratusan mayat tampak bergelimpangan bersimbah darah atau kehilangan bagian tubuh yang kadang terlihat hangus terbakar. Sebagian besar jumlah mayat didominasi oleh warga padepokan. Aroma bau amis darah menyeruak memenuhi udara siang itu.

“Lindungi perguruaaaaaan....! Jangan biarkan mereka masuk!”

Terdengar teriakan-teriakan dari para senior dan sesepuh perguruan memberi semangat dan mengarahkan para anggota perguruan untuk tetap bertahan diantara dentingan senjata yang beradu.

Sementara, para penyerangpun tampak makin beringas. Teriakan-teriakan mereka memprovokasi lawan tak kalah lantang terdengar.

“Hayo! Musnahkan! Bumi hanguskan tempat ini!”

Yang lain berseru : “di dalam sana, pasti banyak wanita cantik yang bisa kita nikmati....! Hahahahaha...!”

Namun yang paling banyak terdengar tetaplah teriakan-teriakan kematian di setiap sudut. Suasana yang sangat memilukan di tempat yang biasanya tenang dan damai...

Padepokan tersebut nampak tak siap atas penyerangan itu.

Pertarungan ternyata telah berlangsung lebih dari dua Jam lamanya. Kelompok penyerang menyerbu dari tiga penjuru.

Sisi Barat perguruan telah dilumpuhkan oleh serangan gelombang pertama yang terdiri dari sekitar 400 orang pendekar aliran hitam. Mendapati perguruan diserang, para pendekar yang tinggal di padepokan segera menyambut serangan dan berusaha menahan dengan kekuatan penuh agar para penyerang tidak merangsek masuk lebih jauh ke dalam padepokan. Pertempuran hebatpun pecah di sisi barat perguruan antara seluruh kekuatan padepokan Matahari Emas melawan kelompok penyerang.

Di luar dugaan para pendekar Perguruan Matahari Emas, ternyata serangan di sisi barat hanyalah permulaan sekaligus pancingan saja, karena kemudian dari sisi sebelah timur yang berbukit-bukit justru muncul kelompok penyerang berikutnya dengan kekuatan lebih besar. Mereka terdiri dari tak kurang 500-an lebih pendekar yang dipimpin oleh 10 pendekar Sakti mumpuni. Segera saja, sisi timur padepokan dengan mudah dikuasai penyerbu nyaris tanpa perlawanan karena seluruh kekuatan padepokan yang berkekuatan sekitar 300 orang itu terkonsentrasi di sisi barat. Para penyerang kemudian memukul dari belakang kekuatan padepokan yang tengah berusaha mempertahankan sisi barat dari serbuan kelompok pertama.

Pertarunganpun mulai tak seimbang. Korban dari pihak padepokan terus bertambah dengan cepat.

Keadaan sebenarnya bisa saja tidak akan separah ini seandainya kondisi perguruan Matahari Emas sedang prima. Masalahnya, tiga bulan yang lalu Guru Besar mereka, Ki Brajawana sang Pendekar Matahari Emas tewas terkena serangan racun Kelabang Hitam saat menghadiri pertemuan para pendekar aliran putih yang ternyata adalah jebakan. Selain itu, para pendekar senior padepokan juga banyak yang belum kembali dari menjalankan misi yang ditugaskan oleh mendiang Pendekar Matahari Emas.

Kondisi diperparah dengan dualisme kepemimpinan dalam padepokan akibat perebutan pengaruh antara Bandu Aji sang Ketua baru yang merupakan anak dari Mendiang Pendekar Matahari Emas, dengan Juwana sang jenius beladiri perguruan. Bandu Aji, sang Ketua Padepokan yang menggantikan Pendekar Matahari Emas itu ilmu bela dirinya kalah jauh bila dibandingkan dengan Juwana Kalin sehingga para Sesepuh padepokan lalu membagi kewenangan keduanya. Bandu Aji sebagai ketua Padepokan berperan dalam mengurusi operasional dan administrasi perguruan sedangkan Juwana Kalin yang kemampuan beladirinya lebih tinggi didaulat sebagai guru besar.

Tak disangka, hal ini justru memicu benih perpecahan di dalam padepokan tersebut mengingat sebelumnya, posisi guru besar dan ketua disandang sekaligus oleh Mendiang Pendekar Matahari Emas, Ki Brajawana.

Baik Juwana maupun Bandu Aji dibantu oleh para Sesepuh padepokan sangat kewalahan menghadapi pasukan penyerbu tersebut. Mereka terdesak dan terancam musnah bila tidak mampu bertahan.

Para pendekar yang menyerang setidaknya merupakan gabungan dari empat kelompok besar bila melihat dari permainan jurus dan seragam yang berbeda-beda. Sayangnya belum diketahui siapa mereka sebenarnya.

“Pasukan ini setidaknya paling rendah berada di level pendekar Madya. Aku tidak menemukan pendekar mereka yang tidak memiliki kemampuan tenaga dalam”

berkata Bandu Aji kepada salah satu Sesepuh perguruan yang bertarung bersamanya.

“Aku tidak yakin kita bisa selamat melihat perbedaan kekuatan kita dengan mereka” Sambungnya sambil tetap menebaskan pedangnya kepada lautan musuh yang seperti tiada habisnya menyerbu. Selalu ada nyawa yang melayang setiap kali pedang itu ditebaskan.

“Benar ketua! Para murid kita yang berada di tingkat madya-pun kewalahan dan terbantai” Sesepuh berumur sekitar 40an tahun itu membenarkan pernyataan ketuanya dengan nafas yang makin ngos-ngosan karena telah bertarung selama dua jam tanpa jeda.

Kondisi mereka berdua makin memburuk, tidak jauh berbeda dengan sisa belasan sisa rekan mereka yang masih bertahan. Luka sayatan senjata dan bekas pukulan telah banyak menghiasi tubuh mereka. Namun mereka bertekad untuk bertarung sampai titik darah penghabisan, apalagi melihat seluruh penghuni padepokan tak terkecuali wanita dan anak-anak telah dibantai tanpa ampun.

“Kita mungkin tak akan bertahan, tapi setidaknya kita akan mati membawa sebanyak mungkin penyerang ini bersama kita...!!”

Teriakan bandu aji tersebut adalah teriakan terakhirnya, karena setelah itu sedikitnya lima ledakan energi panas mendarat di sekujur tubuhnya.

Bandu Aji terhempas dari tempatnya berdiri menimpa mayat-mayat di yang bergelimpangan sekitarnya. Pedang di tangannya terlepas dari genggamannya.

Sementara tak jauh dari situ, dia melihat seringai 3 orang yang barusan menyerangnya. Sesepuh yang bertarung bersamanya bernasib lebih buruk. Dia telah roboh dengan pedang yang mengunjam di dada kirinya dan seorang pendekar lain dari pihak penyerbu telah berdiri menginjak kepalanya dan meremukkannya dengan sekali hentakan berisi kekuatan tenaga dalam yang menimbulkan reaksi kejut pada udara di sekitarnya.

“Kau ketua yang lemah!” ejek seorang pendekar wanita diantara 3 penyerangnya. Lidah perempuan tersebut menjilati buku-buku tangannya yang mengepal dan masih mengeluarkan asap tipis.

“Biarkan aku saja yang mencabut nyawamu...” wanita itu melompat dan mengarahkan pukulan pamungkas ke arah bandu aji yang masih berusaha dengan susah payah untuk bangkit.

‘whuuuuussssssyyyhhhh.......’ DUARRR!!!

Pukulan dari kepalan tangan yang merah membara dari wanita paruh baya berambut putih tersebut membentur sesuatu. Tubuhnya terhempas kebelakang tak menyangka akan ada yang menghadang pukulannya.

“Kurang Ajar! Cari mati!” wanita itu mengumpat sambil memegangi dadanya yang sesak akibat pukulan tenaga dalamnya berbalik kepadanya. Darah menetes dari sudut bibirnya. Di hadapan mereka telah berdiri seorang pemuda yang terlihat belum genap berusia 20 tahun menghadangnya dengan sebuah senjata berbentuk keris dengan pancaran energi dahsyat di tangannya.

“Tak kusangka, kalian aliran hitam dari pulau seberang sepengecut ini. Menyerang sebuah perguruan kecil dengan mengerahkan kekuatan sebesar ini di saat mereka tidak siap!” Pemuda itu berkata lantang. Lalu berbalik kepada Bandu Aji. “ Saudara ketua, aku adalah murid kelana dari ayah anda. Izinkan aku membantu...”

..belum sempat pemuda itu menyelesaikan kalimatnya, pendekar wanita yang menjadi lawannya telah kembali menyerangnya bersama dua rekannya..

Pertarungan sengit kembali terjadi. Pertukaran puluhan jurus antara pemuda misterius tersebut dengan para pengeroyoknya berlangsung cepat. Tercipta kerusakan lebih parah disekitar pertarungan akibat hempasan energi yang berasal dari tenaga dalam keempat orang tersebut. Kemampuan pendekar misterius tersebut nyatanya jauh di atas bandu aji bahkan mendekati kemampuan mendiang guru besar sekaligus ayahnya, Pendekar Matahari Emas.

Tidak butuh waktu lama, ketiga pendekar yang mengeroyoknya telah terhempas dengan nyawa meninggalkan badan setelah masing-masing dihadiahi pukulan berkekuatan besar yang menghancurkan batok kepala mereka.

Benar-benar kekuatan yang mengerikan untuk ukuran pendekar dengan usia semuda dirinya. Itulah yang kini ada dalam benak Bandu Aji yang kini nafasnya tinggal satu-satu dan makin melemah.

Pemuda itu segera menghampiri bandu aji yang sekarat, menopang dengan tangannya dan membantunya untuk duduk.

“terimakasih, pendekar, tapi.. uhuk...!” bandu aji berkata dengan nafas yang sudah hampir terputus. Luka dalamnya tampaknya sangat parah. “tapi.. kita tak mungkin memenangkan pertarungan ini.... Uhuk..uhuk...!” bandu aji kembali terbatuk meludahkan darah kental dari mulutnya dan kondisinya makin melemah. “tuan pendekar, mohon pergilah. Selamatkan... harta karun perguruan... se..ka..ligus.. mohon... ban... tu.. selamat.. kan.. hoh, hoh... anakku... Dia.. dia ada.. di bukit goa.. ba... tu..!” bandu aji menghembuskan nafas terakhirnya dengan tangan menggenggam sesuatu yang diambilnya dari balik bajunya untuk diserahkan kepada pendekar yang menolongnya tersebut.

Tak menunggu lama, setelah mengambil sesuatu dari tangan Bandu Aji, pendekar tersebut kembali terlibat dalam pertarungan sengit.

Para penyerang seolah tak memberi dia waktu untuk sekedar menarik nafas. Gerakannya yang sangat cepat nyaris sulit untuk diikuti oleh mata bahkan para pendekar yang mengeroyoknya pun kesulitan mengantisipasi setiap kelebat keris di tangannya.

Satu, dua, sepuluh, dua puluh dan terus bertambah jumlah penyerang yang meregang nyawa di tangan pemuda ini.

Hal ini rupanya disadari oleh salah satu pendekar sakti mumpuni diantara para penyerang yang sejak tadi mengamati. Dia adalah Ra Hanta. Salah satu pimpinan dari para penyerang padepokan tersebut.

Sejurus kemudian, tanpa aba-aba sebuah kelebat sinar terang berkecepatan sangat tinggi dan berhawa panas menerjang pemuda pendekar yang sedang dikeroyok tersebut.

‘Wuussshhhhh.... DUAR...!!!

Kembali suara ledakan energi panas mambahana. Bersamaan dengan itu, sekitar 20 oarang pengeroyok pemuda tersebut terlempar tanpa nyawa lagi karena ledakan energi tersebut. Asap bercampur debu tebal menyelimuti area pertarungan tersebut.

“Mampus Kau..!” Ra Hanta menyeringai sambil meniup buku-buku tangannya yang masih memerah bara dan mengepulkan asap tipis. Dia tampak tak peduli bahwa justru para bawahannya yang menjadi korban serangannya sendiri.

Begitu debu dan asap yang menyelimuti arena pertarungan menghilang, Ra Hanta terkejut dan senyumnya menghilang karena tidak menemukan mayat pemuda yang diserangnya.

“Hah?? Menghilang kemana bocah itu?! Dengan pukulan Aji segoro geni-ku itu seharusnya dia mati terpanggang..!”

Ra Hanta nampak tak senang dan tak tenang mengetahui musuh yang diserangnya tidak berada di tempat. Namun kegelisahannya tak berlangsung lama karena tiba-tiba lehernya telah tertebas keris pemuda tersebut.

“Aaaaaaaaakh.. glok..glok.. grrrrkkkkk....” suara pekikan yang bercampur dengan muncratnya darah dari leher yang tergorok keris itu terdengar sangat mengerikan.

Pemuda misterius itu ternyata telah berada di belakang Ra Hanta dan mengakhiri petualangan pendekar Sakti mumpuni tersebut dalam sekali gerakan.

Kini, hanya tinggal pemuda tersebut yang masih bertahan di antara kepungan lautan musuh yang terus meringsek maju. Dia telah berhasil membunuh setidaknya 4 orang pimpinan kelompok penyerang, namun kelompok itu memiliki sekitar 20 lebih pimpinan yang setidaknya membawahi 30an pendekar.

Pimpinan tertinggi kelompok ini sepertinya adalah seorang lelaki paruh baya berjubah hitam dengan rambut putihnya yang terlihat melayang di udara mengamati jalannya pertarungan. Perhatiannya teralihkan kepada energi yang cukup besar yang dipancarkan dari pertarungan singkat sang pendekar misterius melawan anak buahnya.

Lelaki itu memancarkan kekuatan sangat besar yang tidak akan mungkin untuk bisa dihadapi saat ini. Jelas dia bukan tandingan pendekar terkuat di perguruan ini. Hal ini disadari oleh pemuda misterius itu.

‘Aku harus segera meninggalkan tempat ini. Aku tak mungkin bisa menghadapi para ******** sebanyak ini sendirian atau aku akan mati sebelum membalas kematian guruku’

Sesaat kemudian, pemuda itu sekali lagi mengamuk dan menghabisi musuh-musuh di dekatnya. Para penyerang bergidik ngeri melihat staimina dan kemampuan pendekar muda tersebut sehingga memilih lebih hati-hati untuk menyerang.

Empat orang pemimpin kelompok penyerang lainnya yang berkekuatan setara dengan Ra Hanta maju untuk menghujani pendekar muda misterius tersebut dengan pukulan berhawa panas dari jarak jauh. Bola-bola api berwarna merah kekuningan dan putih melesat ke arah pemuda misterius. Namun, saat bola-bola api panas tersebut mencapai posisi pemuda tersebut berada, pemuda itu telah melesat cepat berusaha menjauh untuk meloloskan diri dari serangan.

‘Dhuar..! Dhuar!.. Dhuar!..

kembali terdengar ledakan-ledakan yang sangat keras yang hanya menghantam ruang hampa. Sekali lagi Pemuda itu berhasil meloloskan diri dan melesat menjauh. Namun gerakannya kembali terkunci oleh 6 orang pendekar penyerang yang menghalanginya meloloskan diri.

Brak..! Degh! Bug..! TRANK..!!

Suara hantaman pukulan dan senjata yang beradu kembali nyaring menghiasi setiap gerakan pemuda misterius tersebut.

“Aaaaaak...!!”

terdengar pekik kematian mengerikan. 6 orang tersebut roboh dengan masing-masing kehilangan anggota badan berikut nyawa mereka. Sementara pemuda tersebut telah dengan sangat cepat dan tak mungkin dapat dikejar telah meloloskan diri dalam bentuk seperti sinar yang melesat cepat menuju ke perbukitan. Meninggalkan padepokan dan pertarungan yang segera berakhir itu.

Keadaan makin memburuk saat dari sisi Hutan di sebelah utara, gelombang penyerang berikutnya merangsek masuk sembari melakukan pembakaran dan penjarahan tak lama setelah kepergian pemuda tersebut.

**************

Siang itu, di tepi hutan salah satu sisi pegunungan yang berbaris sepanjang pulau emas besar, nampak seorang anak asyik bermain bersama seekor harimau peliharaan. Dua orang pendekar berseragam perguruan Matahari Emas tampak mengawalnya. Anak kecil berumur 4 tahun tersebut adalah cucu dari ketua sekaligus guru besar perguruan Matahari Emas, sedangkan harimau tersebut adalah hewan milik perguruan yang telah dijinakkan dan dirawat sejak kecil oleh perguruan. Dua pengawal tersebut adalah dua orang murid-murid inti dari perguruan Matahari Emas. Mereka ditugaskan untuk memastikan keamanan dan keselamatan Cucu sang guru besar.

Bermain di tepi hutan tersebut bersama si imau, begitu merka menamai harimau itu, adalah kebiasaan sang cucu guru besar. Selain bermain, kegiatan tersebut adalah dalam rangka memberi kesempatan harimau tersebut untuk berburu makanannya.

“Danang, sepertinya kita harus segera pulang. Hari sudah menjelag sore. Guru pasti sudah menunggumu” Kuyung sang pendekar kurus berumur sekitar 40an tahun mengingatkan bahwa waktu bermain sudah hampir habis.

“Iya Danang. Si Imau juga sepertinya sudah cukup kenyang setelah melahap anak **** hutan tadi” Danu si pendekar gempal yang lebih muda menimpali.

“Baik paman. Ayo imau, kita pulang..” Sang anak mengerti dan segera mengajak teman bermainnya untuk pulang.

“Tunggu...” Tiba-tiba kuyung bersikap waspada dan memberi isyarat kepada rekannya dan Danang untuk menunduk sembari meletakkan jari telunjuk di depan bibir dengan posisi tubuh sedikit merunduk

“Aku mendengar suara mencurigakan. Sepertinya ada pergerakan banyak orang dengan kecepatan tinggi tak jauh dari sini...”lanjutnya setengah berbisik.

Tanpa bicara, Danu segera mengambil alih imau dari anak kecil tersebut, memegang belakang kepala danang dan menyuruhnya merunduk. Kuyung sendiri tanpa menunggu langsung melesat ke atas salah satu pohon tinggi di sekitar mereka untuk mengamati keadaan.

Tak lama kemudian, kuyung telah meluncur turun dengan muka pucat.

“Mereka menuju ke padepokan. AAAAAKKHHHHHH.....!!” belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Kuyung roboh dengan pisau-pisau menancap di beberapa bagian tubuhnya. Pisau-pisau itu jelas beracun karena dari luka yang disebabkannya kemudian berubah membiru dan segera membusuk dan terus menjalar ke bagian tubuhnya yang lain.

Danu hendak mendekat tubuh Kuyung yang mulai meregang nyawa tersebut ketika sebuah golok terbang ke arahnya..

‘WHUSSSS.........!! ..... TRAANK...!”

Golok itu berhasil ditangkisnya, namun tangannya tak berhenti begetar akibat kuatnya benturan pedangnya dengan golok tersebut. Golok itu berbelok dan menancap di sebatang pohon besar tak jauh dari tempatnya berdiri. Lagi-lagi, bagian pada pohon tempat golok tersebut tertancap mengeluarkan asap tipis pertanda golok tersebut juga beracun.

Pendekar tingkat Madya perguruan Matahari Emas itu segera waspada seraya memutar otak untuk kabur karena menyadari satu hal. Siapapun musuh yang menyerang mereka, pasti berjumlah banyak dan sangat kuat!

“Imau, bawa tuanmu pergi, Cepat!” Danu memberi perintah kepada sang harimau untuk membawa bocah kecil, danang pergi meninggalkan tempat itu. Melihat rekannya roboh dengan mudahnya, Danu merasa bahwa nyawa mereka sedang diujung tanduk.

‘Gerrrrrr... Ghrrrrr...” harimau tersebut seperti mengerti kondisi yag sedang dihadapi. Segera saja ia melesat dalam sekali lompatan, menghilang dari tempat tersebut setelah danang ada dipunggungnya.

“HAHAHAHAHAHA.......! Kalian, Orang-orang Matahari Emas tidak akan lolos!” Terdengar suara tertawa dingin dari balik semak-semak tak jauh dari Danu berdiri. Tawa itu berhasil membuat bulu kuduk merinding karena hawa membunuh yang dilepaskan pemilik suara tersebut.

Sejumlah anak panah melesat mengejar larinya harimau dan si anak kecil. Namun panah-panah tersebut sepertinya hanya mengenai ruang kosong karena sang harimau telah menghilang di balik rimbunnya hutan.

Danu yang masih berdiri siaga mempererat genggaman pedangnya sebelum sosok dua orang berpakaian merah kehitaman muncul.

Seringai meremehkan dari dua pendekar asing itu membuatnya geram sekaligus merasa tertekan. Tentu saja, karena level kekuatan mereka sudah jelas tak berimbang. Hal itu bisa dilihat sepintas dari kuatnya pedang terbang yang berhasil ditangkis dan membuat tangannya tak berhenti gemetar untuk beberapa saat lalu. Tangannya masih terasa kebas.

“Siapa Kalian? Dan Apa maksud kalian menyerang kami?!” Danu mengajukan pertanyaan kepada dua orang asing tersebut. Tentu saja dia tak mungkin mendapatkan jawaban, sebagaimana kebiasaan orang-orang dari aliran hitam yang tidak akan peduli dengan lawannya.

“Biar aku saja yang membereskannya, kakang..” Wanita yang merupakan salah satu dari dua pendekar berpakaian merah itu tersenyum sinis ke arah Danu dan melangkah maju. Tangan kanannya terangkat lurus sejajar bahu, sementara tangan kirinya seperti menunjuk di depan dada. Tiba-tiba golok yang tadinya tertancap di batang pohon tercabut dan melesat kembali ke tangan kanannya.

“Bersiaplah bertemu Kematianmu!!”

Wanita itu tidak menunggu dan segera melompat menerjang Danu segera setelah pedang tersebut melekat ditangannya. Serangannya segera disambut dengan pedang yang beradu. Dalam sekali pukulan yang mengawali pertarungan tersebut, tangan Danu kembali bergetar.

‘Ah, ternyata! Kuat sekali wanita ini’ Danu menggerutu dalam hati menyadari ternyata dirinya kalah jauh dari sisi kekuatan fisik sekalipun dengan wanita di hadapannya. ‘Setidaknya, aku tak akan mati tanpa perlawanan’

Terpopuler

Comments

Budi Efendi

Budi Efendi

lanjutkan

2022-11-21

0

Elmo Damarkaca

Elmo Damarkaca

Cerita Silat Nusantara Ya ini ...
mantab, Aku Suka Sekali
lanjut Author....👍

2022-05-24

0

BARA ACHAZIA

BARA ACHAZIA

jejak

2021-07-01

0

lihat semua
Episodes
1 ARC 1 : Mendung di Langit Lamahtang Penyerangan
2 Misi Yang Gagal
3 Perjalanan Pelarian
4 Awal Mula
5 Prahara Mazandaran
6 Tujuh Penjaga Gerbang
7 Gerbang Api
8 Pendekar Bulan Perak
9 Ryutaro Sinju
10 Pusaka Pemecah Kehidupan
11 Bintang Merah
12 Kapten dan Prajurit
13 Tetua Shou
14 Jalamandana
15 Apa Bisa?
16 Misteri Bukit Tempirai
17 Pelita yang Menyala
18 Syair Kematian
19 Penjaga Desa
20 Tabib Muda
21 Kelompok Kelabang Hitam
22 Lima Kelabang Hantu
23 Jurus itu..
24 Serangan Hantu
25 Serangan Hantu II
26 Karang Setan
27 Energi Hitam
28 Segel Apa?
29 Sengkuang
30 Pahlawan Air Ketuan
31 Utusan
32 Panglima Wiratama
33 Bocornya Rahasia
34 Jari Petir
35 Teliksandi
36 Sekte Naga Merah
37 Kalian Meremehkanku?
38 Keturunan Ryu
39 Persiapan Mengungsi
40 Daging Gosong
41 Jubah Perak
42 Sekte Tujuh Tirai
43 Identitas Sekte Naga Merah
44 Kembalinya Para Tetua
45 Kadal Api
46 Utusan Pangeran Ke Tiga
47 Pendekar Misterius dan Anak Kecil
48 Gagak Hitam
49 Senopati Benduriang
50 Yang Tersisa
51 Perkampungan Raja
52 Musuh Dalam Selimut
53 Melawan Pemimpin Aliansi
54 Gugurnya Sang Panglima
55 Melawan Mpu Jangger
56 Lebah Beracun
57 Batu Trisula
58 Batu Trisula II
59 Batu Trisula III
60 Menghimpun Kekuatan
61 Menghimpun Kekuatan II
62 Upeti Kerajaan
63 Siasat Rambang Dangku
64 Kejutan
65 Pasukan Situngkoro
66 Pertemuan Tiga Adipati
67 Dasar Banci!
68 Pertarungan di Kedai Pindang
69 Pertarungan di Kedai Pindang II
70 Bunga Kebenaran
71 Racun Tidur
72 Kembali ke Sekte Tujuh Tirai
73 Bumi Bergetar
74 Pertarungan di Puncak Air Terjun Ke Tiga
75 Pertarungan di Puncak Air Terjun Ke Tiga II
76 Pewaris Api
77 Hitam dan Putih
78 Menjebak Musuh
79 Gadis Pengawal
80 Serangan ke Istana I
81 Serangan Ke Istana II
82 Serangan Ke Istana III
83 Serangan Ke Istana IV
84 Serangan Ke Istana V
85 Serangan Ke Istana VI
86 Serangan Ke Istana VII
87 Serangan Ke Istana VIII
88 Serangan Ke Istana IX
89 Serangan Ke Istana X
90 Serangan Ke Istana XI
91 Serangan Ke Istana XII
92 Serangan Ke Istana XIII
93 Nasib Gentayu
94 Tiga Istri
95 Sisa Pasukan Lamahtang
96 Sisa Pasukan Lamahtang II
97 Sisa Pasukan Lamahtang III
98 Akhir Perjalanan
99 Apa Salahku??
100 Segel Permata Hitam
101 Lima Jari Paku Dewa
102 Misteri Cermin
103 Misteri Cermin II
104 Misteri Cermin III
105 ARC 2: DUNIA PARA DANYANG Itu Bukan Kelinci !
106 Itu Bukan Kelinci ! II
107 Level Pendekar Bumi
108 Telegu Merah dan Rumah Pohon
109 Kediaman Joh Kaiman
110 Anjani
111 Anjani II
112 Anjani III
113 Anjani IV
114 Suara Misterius
115 Masalah
116 Gelang Perak
117 Tak Ada Jalan Untuk Lari
118 Obat Untuk Orang Biasa
119 Saran Seorang Sahabat
120 Teratai Bulan
121 Racun Lili Hitam
122 Kembali
123 Tubuh Dewa Api
124 Buah Lava Hitam
125 Ujian Murid
126 Gandini I
127 Gandini II
128 Dia Bukan Pengkhianat
129 Kitab Api Abadi
130 Ular Hitam dan Garuda
131 Aku Tahu Segalanya Tentangmu
132 Apa Aku Harus Lari??
133 Pedang Kembar Hancur
134 Bab Ke Empat
135 Ulah Telegu Merah
136 Ksatria Muda
137 Ksatria Muda II
138 Membasmi Parasit
139 Nasibmu Telah Ditentukan
140 Lima Kantong
141 Kita Tak Punya Waktu
142 Murid Lemah
143 Kolam Kutukan Katak
144 Anda Benar-benar Kaya
145 Rakus..
146 Belalang Sembah 1
147 Belalang Sembah II
148 Kau...
149 Pertemuan Sesama Klan
150 Panggilan Penyatuan I
151 Panggilan Penyatuan II
152 Aku Bangkit!
153 Tengkorak Darah
154 Dewa Cahaya
155 Aku Harus Tetap Hidup
156 Yang Menang, Dikalahkan
157 Jayud
158 Licik..
159 Mpu Jangkung
160 Bukit Laba-laba
161 Bukit Laba-laba II
162 Tanah Misterius
163 Tanah Misterius II
164 Tanah Misterius III
165 Tanah Misterius IV
166 ARC III : Adipati Gunung Padang
167 Politik Para Pembesar
168 Apakah Kau Belum Menyadarinya, Paman?
169 Sayembara I
170 Sayembara II
171 Sayembara III
172 Sayembara IV
173 Sayembara V
174 Sayembara VI
175 Sayembara VII
176 Merampok
177 Sebuah Kebenaran
178 Memulai Bertualang
179 Menuju Hidama
180 Para Perompak
181 Bukan Itu, Itu Belati..
182 Sepakat
183 Artefak Hidup
184 Formasi Sihir
185 Tombak Kristal
186 Tombak Kristal II
187 Fikiran Konyol Warga Desa
188 Kraken Merah
189 Kraken Merah II
190 Kraken Merah III
191 Kraken Merah IV
192 Kraken Merah V
193 Perjamuan Malam
194 Pemusnahan Kehidupan
195 Peta Gerbang Sunda
196 Membuka Segel
197 Lei Ziang
198 Lei Ziang II
199 Jerangkong Ke Lima
200 Melindungi Diri
201 Rasa Yang Sama
202 Buih Aneh
203 Buih Aneh II
204 Hiru
205 Hiru II
Episodes

Updated 205 Episodes

1
ARC 1 : Mendung di Langit Lamahtang Penyerangan
2
Misi Yang Gagal
3
Perjalanan Pelarian
4
Awal Mula
5
Prahara Mazandaran
6
Tujuh Penjaga Gerbang
7
Gerbang Api
8
Pendekar Bulan Perak
9
Ryutaro Sinju
10
Pusaka Pemecah Kehidupan
11
Bintang Merah
12
Kapten dan Prajurit
13
Tetua Shou
14
Jalamandana
15
Apa Bisa?
16
Misteri Bukit Tempirai
17
Pelita yang Menyala
18
Syair Kematian
19
Penjaga Desa
20
Tabib Muda
21
Kelompok Kelabang Hitam
22
Lima Kelabang Hantu
23
Jurus itu..
24
Serangan Hantu
25
Serangan Hantu II
26
Karang Setan
27
Energi Hitam
28
Segel Apa?
29
Sengkuang
30
Pahlawan Air Ketuan
31
Utusan
32
Panglima Wiratama
33
Bocornya Rahasia
34
Jari Petir
35
Teliksandi
36
Sekte Naga Merah
37
Kalian Meremehkanku?
38
Keturunan Ryu
39
Persiapan Mengungsi
40
Daging Gosong
41
Jubah Perak
42
Sekte Tujuh Tirai
43
Identitas Sekte Naga Merah
44
Kembalinya Para Tetua
45
Kadal Api
46
Utusan Pangeran Ke Tiga
47
Pendekar Misterius dan Anak Kecil
48
Gagak Hitam
49
Senopati Benduriang
50
Yang Tersisa
51
Perkampungan Raja
52
Musuh Dalam Selimut
53
Melawan Pemimpin Aliansi
54
Gugurnya Sang Panglima
55
Melawan Mpu Jangger
56
Lebah Beracun
57
Batu Trisula
58
Batu Trisula II
59
Batu Trisula III
60
Menghimpun Kekuatan
61
Menghimpun Kekuatan II
62
Upeti Kerajaan
63
Siasat Rambang Dangku
64
Kejutan
65
Pasukan Situngkoro
66
Pertemuan Tiga Adipati
67
Dasar Banci!
68
Pertarungan di Kedai Pindang
69
Pertarungan di Kedai Pindang II
70
Bunga Kebenaran
71
Racun Tidur
72
Kembali ke Sekte Tujuh Tirai
73
Bumi Bergetar
74
Pertarungan di Puncak Air Terjun Ke Tiga
75
Pertarungan di Puncak Air Terjun Ke Tiga II
76
Pewaris Api
77
Hitam dan Putih
78
Menjebak Musuh
79
Gadis Pengawal
80
Serangan ke Istana I
81
Serangan Ke Istana II
82
Serangan Ke Istana III
83
Serangan Ke Istana IV
84
Serangan Ke Istana V
85
Serangan Ke Istana VI
86
Serangan Ke Istana VII
87
Serangan Ke Istana VIII
88
Serangan Ke Istana IX
89
Serangan Ke Istana X
90
Serangan Ke Istana XI
91
Serangan Ke Istana XII
92
Serangan Ke Istana XIII
93
Nasib Gentayu
94
Tiga Istri
95
Sisa Pasukan Lamahtang
96
Sisa Pasukan Lamahtang II
97
Sisa Pasukan Lamahtang III
98
Akhir Perjalanan
99
Apa Salahku??
100
Segel Permata Hitam
101
Lima Jari Paku Dewa
102
Misteri Cermin
103
Misteri Cermin II
104
Misteri Cermin III
105
ARC 2: DUNIA PARA DANYANG Itu Bukan Kelinci !
106
Itu Bukan Kelinci ! II
107
Level Pendekar Bumi
108
Telegu Merah dan Rumah Pohon
109
Kediaman Joh Kaiman
110
Anjani
111
Anjani II
112
Anjani III
113
Anjani IV
114
Suara Misterius
115
Masalah
116
Gelang Perak
117
Tak Ada Jalan Untuk Lari
118
Obat Untuk Orang Biasa
119
Saran Seorang Sahabat
120
Teratai Bulan
121
Racun Lili Hitam
122
Kembali
123
Tubuh Dewa Api
124
Buah Lava Hitam
125
Ujian Murid
126
Gandini I
127
Gandini II
128
Dia Bukan Pengkhianat
129
Kitab Api Abadi
130
Ular Hitam dan Garuda
131
Aku Tahu Segalanya Tentangmu
132
Apa Aku Harus Lari??
133
Pedang Kembar Hancur
134
Bab Ke Empat
135
Ulah Telegu Merah
136
Ksatria Muda
137
Ksatria Muda II
138
Membasmi Parasit
139
Nasibmu Telah Ditentukan
140
Lima Kantong
141
Kita Tak Punya Waktu
142
Murid Lemah
143
Kolam Kutukan Katak
144
Anda Benar-benar Kaya
145
Rakus..
146
Belalang Sembah 1
147
Belalang Sembah II
148
Kau...
149
Pertemuan Sesama Klan
150
Panggilan Penyatuan I
151
Panggilan Penyatuan II
152
Aku Bangkit!
153
Tengkorak Darah
154
Dewa Cahaya
155
Aku Harus Tetap Hidup
156
Yang Menang, Dikalahkan
157
Jayud
158
Licik..
159
Mpu Jangkung
160
Bukit Laba-laba
161
Bukit Laba-laba II
162
Tanah Misterius
163
Tanah Misterius II
164
Tanah Misterius III
165
Tanah Misterius IV
166
ARC III : Adipati Gunung Padang
167
Politik Para Pembesar
168
Apakah Kau Belum Menyadarinya, Paman?
169
Sayembara I
170
Sayembara II
171
Sayembara III
172
Sayembara IV
173
Sayembara V
174
Sayembara VI
175
Sayembara VII
176
Merampok
177
Sebuah Kebenaran
178
Memulai Bertualang
179
Menuju Hidama
180
Para Perompak
181
Bukan Itu, Itu Belati..
182
Sepakat
183
Artefak Hidup
184
Formasi Sihir
185
Tombak Kristal
186
Tombak Kristal II
187
Fikiran Konyol Warga Desa
188
Kraken Merah
189
Kraken Merah II
190
Kraken Merah III
191
Kraken Merah IV
192
Kraken Merah V
193
Perjamuan Malam
194
Pemusnahan Kehidupan
195
Peta Gerbang Sunda
196
Membuka Segel
197
Lei Ziang
198
Lei Ziang II
199
Jerangkong Ke Lima
200
Melindungi Diri
201
Rasa Yang Sama
202
Buih Aneh
203
Buih Aneh II
204
Hiru
205
Hiru II

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!