Prahara Mazandaran

Perempuan tua yang terlihat masih cukup kuat itu berdiri. Berjalan menuju jendela, dan berdiri membelakangi Gentayu yang menatap punggungnya dengan rasa penasaran yang sangat tinggi.

“Tujuah Penjaga Gerbang?” Gentayu mengulangi kata-kata perempuan tersebut menyebut nama kelompok pendekar yang disebut sebagai leluhur dari gurunya.

Kemudian Perempuan itu berbalik, berjalan mendekat lalu duduk kembali di kursi kayunya. Dia menghela nafas panjang sebelum mulai bercerita.

Tujuh Penjaga gerbang, adalah sebuah aliansi atau perkumpulan pendekar-pendekar sakti dalam rangka menjalankan sebuah misi besar bersama. Misi itu adalah mengalahkan dan menghancurkan kekuatan dari Mislan Katili, manusia terkuat di masanya yang bergelar sebagai Raja Kegelapan. Mislan Katili sendiri adalah seorang raja yang hidup dan menjadi raja dari sebuah kerajaan besar di Benua Tengah. Benua Tengah sendiri adalah sebuah daratan besar lain yang terpisah jauh dari pulau Emas Besar tempat hidup Gentayu saat ini.

Kerajaan yang dipimpin oleh Mislan Katili sebenarnya tidak terlalu besar awalnya. Kerajaan ini didirikan oleh bangsa pengembara setelah menaklukan beberapa kota di sekitar danau Mazandara, sebuah danau yang tepiannya hampir tak terlihat karena saking luasnya. Danau besar ini terletak di wilayah Benua Tengah. Karena letaknya di tepian danau Mazandara itulah, kerajaan ini dikenal juga sebagai kerajaan Mazandaran oleh orang-orang luar walaupun nama aslinya adalah kerajaan Hirkania.

Wilayahnya yang luas dengan sumber daya yang sangat melimpah membuat masyarakat kerajaan tersebut hidup makmur pada awalnya. Namun kerana perangai dasar bangsa ini yang sangat suka berperang, membuat kekayaan negara tersebut tidak dapat dinikmati oleh rakyat kerajaan. Anggaran negara selalu lebih banyak untuk membiayai perang daripada digunakan untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya.

Bahkan seringkali raja yang memerintah harus menaikkan pajak rakyatnya hanya untuk menutupi biaya perang. Ironisnya, perang-perang tersebut justru sering dipicu oleh keserakahan dan karakter hobi berperang para penguasa ini. Alasan memulai perangpun tak selalu masalah perluasan wilayah atau mempertahankan kedaulatan negeri. Perang sering dilancarkan hanya karena masalah sepele, semisal Putri Raja Mazandaran yang kalah cantik dari putri kerajaan lain. Rakyat kedua negara yang berseteru-lah akhirnya yang paling menderita Akibat perang itu.

Kondisi ini mengalami puncaknya saat Mislan Katili naik tahta.

Mislan Katili yang naik tahta melalui jalan merebut kekuasaan dari raja yang sah bukanlah keturunan raja ataupun berasal dari keluarga bangsawan. Bahkan dia diyakini bukan bagian dari bangsa manusia. Setidaknya, dia hadir di dunia ini melalui telur yang jatuh dari langit, bukan dengan dilahirkan seorang ibu dari hasil perkawinan laki-laki dengan perempuan sebagaimana lazimnya manusia. Itulah yang tercatat dalam naskah-naskah kuno yang bisa dipelajari dan tersebar hingga saat ini di berbagai perpustakaan di penjuru negeri.

Dalam naskah-naskah kuno itu disebutkan, saat kedatangannya ke dunia ini, langit tiba-tiba berubah gelap. Awan hitam bergumpal tebal menutupi cahaya matahari secara tiba-tiba. Angin kencang dan badai menyapu daratan diiringi hujan petir menggelegar. Lalu dari balik awan hitam di langit, meluncur bola api sangat panas berukuran raksasa dan jatuh menghantam bumi. Tempat yang dihantam bola api raksasa itu berubah menjadi kawah dan saat ini berada di wilayah Selatan Mazandaran atau Hirkania. Setelah bola api itu dingin, ternyata menyisakan telur emas yang berkilau mengundang keserakahan manusia untuk mendekat. Karena itu pulalah kemudian, tiga kerajaan disekitar Mazandaran harus musnah akibat perang memperebutkan telur emas sebesar kereta kuda yang tak henti menyala terang itu. Sudah tentu bisa ditebak, selepas musnahnya tiga kerajaan, kerajaan Mazandaran-lah yang kemudian menguasai bekas wilayah tiga kerajaan dan memboyong telur emas ke kerajaannya. Mereka tidak menyadari sedang memboyong musibah dan bencana ke dalam istana kerajaan.

Telur emas dari langit itu kemudian diletakkan di alun-alun kerajaan sebagai simbol kekayaan dan kejayaan kerajaan. Namun keanehan yang awalnya dianggap keajaiban mulai terjadi setelah purnama pertama telur emas itu berada di alun-alun kerajaan. Setiap orang yang menyentuh telur emas itu, bila memiliki penyakit maka akan sembuh seketika. Tak peduli separah apapun penyakitnya. Sedangkan orang yang tanpa penyakit, bila menyentuhnya akan mendapati tubuhnya jauh lebih kuat, bertenaga dan sehat.

Tentu saja keajaiban ini segera menjadi hal yang menarik bagi seisi kerajaan. Sejak hal itu diketahui secara luas, maka para prajurit mendapatkan prioritas menyentuh telur emas itu guna mendapat kekuatan dan menyembuhkan penyakit yang diderita. Tentu saja tujuannya adalah agar dapat segera memulai perang dengan kekuatan yang baru.

Setelah purnama kedua, keanehan lainpun terjadi. Telur itu seperti berhenti menyembuhkan dan memberi kekuatan. Telur itu justru seolah menghisap energi kehidupan warga lainnya yang belum menyentuh telur itu sebelumnya. Mereka, tiba-tiba mengalami rasa lemah tanpa tenaga. Banyak diantara mereka yang berjatuhan pingsan dijalanan. Awalnya para tabib megira sedang terjadi wabah. Namun mereka segera sadar hal itu berkaitan dengan telur emas tersebut karena para korban adalah mereka yang sama sekali tidak memiliki akses menuju alun-alun kerajaan.

Tak hanya itu, ternyata semua bayi-bayi yang sedang dikandungpun tiba-tiba lenyap di purnama ketiga, disusul dengan makin meluasnya ‘wabah’ yang membuat orang-orang kehilangan energi kehidupannya dengan tida-tiba.

Istana mulai panik. Niat untuk menyerang kerajaan lain seusai merasa para prajurit dan pasukannya bertambah kuatpun dibatalkan. Para prajurit dengan kekuatan di atas manusia normal mulai diperintahkan untuk menghancurkan telur emas yang dianggap pembawa bencana tersebut. Bukan hanya tidak bisa dipecahkan, bahkan telur itu justru semakin memancarkan energi hitam yang makin kuat setelah para pendekar sakti turut membantu.

Pada purnama keempat, Telur emas itu kemudian berubah warna menjadi hitam pekat setelah hampir separuh warga yang bermukim dan tinggal di dalam tembok kerajaan meninggal dunia dengan kondisi mengenaskan. Tubuh yang hanya menyisakan tulang berbalut kulit tanpa energi kehidupan bahkan sebelum mereka mati. Mereka mati mengering begitu saja.

Raja Mazandaran segera mengungsikan seluruh kerabat daan penghuni istana, berikut seluruh prajurit dan warga yang tersisa untuk keluar dari tembok kerajaan. Mereka mengungsi menuju wilayah timur, menuju wilayah perbatasan dengan kekaisaran Hidama.

Benua Tengah memang terdiri dari banyak kerajaan dan tiga kekaisaran besar, yaitu kekaisaran Hidama di bagian timur yang terletak di pesisir Laut dengan wilayah mencakup pulau-pulau besar di timur, Kekaisaran Huang di daratan utama, dan Kekaisaran Tatar yang menguasai wilayah deretan gunung-gunung tertinggi. Ketiganya walaupun bersaing dalam banyak hal namun selalu menahan diri untuk tidak saling terlibat perang. Selain ketiga kekaisaran, berdiri juga banyak kerajaan. Kerajaan-kerajaan tersebut sebagian menjadi wilayah bawahan kekaisaran dan sebagian merupakan negara merdeka. Mazandaran adalah salah satu kerajaan merdeka dengan wilayah hampir menyamai kekaisaran Hidama.

Sementara itu, telur emas yang kini telah berubah menjadi hitam pekat tiba-tiba retak dari dalam. Ada sinar ungu yang keluar dari retakan tersebut. Ketika retakan makin lebar, sinar ungu yang memancar juga semakin besar. Ketika telur telah pecah, nampak ada sesosok makhluk yang berdiri. Dialah si Mislan Katili.

Mislan Katili berpenampilan layaknya manusia biasa. Tubuhnya tinggi besar dan tegap sempurna. Berambut ikal dengan Kulitnya yang putih pucat serupa tulang. Tentu saja hal yang membedakannya dengan manusia biasa adalah kulit itu sangat keras dan tidak bisa ditembus senjata. Matanya yang hitam seluruhnya, makin meyakinkan bahwa dia memang bukan seperti manusia biasa.Tubuhnya memancar kekuatan dahsyat yang bahkan getaran energinya dapat dirasakan dari jarak seribu meter untuk orang awam. Tentu bagi para pendekar yang bahkan bisa merasakan getaran energi pendekar lain saat manusia biasa tak menyadarinya, pancaran energi Mislan Katili itu tentu saja bisa dirasakan dalam jarak yang sangat jauh sekalipun.

Mislan Katili melayang dari cangkang telurnya yang sudah terpecah. Saat dia keluar dari cangkang telur itu, cangkang telur tersebut menghilang lenyap begitu saja entah kemana.

Mislan Katili kemudian mendongak dan menunjuk ke langit, lalu berseru kencang...

“Kau Lihat Aku??? Ha.. Ha.. Ha.. Ha.. Ha.. Ha.. Ha.. Ha.. Ha.. Ha..! Hari ini aku akan menghancurkan kehidupan menusia-manusia di dunia ini! Ha.. Ha.. Ha.. Ha.. Ha.. Ha.. Ha.. Ha..!!”

Suaranya membahana di langit. Panacaran energi yang menyertai suaranya membuat suaranya bahkan bisa terdengar hingga radius puluhan kilometer jauhnya. Seluruh hewan yang sedang terbang di langit seolah terpaksa harus berhenti mengepakkan sayap karena ngerinya suara itu. Andai ada manusia yang berdiri di dekat Mislan Katili saat ini, melihatnya tertawa saja pasti sudah pingsan bahkan mati jantungan. Bagaimana tidak, seringainya saat tertawa menunjukkan deretan gigi-gigi yang tajam yang mengerikan. Seperti ikan hiu dalam ukurannya yang lebih kecil.

Setelah berkata demikian, mislan katili berkata lantang:

“Pasukanku, Kembali kalian!”

Saat kata-kata ini diucapkan, nun jauh di luar tembok istana, para pengungsi yang sudah terpencar termasuk para prajurit berikut kerabat dan pembesar istana tiba-tiba mematung. Tubuh mereka mendadak tidak bisa mereka kendalikan dengan akal fikiran mereka. Lalu, tubuh mereka berbalik dan berjalan kembali menuju istana, memenuhi panggilan Mislan Katili, sang Raja Kegelapan.

Butuh waktu beberapa hari sebelum gelombang pertama pengungsi dengan kesadaran yang menghilang itu tiba kembali di sitana Mazandaran. Sebulan berikutnya, seluruh pengungsi termasuk raja berikut keluarganya telah kembali ke istananya. Namun mereka kembali bukan sebagai penguasa, namun sebagai budak Mislan Katili.

Rupanya, efek penyembuh dan kesehatan dari telur emas di awal kedatangannya adalah cara untuk mengambil alih sepenuhnya tubuh manusia yang menerima kekuatannya. Sedangkan mereka yang tewas, adalah mereka yang tidak sempat merasakan khasiat telur emas tersebut.

Tentu saja masih ada banyak warga yang selamat. Mereka tidak ikut terhisap energi kehidupannya dan tidak juga kembali terpanggil sebagai budak Mislan Katili. Mereka adalah warga kerajaan di luar tembok kotaraja, termasuk para pendekar dari sekte-sekte dan perguruan-perguruan yang selama empat bulan terakhir tidak mengunjungi ibukota. Merekalah yang kemudian menggalang kekuatan untuk menghancurkan kekuatan jahat Mislan Katili dan pasukannya di kemudian hari.

Mislan Katili bersama pasukannya yang kemudian menjadi pasukan yang nyaris tak terkalahkan itu mulai menghancurkan wilayah-wilayah kerajaan di sekitar Mazandaran. Bedanya penyerangan kali ini adalah, mereka berperang bukan sekedar untuk menguasai dan memperluas wilayah, namun juga memperbudak warga yang ditaklukan. Teror dan ketakutan selalu mengiringi pasukan hitam ini dianapun bumi mereka singgahi. Karena mereka kini bahkan menjadikan membunuh bukan lagi sebagai sarana pembuktian kekuatan semata, namun membunuh sebagai bagian dari hidup. Tak peduli lagi apakah yang diserang prajurit maupun masyarakat desa biasa, bahkan bayipun akan mereka bunuh selama mereka bertemu.

Di awal kekuasaannya, Mislan Katili menggunakan para pengungsi terutama para prajurit sebagai pasukan utamanya. Pada perkembangan berikutnya, pasukan yang terdiri dari manusia tanpa kesadaran ini banyak yang mati terbunuh. Sejak itu, muncul divisi baru dalam pasukan Mislan Katili, yaitu Divisi Mayat hidup yang memburu, membunuh dan meneror tanpa ampun dan sulit dihentikan walaupun tanpa kecerdasan. Lalu entah sejak kapan, muncul divisi ketiga yang terdiri dari hewan-hewan dan makhluk aneh yang juga bergerak sebagai pasukan dan meneror manusia.

Daya jelajah pasukan ini bahkan sampai ke perbatsan dengan kekaisaran Hidama dan Huang, sehingga menimbulkan perlawanan dari kekaisaran-kekaisaran tersebut dan kerajaan-kerajaan di bawahnya. Namun kekuatan pasukan Mislan Katili yang makin besar, terutama pasukan mayat hidupnya yang dipanen dari setiap perang oleh para pengikutnya membuat kedua kekaisaran terdesak. Perlahan-lahan wilayah kedua kekaisaran dicaplok dan teror makin meluas. Pembunuhan terus berlangsung. Manusia seperti berada diambang kepunahan.

“Jadi, maksud nenek, pasukan Mislan Katili ini begitu kuat dan besar karena terdiri dari mayat dan hewan-hewan aneh?” Gentayu menyela cerita Perempuan tua itu di tengah-tengah ceritanya.

“Benar. Tapi Mislan Katili kemudian tidak lagi mengendalikan sendiri pasukan-pasukannya. Ada banyak pendekar Aliran hitam yang mengabdi dan mengambil keuntungan dari Raja Kegelapan. Mereka inilah, yang kemudian mengendalikan pasukan mayat hidup, sekaligus menciptakan pasukan-pasukan baru dari manusia yang berhasil mereka bunuh dari generasi ke generasi” Perempuan itu menjelaskan.

“Lalu, kenapa aku tidak pernah mendengar kisah ini, nenek?” Gentayu kembali bertanya dengan polosnya.

‘PLETAK!’ sebuah pukulan dari gagang sapu mampir di kepalanya.

“Aduh.. kenapa nenek memukulku?” protesnya sambil memegangi kepalanya yang benjol kemudian.

“Itu hadiah karena kau tidak mempelajari kitab yang ditinggalkan gurumu dengan baik! Kisah ini, pasti ada dalam semua kitab-kitab beladiri di pulau padi Emas selama berlemen Api. Dasar pemalas!” serapahnya kepada Gentayu.

Gentayu hanya cengengesan karena semua yang dikatakan perempuan tua ini benar adanya. Sebagai murid kelana, dia memang diwarisi salinan Kitab Matahari Emas. Kisah tentang Mislan Katili ini terdapat di bab Mukaddimah yang tentu saja tidak dibaca oleh Gentayu.

“Karena aku tahu kau tidak membacanya, maka aku menceritakan ini. Heh, kunyuk! Kenapa kau tidak bertanya bagaimana aku tahu kau tidak membaca kitabmu dengan benar, heh??” Perempuan itu kembali ngomel atas ketidaktanggapan Gentayu atas keanehan yang ditunjukkannya.

“Eh, iya... bagaimana, Nek? Bagaimana nenek bisa tahu?” dengan malu-malu dan takut Gentayu memberanikan diri bertanya.

“Tentu saja karena aku menguasai Ilmu Bulan Perak, pasangan dari ilmu Matahari Emas, bodoh!”

Jawabnya kesal. “Nanti aku ceritkan tentang diriku. Sekarang aku akan selesaikan dulu cerita dibalik liontin giok ini..”

Terpopuler

Comments

Budi Efendi

Budi Efendi

mantap lanjutkan

2022-11-21

0

Rita Puspitasari

Rita Puspitasari

cerita pa sich...

2021-03-02

0

Ratmoko Ari

Ratmoko Ari

josssssssss

2020-09-22

1

lihat semua
Episodes
1 ARC 1 : Mendung di Langit Lamahtang Penyerangan
2 Misi Yang Gagal
3 Perjalanan Pelarian
4 Awal Mula
5 Prahara Mazandaran
6 Tujuh Penjaga Gerbang
7 Gerbang Api
8 Pendekar Bulan Perak
9 Ryutaro Sinju
10 Pusaka Pemecah Kehidupan
11 Bintang Merah
12 Kapten dan Prajurit
13 Tetua Shou
14 Jalamandana
15 Apa Bisa?
16 Misteri Bukit Tempirai
17 Pelita yang Menyala
18 Syair Kematian
19 Penjaga Desa
20 Tabib Muda
21 Kelompok Kelabang Hitam
22 Lima Kelabang Hantu
23 Jurus itu..
24 Serangan Hantu
25 Serangan Hantu II
26 Karang Setan
27 Energi Hitam
28 Segel Apa?
29 Sengkuang
30 Pahlawan Air Ketuan
31 Utusan
32 Panglima Wiratama
33 Bocornya Rahasia
34 Jari Petir
35 Teliksandi
36 Sekte Naga Merah
37 Kalian Meremehkanku?
38 Keturunan Ryu
39 Persiapan Mengungsi
40 Daging Gosong
41 Jubah Perak
42 Sekte Tujuh Tirai
43 Identitas Sekte Naga Merah
44 Kembalinya Para Tetua
45 Kadal Api
46 Utusan Pangeran Ke Tiga
47 Pendekar Misterius dan Anak Kecil
48 Gagak Hitam
49 Senopati Benduriang
50 Yang Tersisa
51 Perkampungan Raja
52 Musuh Dalam Selimut
53 Melawan Pemimpin Aliansi
54 Gugurnya Sang Panglima
55 Melawan Mpu Jangger
56 Lebah Beracun
57 Batu Trisula
58 Batu Trisula II
59 Batu Trisula III
60 Menghimpun Kekuatan
61 Menghimpun Kekuatan II
62 Upeti Kerajaan
63 Siasat Rambang Dangku
64 Kejutan
65 Pasukan Situngkoro
66 Pertemuan Tiga Adipati
67 Dasar Banci!
68 Pertarungan di Kedai Pindang
69 Pertarungan di Kedai Pindang II
70 Bunga Kebenaran
71 Racun Tidur
72 Kembali ke Sekte Tujuh Tirai
73 Bumi Bergetar
74 Pertarungan di Puncak Air Terjun Ke Tiga
75 Pertarungan di Puncak Air Terjun Ke Tiga II
76 Pewaris Api
77 Hitam dan Putih
78 Menjebak Musuh
79 Gadis Pengawal
80 Serangan ke Istana I
81 Serangan Ke Istana II
82 Serangan Ke Istana III
83 Serangan Ke Istana IV
84 Serangan Ke Istana V
85 Serangan Ke Istana VI
86 Serangan Ke Istana VII
87 Serangan Ke Istana VIII
88 Serangan Ke Istana IX
89 Serangan Ke Istana X
90 Serangan Ke Istana XI
91 Serangan Ke Istana XII
92 Serangan Ke Istana XIII
93 Nasib Gentayu
94 Tiga Istri
95 Sisa Pasukan Lamahtang
96 Sisa Pasukan Lamahtang II
97 Sisa Pasukan Lamahtang III
98 Akhir Perjalanan
99 Apa Salahku??
100 Segel Permata Hitam
101 Lima Jari Paku Dewa
102 Misteri Cermin
103 Misteri Cermin II
104 Misteri Cermin III
105 ARC 2: DUNIA PARA DANYANG Itu Bukan Kelinci !
106 Itu Bukan Kelinci ! II
107 Level Pendekar Bumi
108 Telegu Merah dan Rumah Pohon
109 Kediaman Joh Kaiman
110 Anjani
111 Anjani II
112 Anjani III
113 Anjani IV
114 Suara Misterius
115 Masalah
116 Gelang Perak
117 Tak Ada Jalan Untuk Lari
118 Obat Untuk Orang Biasa
119 Saran Seorang Sahabat
120 Teratai Bulan
121 Racun Lili Hitam
122 Kembali
123 Tubuh Dewa Api
124 Buah Lava Hitam
125 Ujian Murid
126 Gandini I
127 Gandini II
128 Dia Bukan Pengkhianat
129 Kitab Api Abadi
130 Ular Hitam dan Garuda
131 Aku Tahu Segalanya Tentangmu
132 Apa Aku Harus Lari??
133 Pedang Kembar Hancur
134 Bab Ke Empat
135 Ulah Telegu Merah
136 Ksatria Muda
137 Ksatria Muda II
138 Membasmi Parasit
139 Nasibmu Telah Ditentukan
140 Lima Kantong
141 Kita Tak Punya Waktu
142 Murid Lemah
143 Kolam Kutukan Katak
144 Anda Benar-benar Kaya
145 Rakus..
146 Belalang Sembah 1
147 Belalang Sembah II
148 Kau...
149 Pertemuan Sesama Klan
150 Panggilan Penyatuan I
151 Panggilan Penyatuan II
152 Aku Bangkit!
153 Tengkorak Darah
154 Dewa Cahaya
155 Aku Harus Tetap Hidup
156 Yang Menang, Dikalahkan
157 Jayud
158 Licik..
159 Mpu Jangkung
160 Bukit Laba-laba
161 Bukit Laba-laba II
162 Tanah Misterius
163 Tanah Misterius II
164 Tanah Misterius III
165 Tanah Misterius IV
166 ARC III : Adipati Gunung Padang
167 Politik Para Pembesar
168 Apakah Kau Belum Menyadarinya, Paman?
169 Sayembara I
170 Sayembara II
171 Sayembara III
172 Sayembara IV
173 Sayembara V
174 Sayembara VI
175 Sayembara VII
176 Merampok
177 Sebuah Kebenaran
178 Memulai Bertualang
179 Menuju Hidama
180 Para Perompak
181 Bukan Itu, Itu Belati..
182 Sepakat
183 Artefak Hidup
184 Formasi Sihir
185 Tombak Kristal
186 Tombak Kristal II
187 Fikiran Konyol Warga Desa
188 Kraken Merah
189 Kraken Merah II
190 Kraken Merah III
191 Kraken Merah IV
192 Kraken Merah V
193 Perjamuan Malam
194 Pemusnahan Kehidupan
195 Peta Gerbang Sunda
196 Membuka Segel
197 Lei Ziang
198 Lei Ziang II
199 Jerangkong Ke Lima
200 Melindungi Diri
201 Rasa Yang Sama
202 Buih Aneh
203 Buih Aneh II
204 Hiru
205 Hiru II
Episodes

Updated 205 Episodes

1
ARC 1 : Mendung di Langit Lamahtang Penyerangan
2
Misi Yang Gagal
3
Perjalanan Pelarian
4
Awal Mula
5
Prahara Mazandaran
6
Tujuh Penjaga Gerbang
7
Gerbang Api
8
Pendekar Bulan Perak
9
Ryutaro Sinju
10
Pusaka Pemecah Kehidupan
11
Bintang Merah
12
Kapten dan Prajurit
13
Tetua Shou
14
Jalamandana
15
Apa Bisa?
16
Misteri Bukit Tempirai
17
Pelita yang Menyala
18
Syair Kematian
19
Penjaga Desa
20
Tabib Muda
21
Kelompok Kelabang Hitam
22
Lima Kelabang Hantu
23
Jurus itu..
24
Serangan Hantu
25
Serangan Hantu II
26
Karang Setan
27
Energi Hitam
28
Segel Apa?
29
Sengkuang
30
Pahlawan Air Ketuan
31
Utusan
32
Panglima Wiratama
33
Bocornya Rahasia
34
Jari Petir
35
Teliksandi
36
Sekte Naga Merah
37
Kalian Meremehkanku?
38
Keturunan Ryu
39
Persiapan Mengungsi
40
Daging Gosong
41
Jubah Perak
42
Sekte Tujuh Tirai
43
Identitas Sekte Naga Merah
44
Kembalinya Para Tetua
45
Kadal Api
46
Utusan Pangeran Ke Tiga
47
Pendekar Misterius dan Anak Kecil
48
Gagak Hitam
49
Senopati Benduriang
50
Yang Tersisa
51
Perkampungan Raja
52
Musuh Dalam Selimut
53
Melawan Pemimpin Aliansi
54
Gugurnya Sang Panglima
55
Melawan Mpu Jangger
56
Lebah Beracun
57
Batu Trisula
58
Batu Trisula II
59
Batu Trisula III
60
Menghimpun Kekuatan
61
Menghimpun Kekuatan II
62
Upeti Kerajaan
63
Siasat Rambang Dangku
64
Kejutan
65
Pasukan Situngkoro
66
Pertemuan Tiga Adipati
67
Dasar Banci!
68
Pertarungan di Kedai Pindang
69
Pertarungan di Kedai Pindang II
70
Bunga Kebenaran
71
Racun Tidur
72
Kembali ke Sekte Tujuh Tirai
73
Bumi Bergetar
74
Pertarungan di Puncak Air Terjun Ke Tiga
75
Pertarungan di Puncak Air Terjun Ke Tiga II
76
Pewaris Api
77
Hitam dan Putih
78
Menjebak Musuh
79
Gadis Pengawal
80
Serangan ke Istana I
81
Serangan Ke Istana II
82
Serangan Ke Istana III
83
Serangan Ke Istana IV
84
Serangan Ke Istana V
85
Serangan Ke Istana VI
86
Serangan Ke Istana VII
87
Serangan Ke Istana VIII
88
Serangan Ke Istana IX
89
Serangan Ke Istana X
90
Serangan Ke Istana XI
91
Serangan Ke Istana XII
92
Serangan Ke Istana XIII
93
Nasib Gentayu
94
Tiga Istri
95
Sisa Pasukan Lamahtang
96
Sisa Pasukan Lamahtang II
97
Sisa Pasukan Lamahtang III
98
Akhir Perjalanan
99
Apa Salahku??
100
Segel Permata Hitam
101
Lima Jari Paku Dewa
102
Misteri Cermin
103
Misteri Cermin II
104
Misteri Cermin III
105
ARC 2: DUNIA PARA DANYANG Itu Bukan Kelinci !
106
Itu Bukan Kelinci ! II
107
Level Pendekar Bumi
108
Telegu Merah dan Rumah Pohon
109
Kediaman Joh Kaiman
110
Anjani
111
Anjani II
112
Anjani III
113
Anjani IV
114
Suara Misterius
115
Masalah
116
Gelang Perak
117
Tak Ada Jalan Untuk Lari
118
Obat Untuk Orang Biasa
119
Saran Seorang Sahabat
120
Teratai Bulan
121
Racun Lili Hitam
122
Kembali
123
Tubuh Dewa Api
124
Buah Lava Hitam
125
Ujian Murid
126
Gandini I
127
Gandini II
128
Dia Bukan Pengkhianat
129
Kitab Api Abadi
130
Ular Hitam dan Garuda
131
Aku Tahu Segalanya Tentangmu
132
Apa Aku Harus Lari??
133
Pedang Kembar Hancur
134
Bab Ke Empat
135
Ulah Telegu Merah
136
Ksatria Muda
137
Ksatria Muda II
138
Membasmi Parasit
139
Nasibmu Telah Ditentukan
140
Lima Kantong
141
Kita Tak Punya Waktu
142
Murid Lemah
143
Kolam Kutukan Katak
144
Anda Benar-benar Kaya
145
Rakus..
146
Belalang Sembah 1
147
Belalang Sembah II
148
Kau...
149
Pertemuan Sesama Klan
150
Panggilan Penyatuan I
151
Panggilan Penyatuan II
152
Aku Bangkit!
153
Tengkorak Darah
154
Dewa Cahaya
155
Aku Harus Tetap Hidup
156
Yang Menang, Dikalahkan
157
Jayud
158
Licik..
159
Mpu Jangkung
160
Bukit Laba-laba
161
Bukit Laba-laba II
162
Tanah Misterius
163
Tanah Misterius II
164
Tanah Misterius III
165
Tanah Misterius IV
166
ARC III : Adipati Gunung Padang
167
Politik Para Pembesar
168
Apakah Kau Belum Menyadarinya, Paman?
169
Sayembara I
170
Sayembara II
171
Sayembara III
172
Sayembara IV
173
Sayembara V
174
Sayembara VI
175
Sayembara VII
176
Merampok
177
Sebuah Kebenaran
178
Memulai Bertualang
179
Menuju Hidama
180
Para Perompak
181
Bukan Itu, Itu Belati..
182
Sepakat
183
Artefak Hidup
184
Formasi Sihir
185
Tombak Kristal
186
Tombak Kristal II
187
Fikiran Konyol Warga Desa
188
Kraken Merah
189
Kraken Merah II
190
Kraken Merah III
191
Kraken Merah IV
192
Kraken Merah V
193
Perjamuan Malam
194
Pemusnahan Kehidupan
195
Peta Gerbang Sunda
196
Membuka Segel
197
Lei Ziang
198
Lei Ziang II
199
Jerangkong Ke Lima
200
Melindungi Diri
201
Rasa Yang Sama
202
Buih Aneh
203
Buih Aneh II
204
Hiru
205
Hiru II

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!