Perjalanan Pelarian

Setelah pertarungan singkat itu selesai, pemuda misterius itu berniat menemui Danu yang masih terduduk lemah memegangi perutnya. Rupanya, dalam pertarungan sebelumnya pendekar dari padepokan Matahari Emas itu terkena sabetan senjata yang lumayan parah. Insting bertahannya-lah yang memaksanya terus bertempur hingga kemudian nyawanya diselamatkan pemuda misterius ini.

“Kisanak, apakah lukamu parah?” pemuda tersebut menanyakan kondisi luka Danu dengan mimik muka penuh kekhawatiran. Terlihat jelas di matanya bahwa kondisi pendekar yang ditolongnya semakin memburuk dari waktu ke waktu.

“Hah.. heh.. te.. rima..kasih, kisanak. Siapa.. ki.. sanak.. ini?“ bukannya menjawab, Danu malah balik menanyakan identitas penolongnya dengan nafas yang satu-satu dan makin lemah.

“Saya Gentayu...” Jawabnya singkat dan segera berjongkok memeriksa kondisi Danu. Rupanya, senjata yang mengenainya selain dialiri tenaga dalam juga mengandung racun yang mematikan.

“Tuan, gen.. tayu.. tolong... se.. lamat..kan..” Danu tidak sempat menyelesaikan kalimatnya. Sebuah anak panah lain telah menancap di pelipisnya menembus batok kepalanya bersama ratusan anak panah yang tak sempat ditangkis keduanya. Pendekar tersebut tewas seketika dengan tangan yang menunjuk ke arah timur tempatnya menjemput maut tersebut.

Serangan panah tidak berhenti justru semakin banyak. Gentayu kemudian segera sibuk menangkis ratusan anak panah yang seperti tak berhenti meluncur dari sisi utara tempatnya berdiri. Menyadari banyaknya musuh yang menyerang setelah dia merobohkan dua pendekar asing yang menyerbu barusan, tanpa membuang waktu gentayu segera mencari celah untuk kembali melarikan diri. Melawan pasukan sebanyak itu bukanlah ide yang baik, fikirnya.

“Habisi bocah tengik itu..!!”

Terdengar lantang suara komandan pasukan penyerang yang segera muncul dari balik semak-semak bersama sekitar dua puluh pendekar membawa senjata panah dan beberapa pendekar pedang. Namun, ‘bocah tengik’ yang dimaksud telah berhasil meloloskan diri.

“Bedebah sialan! Kucing Air! Kemana bocah itu menghilang??” sumpah serapah dan lampiasan kekesalan segera keluar dari mulut komandan tersebut.

Mereka kemudian segera berlalu dengan kesal setelah mencari-cari di sekitar tempat itu dan tak menemukan buruannya. Rombongan itu menuju ke arah Padepokan Matahari Emas. Meninggalkan empat mayat di tempat tersebut begitu saja sekalipun dua diantaranya adalah rekan mereka sendiri.

Sementara itu, Gentayu, pendekar misterius yang sebelumnya terlibat melawan pasukan penyerbu, telah berhasil menemukan anak kecil bersama harimaunya. Anak kecil itu adalah anak dari Bandu Aji, penerus dari Ki Brajawana sang Pendekar Matahari Emas. Sayangnya, saat ditemukan anak tersebut telah terbunuh dengan sebuah anak panah menancap dipunggungnya. Harimaunya sendiri tak kalah mengenaskan karena kakinya membiru dan sebuah anak panah lain menancap di sana. Namun harimau itu masih hidup.

Tak menunggu lama, dibopongnya tubuh harimau yang besarnya hampir seukuran anak sapi itu tanpa masalah. Namun, saat ia hendak meninggalkan tempat itu karena khawatir para pengejarnya tak akan membiarkannya lolos begitu saja, sebuah suara yang berat mengagetkannya.

“Tuan...”

Celingukan Gentayu berusaha mencari sumber suara yang sepertinya sangat dekat itu.

“Tuan... saya di.. sini..”

Gentayu kaget dan segera melepaskan kedua tangan yang sedang membopong harimau itu. Ternyata harimau itu yang bersuara.

‘Gedebugh..!’

Terrdengar suara seperti benda berat yang jatuh ke tanah saat tubuh hewan malang itu harus jatuh ke tanah gara-gara penolongnya terkejut.

“Ugh...! Sakit...! Hei tuan.. kau.. kuat, tapi kagetan..” harimau itu antara mengumpat dan mengeluh.

“Bb..bb..bagaimana.. kau bisa bicara??” tanya Gentayu dengan mata melotot tak percaya.

“Tuan.. tolong..cabut panah ini. Lalu tempelkan... tanganmu.. di.. keningku.. tidak. Tapi di antara kedua alisku.. waktu kita tak.. banyak...” harimau aneh itu memberi petunjuk kepada Gentayu.

Gentayu segera tersadar dari keterkejutannya. Tanpa bertanya dan menunggu, segera dilaksanaknnya petunjuk harimau itu.

Panah yang menancap di kakinya telah tercabut. Gentayu kemudian menempelkan tangannya ke titik diantara kedua alis harimau itu.

“Lalu apa lagi?”

Gentayu meminta penjelasan lebih lanjut.

“Baik. Alirkan.. hawa... murni.. tuan.. ketika terasa... ada sesuatu... yang masuk.. ke aliran darah di tangan.. tuan, mohon.. jangan.. di.. lawan. Engkau... akan.. tau.. dan.. mendapat.. manfaatnya...” harimau itu kembali menjelaskan dengan nafas tersengal yang makin lemah.

“Baik!” Gentayu mengerti.

Rasa penasaran dan khawatir segera ditekannya. Lalu segera melakukan petunjuk dari harimau itu.

Gentayu memejamkan mata. Dialirkannya hawa murni dari tubuhnya ke titik di antara dua alis harimau itu. Awalnya, dia tak merasakan apapun. Namun lama-kelamaan, terasa ada hawa dingin mulai merayap dari tubuh harimau menuju telapak tangannya, lalu naikke pergelangan, naik ke siku, dan berhenti di lengan bagian atasnya.

“Apa ini??” Pemuda itu bermaksud mengajukan pertanyaan kepada sang Harimau, tapi harimau itu telah menutup matanya. Nafasnya berhenti. Harimau itu telah mati..

“Tuan..”

Tiba-tiba kembali terdengar suara harimau itu. Namun kali ini sangat lancar. Tanpa nafas tersengal dan kesakitannya.

“Tuan, apakah engkau mendengarku?”

Suara harimau kembali terdengar, namun kali ini jelas bukan dari tubuh harimau yang mulai kaku di tanah ini.

“I.. iya.. aku mendengarmu” agak gugup Gentayu menjawab dengan bingung.

“Sebaiknya tuan segera pergi dari sini. Gerombolan penyerang itu mungkin masih mengejar. Tidak aman di sini”

Suara harimau yang entah bagaimana dia bersuara itu kembali terdengar.

“Baiklah..” Gentayu menjawab singkat dan dengan kesaktiannya segera melesat menjauh dengan lincah diantara dahan-dahan pohon dan semak di hutan itu. Hanya terlihat kelebat bayangannya tanpa terlihat wujudnya. Manusia biasa pasti akan mengira bahwa ia adalah hantu.

Setelah melesat sekian lama, gentayu akhirnya tiba di pinggir sungai. Sungai yang cukup besar karena dari hulu dan hilirnya sesekali melintas perahu-perahu berukuran lumayan besar dengan bermacam muatan hasil bumi dan penumpang. Mata pemuda itu kemudian tertuju pada deretan perahu dengan bendera-bendera yang berkibar.

‘Ah.. dilihat dari benderanya, itu pasti perahu-perahu yang dipakai sebagai sarana mengangkut ratusan anggota kelompok aliran hitam yang menyerang perguruan Matahari Emas...’ Gentayu kemudian tersenyum setelah berfikir sesaat.

‘Sebaiknya aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Perahu-perahu itu berjumlah tidak kurang dari 50 kapal. Tapi penjaganya semuanya tidak lebih dari 30 orang. Mereka terlalu percaya diri’

Ya. Gentayu saat ini sedang berfikir untuk melumpuhkan para penjaga perahu, merusak dan membakar perahu mereka, lalu menjarah isinya.

Gentayu berfikir bahwa untuk sebuah rombongan pasukan yang menjalankan sebuah misi, pasti dibekali dengan sumber daya memadai. Setidaknya makanan, obat-obatan, dan tentu saja harta hasil jarahan dari penyerangan yang telah dilakukan sebelum menyerang Matahari Emas. ‘Aku akan kaya’ fikirnya.

“Tuan..” kembali terdengar suara sang harimau.

“kini aku sudah dalam bentuk asliku. Ya, aku adalah roh yang kebetulan terkurung dalam tubuh harimau tersebut. Kini aku bersemayam dalam lenganmu dalam bentuk lukisan 2 belang harimau. Kau bisa gunakan kekuatanku. Jangan khawatir. Suaraku hanya bisa didengar oleh tuan saja”

“Eh, apa? Menggunakan kekuatanmu? Bukankah kau sendiri tidak bisa melindungi dirimu sendiri sehingga mati oleh panah-panah itu?” Gentayu menyahut sekenanya dan terkesan mengejek roh harimau.

“Eh, tuan.. Aku memang lemah dalam tubuh harimau itu. Bagaimanapun, tubuh itu adalah segel bagi kekuatanku. Aaaah.. terlalu lama menjelaskannya. Begini saja. Tuan alirkan sedikit tenaga dalam ke lengan tuan. Lalu, arahkan ke perahu-perahu itu, dengan menyebut ‘Tinju Naga Api’ maka tuan akan tahu..” Roh harimau itu menjawab dan menjelaskan dengan sedikit kesal.

“Eh, apa? Tinju Naga Api? Bukannya engkau ini harimau?” Gentayu kembali terkikik geli mendengar nama jurus yang harus dipraktekkan. ini seperti iklan susu sapi tapi gambarnya beruang dengan iklan naga di zaman modern, tentu saja.

“Lah.. ini khan jurusku. Suka-suka aku lah menamainya apa..!” Roh harimau mendengus kesal.

“hehehe... baiklah. Kita lihat kemampuanmu..”

Sesaat kemudian..

“Tinju Naga Api!”

Sebuah sinar putih terang berukuran cukup besar melesat dari kepalan tangan Gentayu ke arah perahu-perahu yang ditambatkan di tepi sungai. Gentayu saat ini melesakkan jurusnya dari kiri kapal ditambatkan.

‘BLARRR.... BRASHHHHH.....!!!’

Suara ledakan dahsyat terdengar saat lesatan sinar putih terang menghajar lambung kapal. Ternyata sinar itu tidak berhenti setelah lambung kapal itu hancur dengan kondisi hangus dan lalu terbakar. Namun sinar putih terang menyilaukan itu justru makin membesar dan terus melaju hingga lebih 15an kapal mengalami kehancuran pada bagian lambung.

Gentayu melongo melihat dampak dari serangannya yang tidak disangka akan sedahsyat itu karena tenaga dalam yang dialirkannya sebenarnya sangat kecil. Bahkan seharusnya tidak cukup untuk menumbangkan seorang pendekar pemula.

Kondisi berbeda dialami awak perahu yang berjaga. Mereka berloncatan dengan panik. Sebagian menghambur lari menuju hutan di tepi sungai saking kagetnya mendapati serangan dahsyat yang mendadak itu.

Sementara beberapa dari mereka yang di atas perahu tak sempat menyelamatkan diri harus meregang nyawa dalam kondisi tubuh hangus terbakar ataupun langsung menjadi abu. Namun yang paling banyak adalah mereka yang terluka lumayan parah terkena serpihan perahu yang meledak.

“Cepat tuan, segera habisi mereka sekarang. Gunakan kekuatanku sekali lagi untuk menghancurkan sisa kapal yang lain. Selebihnya, tuan tahu yang harus dilakukan” seru roh harimau kemudian, membuyarkan keterkejutan Gentayu.

“Baiklah..” Gentayu segera berlari mendekat ke arah perahu-perahu yang terbakar. Tujuannya bukan pada perahu yang telah hancur dan terbakar, namun pada sisa perahu dan kapal lain yang masih utuh.

“Tinju Naga Api!” serunya sekali lagi.

Kembali seberkas sinar putih lebih besar dan lebih menyilaukan dengan deru suara lebih keras meluncur dengan kecepatan dua kali lebih cepat dibandingkan serangan pertama. Segera sisa kapal yang lain mengalami nasib lebih buruk. Namun para awak kapal yang menjadi korban lebih sedikit karena mereka telah menyingkir saat serangan pertama.

Gentayu segera bergerak cepat menjarah seluruh isi kapal yang masih selamat di ‘dermaga dadakan’ tersebut. Seluruh barang hasil jarahannya kemudian dipindahkan ke sebuah perahu yang memang sengaja disisakan tidak dihancurkan.

Menyadari pergerakannya, beberapa pendekar yang sempat berlarian menyelamatkan diri kembali dengan maksud untuk menghalau pemuda itu. Namun tentu saja, nyali mereka telah ciut sebelum sempat menyerang saat pemuda itu tanpa menoleh dan sambil melanjutkan penjarahannya kembali mengarahkan Tinju Naga Api kepada kerumunan pendekar aliran hitam tersebut.

‘WRRRRRRR.... WHUSSSSS.... BLARRRR...!!

Pukulannya menggetarkan tanah tempat para pendekar aliran hitam itu berdiri hendak menyerang, menyisakan sebuah lubang gosong 5 buah roda kereta dengan asap mengepul. Sementara para pendekar yang tadinya hendak menyerang terpental dengan tubuh gosong. Bau daging bakar segera menyeruak ke udara.

Setelah selesai menjarah dan perahunya telah terisi penuh. Gentayu segera melarikan perahunya ke arah hilir sungai.

“para penyerang itu pasti akan kaget saat tahu bahwa persediaan makanan dan harta benda mereka habis terbakar. Setidaknya, mereka harus merampok lagi kalau ingin makan atau mereka akan kelaparan. tuan!”

“Bukankah kalaupun kapal dan logistik mereka utuh mereka juga tetap akan merampok di sepanjang sungai ini? Biarlah. Setidaknya, peluang para pengawal saudagar yang lewat untuk menang dalam pertarungan lebih besar. Mereka lebih mungkin akan bisa bertahan menghadapi para pendekar kelaparan dan kelelahan sehabis bertarung. Dan tentunya, kalaupun para pengawal sudagar itu dikalahkan, hasil jarahan itu tetap tidak akan cukup untuk makan begitu banyak orang. Paling tidak, kita membuat mereka berkonflik berebut makanan”

Gentayu melaju bersama kapalnya yang berisi barang jarahan dalam kecepatan sedang. Layar yang digunakan sebagai pendorong kapal terkembang. Sesaat lagi malam akan segera datang. Pemuda itu merasa sangat kelelahan secara mental dan fisik. Terlalu banyak kematian hari ini. Terlalu banyak pertarungan. Dan akan banyak yang harus diperhitungkan di masa depan.

Perahu terus berlayar menyusuri sungai dalam gelapnya malam. Gentayu segera terlelap dan memasrahkan kapalnya pada angin dan layar kapalnya. Hingga saat menjelang fajar, perahu berhenti saat menabrak sesuatu. Tabrakan yang cukup keras hingga berhasil membangunkan Gentayu.

Terpopuler

Comments

Budi Efendi

Budi Efendi

lanjutkan mantappp

2022-11-21

0

Elmo Damarkaca

Elmo Damarkaca

Gentayu kah Sang MC Kita ....
Keren ... lanjut josss

2022-05-24

1

Thomas Andreas

Thomas Andreas

oke

2022-02-06

0

lihat semua
Episodes
1 ARC 1 : Mendung di Langit Lamahtang Penyerangan
2 Misi Yang Gagal
3 Perjalanan Pelarian
4 Awal Mula
5 Prahara Mazandaran
6 Tujuh Penjaga Gerbang
7 Gerbang Api
8 Pendekar Bulan Perak
9 Ryutaro Sinju
10 Pusaka Pemecah Kehidupan
11 Bintang Merah
12 Kapten dan Prajurit
13 Tetua Shou
14 Jalamandana
15 Apa Bisa?
16 Misteri Bukit Tempirai
17 Pelita yang Menyala
18 Syair Kematian
19 Penjaga Desa
20 Tabib Muda
21 Kelompok Kelabang Hitam
22 Lima Kelabang Hantu
23 Jurus itu..
24 Serangan Hantu
25 Serangan Hantu II
26 Karang Setan
27 Energi Hitam
28 Segel Apa?
29 Sengkuang
30 Pahlawan Air Ketuan
31 Utusan
32 Panglima Wiratama
33 Bocornya Rahasia
34 Jari Petir
35 Teliksandi
36 Sekte Naga Merah
37 Kalian Meremehkanku?
38 Keturunan Ryu
39 Persiapan Mengungsi
40 Daging Gosong
41 Jubah Perak
42 Sekte Tujuh Tirai
43 Identitas Sekte Naga Merah
44 Kembalinya Para Tetua
45 Kadal Api
46 Utusan Pangeran Ke Tiga
47 Pendekar Misterius dan Anak Kecil
48 Gagak Hitam
49 Senopati Benduriang
50 Yang Tersisa
51 Perkampungan Raja
52 Musuh Dalam Selimut
53 Melawan Pemimpin Aliansi
54 Gugurnya Sang Panglima
55 Melawan Mpu Jangger
56 Lebah Beracun
57 Batu Trisula
58 Batu Trisula II
59 Batu Trisula III
60 Menghimpun Kekuatan
61 Menghimpun Kekuatan II
62 Upeti Kerajaan
63 Siasat Rambang Dangku
64 Kejutan
65 Pasukan Situngkoro
66 Pertemuan Tiga Adipati
67 Dasar Banci!
68 Pertarungan di Kedai Pindang
69 Pertarungan di Kedai Pindang II
70 Bunga Kebenaran
71 Racun Tidur
72 Kembali ke Sekte Tujuh Tirai
73 Bumi Bergetar
74 Pertarungan di Puncak Air Terjun Ke Tiga
75 Pertarungan di Puncak Air Terjun Ke Tiga II
76 Pewaris Api
77 Hitam dan Putih
78 Menjebak Musuh
79 Gadis Pengawal
80 Serangan ke Istana I
81 Serangan Ke Istana II
82 Serangan Ke Istana III
83 Serangan Ke Istana IV
84 Serangan Ke Istana V
85 Serangan Ke Istana VI
86 Serangan Ke Istana VII
87 Serangan Ke Istana VIII
88 Serangan Ke Istana IX
89 Serangan Ke Istana X
90 Serangan Ke Istana XI
91 Serangan Ke Istana XII
92 Serangan Ke Istana XIII
93 Nasib Gentayu
94 Tiga Istri
95 Sisa Pasukan Lamahtang
96 Sisa Pasukan Lamahtang II
97 Sisa Pasukan Lamahtang III
98 Akhir Perjalanan
99 Apa Salahku??
100 Segel Permata Hitam
101 Lima Jari Paku Dewa
102 Misteri Cermin
103 Misteri Cermin II
104 Misteri Cermin III
105 ARC 2: DUNIA PARA DANYANG Itu Bukan Kelinci !
106 Itu Bukan Kelinci ! II
107 Level Pendekar Bumi
108 Telegu Merah dan Rumah Pohon
109 Kediaman Joh Kaiman
110 Anjani
111 Anjani II
112 Anjani III
113 Anjani IV
114 Suara Misterius
115 Masalah
116 Gelang Perak
117 Tak Ada Jalan Untuk Lari
118 Obat Untuk Orang Biasa
119 Saran Seorang Sahabat
120 Teratai Bulan
121 Racun Lili Hitam
122 Kembali
123 Tubuh Dewa Api
124 Buah Lava Hitam
125 Ujian Murid
126 Gandini I
127 Gandini II
128 Dia Bukan Pengkhianat
129 Kitab Api Abadi
130 Ular Hitam dan Garuda
131 Aku Tahu Segalanya Tentangmu
132 Apa Aku Harus Lari??
133 Pedang Kembar Hancur
134 Bab Ke Empat
135 Ulah Telegu Merah
136 Ksatria Muda
137 Ksatria Muda II
138 Membasmi Parasit
139 Nasibmu Telah Ditentukan
140 Lima Kantong
141 Kita Tak Punya Waktu
142 Murid Lemah
143 Kolam Kutukan Katak
144 Anda Benar-benar Kaya
145 Rakus..
146 Belalang Sembah 1
147 Belalang Sembah II
148 Kau...
149 Pertemuan Sesama Klan
150 Panggilan Penyatuan I
151 Panggilan Penyatuan II
152 Aku Bangkit!
153 Tengkorak Darah
154 Dewa Cahaya
155 Aku Harus Tetap Hidup
156 Yang Menang, Dikalahkan
157 Jayud
158 Licik..
159 Mpu Jangkung
160 Bukit Laba-laba
161 Bukit Laba-laba II
162 Tanah Misterius
163 Tanah Misterius II
164 Tanah Misterius III
165 Tanah Misterius IV
166 ARC III : Adipati Gunung Padang
167 Politik Para Pembesar
168 Apakah Kau Belum Menyadarinya, Paman?
169 Sayembara I
170 Sayembara II
171 Sayembara III
172 Sayembara IV
173 Sayembara V
174 Sayembara VI
175 Sayembara VII
176 Merampok
177 Sebuah Kebenaran
178 Memulai Bertualang
179 Menuju Hidama
180 Para Perompak
181 Bukan Itu, Itu Belati..
182 Sepakat
183 Artefak Hidup
184 Formasi Sihir
185 Tombak Kristal
186 Tombak Kristal II
187 Fikiran Konyol Warga Desa
188 Kraken Merah
189 Kraken Merah II
190 Kraken Merah III
191 Kraken Merah IV
192 Kraken Merah V
193 Perjamuan Malam
194 Pemusnahan Kehidupan
195 Peta Gerbang Sunda
196 Membuka Segel
197 Lei Ziang
198 Lei Ziang II
199 Jerangkong Ke Lima
200 Melindungi Diri
201 Rasa Yang Sama
202 Buih Aneh
203 Buih Aneh II
204 Hiru
205 Hiru II
Episodes

Updated 205 Episodes

1
ARC 1 : Mendung di Langit Lamahtang Penyerangan
2
Misi Yang Gagal
3
Perjalanan Pelarian
4
Awal Mula
5
Prahara Mazandaran
6
Tujuh Penjaga Gerbang
7
Gerbang Api
8
Pendekar Bulan Perak
9
Ryutaro Sinju
10
Pusaka Pemecah Kehidupan
11
Bintang Merah
12
Kapten dan Prajurit
13
Tetua Shou
14
Jalamandana
15
Apa Bisa?
16
Misteri Bukit Tempirai
17
Pelita yang Menyala
18
Syair Kematian
19
Penjaga Desa
20
Tabib Muda
21
Kelompok Kelabang Hitam
22
Lima Kelabang Hantu
23
Jurus itu..
24
Serangan Hantu
25
Serangan Hantu II
26
Karang Setan
27
Energi Hitam
28
Segel Apa?
29
Sengkuang
30
Pahlawan Air Ketuan
31
Utusan
32
Panglima Wiratama
33
Bocornya Rahasia
34
Jari Petir
35
Teliksandi
36
Sekte Naga Merah
37
Kalian Meremehkanku?
38
Keturunan Ryu
39
Persiapan Mengungsi
40
Daging Gosong
41
Jubah Perak
42
Sekte Tujuh Tirai
43
Identitas Sekte Naga Merah
44
Kembalinya Para Tetua
45
Kadal Api
46
Utusan Pangeran Ke Tiga
47
Pendekar Misterius dan Anak Kecil
48
Gagak Hitam
49
Senopati Benduriang
50
Yang Tersisa
51
Perkampungan Raja
52
Musuh Dalam Selimut
53
Melawan Pemimpin Aliansi
54
Gugurnya Sang Panglima
55
Melawan Mpu Jangger
56
Lebah Beracun
57
Batu Trisula
58
Batu Trisula II
59
Batu Trisula III
60
Menghimpun Kekuatan
61
Menghimpun Kekuatan II
62
Upeti Kerajaan
63
Siasat Rambang Dangku
64
Kejutan
65
Pasukan Situngkoro
66
Pertemuan Tiga Adipati
67
Dasar Banci!
68
Pertarungan di Kedai Pindang
69
Pertarungan di Kedai Pindang II
70
Bunga Kebenaran
71
Racun Tidur
72
Kembali ke Sekte Tujuh Tirai
73
Bumi Bergetar
74
Pertarungan di Puncak Air Terjun Ke Tiga
75
Pertarungan di Puncak Air Terjun Ke Tiga II
76
Pewaris Api
77
Hitam dan Putih
78
Menjebak Musuh
79
Gadis Pengawal
80
Serangan ke Istana I
81
Serangan Ke Istana II
82
Serangan Ke Istana III
83
Serangan Ke Istana IV
84
Serangan Ke Istana V
85
Serangan Ke Istana VI
86
Serangan Ke Istana VII
87
Serangan Ke Istana VIII
88
Serangan Ke Istana IX
89
Serangan Ke Istana X
90
Serangan Ke Istana XI
91
Serangan Ke Istana XII
92
Serangan Ke Istana XIII
93
Nasib Gentayu
94
Tiga Istri
95
Sisa Pasukan Lamahtang
96
Sisa Pasukan Lamahtang II
97
Sisa Pasukan Lamahtang III
98
Akhir Perjalanan
99
Apa Salahku??
100
Segel Permata Hitam
101
Lima Jari Paku Dewa
102
Misteri Cermin
103
Misteri Cermin II
104
Misteri Cermin III
105
ARC 2: DUNIA PARA DANYANG Itu Bukan Kelinci !
106
Itu Bukan Kelinci ! II
107
Level Pendekar Bumi
108
Telegu Merah dan Rumah Pohon
109
Kediaman Joh Kaiman
110
Anjani
111
Anjani II
112
Anjani III
113
Anjani IV
114
Suara Misterius
115
Masalah
116
Gelang Perak
117
Tak Ada Jalan Untuk Lari
118
Obat Untuk Orang Biasa
119
Saran Seorang Sahabat
120
Teratai Bulan
121
Racun Lili Hitam
122
Kembali
123
Tubuh Dewa Api
124
Buah Lava Hitam
125
Ujian Murid
126
Gandini I
127
Gandini II
128
Dia Bukan Pengkhianat
129
Kitab Api Abadi
130
Ular Hitam dan Garuda
131
Aku Tahu Segalanya Tentangmu
132
Apa Aku Harus Lari??
133
Pedang Kembar Hancur
134
Bab Ke Empat
135
Ulah Telegu Merah
136
Ksatria Muda
137
Ksatria Muda II
138
Membasmi Parasit
139
Nasibmu Telah Ditentukan
140
Lima Kantong
141
Kita Tak Punya Waktu
142
Murid Lemah
143
Kolam Kutukan Katak
144
Anda Benar-benar Kaya
145
Rakus..
146
Belalang Sembah 1
147
Belalang Sembah II
148
Kau...
149
Pertemuan Sesama Klan
150
Panggilan Penyatuan I
151
Panggilan Penyatuan II
152
Aku Bangkit!
153
Tengkorak Darah
154
Dewa Cahaya
155
Aku Harus Tetap Hidup
156
Yang Menang, Dikalahkan
157
Jayud
158
Licik..
159
Mpu Jangkung
160
Bukit Laba-laba
161
Bukit Laba-laba II
162
Tanah Misterius
163
Tanah Misterius II
164
Tanah Misterius III
165
Tanah Misterius IV
166
ARC III : Adipati Gunung Padang
167
Politik Para Pembesar
168
Apakah Kau Belum Menyadarinya, Paman?
169
Sayembara I
170
Sayembara II
171
Sayembara III
172
Sayembara IV
173
Sayembara V
174
Sayembara VI
175
Sayembara VII
176
Merampok
177
Sebuah Kebenaran
178
Memulai Bertualang
179
Menuju Hidama
180
Para Perompak
181
Bukan Itu, Itu Belati..
182
Sepakat
183
Artefak Hidup
184
Formasi Sihir
185
Tombak Kristal
186
Tombak Kristal II
187
Fikiran Konyol Warga Desa
188
Kraken Merah
189
Kraken Merah II
190
Kraken Merah III
191
Kraken Merah IV
192
Kraken Merah V
193
Perjamuan Malam
194
Pemusnahan Kehidupan
195
Peta Gerbang Sunda
196
Membuka Segel
197
Lei Ziang
198
Lei Ziang II
199
Jerangkong Ke Lima
200
Melindungi Diri
201
Rasa Yang Sama
202
Buih Aneh
203
Buih Aneh II
204
Hiru
205
Hiru II

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!