Awal Mula

‘Apa yang terjadi?’

Gentayu yang mendadak terbangun karena perahunya menabrak sesuatu langsung waspada. Seingatnya harusnya perjalannya lancar dan akan sampai ke Kota Sei Asin, salah satu kota besar di kerajaan Lamahtang menjelang siang. Segera dia menyalakan api dengan kesaktiannya untuk menerangi sisa malam yang belum beranjak pergi sepenuhnya.

‘Aku menabrak batu ditepian sungai..? ah, tunggu. Kenapa sungai ini seperti tidak mengalir? Bukankah seharusnya saat ini aku baru akan sampai di sekitar lembah Enim. Seingatku, aliran airnya cukup deras..’

Dengan penuh keheranan dan penasaran, akhirnya gentayu turun dari perahu besar yang penuh muatan itu. Dicarinya tepian yang tertutup semak belukar untuk menutupi perahunya guna menghindari terjadinya masalah. Selain khawatir pencurian, juga karena menurutnya andai ada anggota kelompok aliran hitam penyerang kemarin yang melintas maka mereka akan mengenali perahu tersebut. Maka untuk berjaga-jaga, perahu harus disembunyikan.

Selesai menyembunyikan perahunya dengan rapi dan tak lupa membawa makanan secukupnya, Gentayu melangkah menuju daratan.

‘Menunggu matahari terbit, sebaiknya aku mengisi perutku dahulu. Sudah sejak kemarin aku belum makan. Sebaiknya, aku menjaga stamina guna berjaga-jaga’ fikirnya sembari membuka bungkusan makanan hasil rampasan dari kelompok aliran hitam sebelumnya.

‘Ah, ternyata makanan mereka lumayan bagus’ gumamnya sebelum makan dengan lahap.

Saat selesai makan dan sisa-sisa gelapnya malam telah menghilang, Gentayu menyadari ada yang salah dengan tempatnya berhenti.

‘Dimana ini? Kenapa aku justru nyasar masuk ke sebuah danau?’ keningnya berkerut penuh tanda tanya karena tempat yang awalnya dikira sebagai bagian dari sungai ternyata justru sebuah danau yang lumayan luas.

‘Peta.. ya!, aku butuh peta. Seharusnya ada diantara barang yang kuambil dari para penyerang kemarin’

Segera ia kembali turun ke dalam air dan memeriksa ke dalam muatan perahunya. Setelah beberapa saat mencari, ia berhasil menemukan benda yang dicarinya. Sebuah gulungan kulit hewan dengan ikat berwarna merah. Dibawanya ke daratan dan dibukanya gulungan tersebut untuk memeriksa situasi sebenarnya mengenai tempat asing ini.

‘Benar.. seharusnya bahkan tidak ada danau disepanjang jalur sungai kemarin hingga ke kota Sei Asin. Ini benar-benar aneh!’ gentayu terduduk dengan lemas. Kepalanya mulai sakit menyadari dirinya sepertinya telah tersesat dan tidak tau kini ada di mana. Tiba-tiba dia seperti menemukan pencerahan..

“Hei, roh harimau.. hei..!” gentayu memanggil-manggil ‘teman’nya, sang roh harimau yang simbol loreng nya tergambar di lengan kanannya dengan gambar dua garis. Namun sampai berulang kali dipanggil, roh harimau tersebut tak kunjung menjawabnya.

‘ada apa dengan dia? Apa dia sudah pergi juga? Aih.. bahkan akupun lupa menanyakan namanya..’ Gentayu mulai menyadari kebiasaan lamanya yang seringkali kumat : ceroboh.

‘Bukankah roh harimau memang tidak terdengar lagi suaranya saat aku mulai berlayar? Jangan-jangan karena dia sebangsa kucing, dia takut dengan air..’ fikiran liar lainnya muncul di kepala Gentayu.

Untuk membuktikan keberadaan ‘teman’nya tersebut, bagi gentayu cukup mudah.

“Tinju Naga Api!"

Serunya setelah menyalurkan tenaga dalamnya ke lengannya dengan tangan mengepal terarah ke air danau...

..........

.........

Tidak terjadi apapun.

Bahkan air yang dijadikan sasaran tidak beriak sama sekali.

‘Ini aneh. Jangan-jangan bukan cuma roh harimau itu yang hilang berikut kekuatannya. Aku juga harus memeriksa kekuatanku..’ perasaan khawatir dan was-was mulai menyelimuti Gentayu.

Gentayu kemudian mengambil tempat sedikit lapang dan..

“Pukulan Tapak Matahari!” serunya setelah melakukan serangkaian gerakan dan...

“BHUM..!!”

Suara dentuman keras terdengar seiring cipratan air danau yang terkena serangannya naik tinggi membentuk pilar tipis bersama beberapa ekor ikan bersamanya terangkat sebelum kembali luruh menyatu ke dalam danau.

‘Syukurlah..’ Gentayu bernafas lega mengetahui kekuatannya tidak ikut menghilang di tempat ini.

Berarti benar bahwa roh harimau takut dengan air karena dia seperti juga kucing lainnya, fikirnya kemudian.

Diliputi rasa penasaran, gentayu kemudian melangkah menuju suara sayup-sayup ayam jago berkoko tidak jauh dari tempatnya. ‘Sepertinya, ada pemukiman penduduk di sekitar sini’.

Ternyata benar, setelah berjalan sekitar satu kilometer gentayu melihat sebuah gubuk sederhana. Gubuk itu terletak di tengah-tengah kebun cendana dan kayu manis yang nampak terawat.

Namun hal yang menarik adalah, di antara tanaman-tanaman tersebut terdapat tumbuhan perdu lainnya yang terlihat asing baginya. Tanaman yang hanya setinggi anak-anak tersebut memiliki daun berwarna merah namun berbatang ungu dengan buah mirip apel namun berwarna putih kehijauan.

“Permisi.. sampurasun..”

Gentayu mencoba berkomunikasi dengan pemilik gubuk saat dirinya telah sampai di depan pintu gubuk itu.

“Hei.. anak muda..! ada apa mencariku?” bukan dari dalam gubuk itu jawaban terdengar, melainkan dari balik rimbunnya tanaman aneh yang dilihatnya. Pemilik suara adalah seorang perempuan berambut putih dengan beberapa kerutan di wajah menandakan bahwa perempuan itu sudah cukup berumur.

“Oh, maaf Nek. Saya kebetulan tersesat ke tempat ini. Kalau boleh tahu, sebenarnya tempat apa ini? Eh, maksud saya, wilayah manakah saat ini saya berada?”

Perempuan itu tidak menjawab. Dia justru memperhatikan Gentayu dari ujung kepala hingga ujung kaki dari jarak yang sangat dekat. Nafasnya sampai terasa di kulit pemuda tersebut saking dekatnya. Gentayu bahkan sampai harus menahan nafasnya karena akan terasa tidak sopan menghembuskan nafas di wajah orang tua, fikirnya.

Perempuan itu kemudian berbalik dan berjalan menjauh dari Gentayu. Tanpa bicara apapun.

Gentayu menghembuskan nafas yang sejak tadi ditahannya. ‘fuhhh...’

“Siapa namamu, anak muda?” perempuan itu bertanya tanpa menoleh.

“Oh, nama saya Gentayu, Nek” Agak tergagap gentayu saat menjawab perempuan tersebut yang tetap berjalan menjauh. Gentayupun mengikuti perempuan tersebut berjalan perlahan.

“Kau, siapa-nya Brajawana?” Perempuan itu masih belum menjawab pertanyaan Gentayu namun justru mengajukan pertanyaan lain yang sangat mengejutkan Gentayu.

(Gentayu terlalu banyak kaget, heran dan terkejut, mudah-mudahan nggak jantungan)

“A.. saya.. saya muridnya, Nek” Jawab Gentayu kemudian di tengah keterkejutannya yang belum hilang. Hening sesaat.

Baru saja Gentayu hendak menanyakan bagaimana Perempuan itu bisa mengetahui bahwa dirinya memiliki hubungan dengan Brajawana, perempuan tersebut mengangkat lima jari ke arahnya, mencegahnya untuk bicara.

“Tidak Sopan!” hardiknya, yang makin membuat Gentayu keheranan.

‘Perempuan yang aneh..’ fikir gentayu.

“Jadi, kau bukan anak atau keturunannya?” kembali perempuan itu bertanya.

“Bukan, Nek..” Gentayu belum menyelesaikan jawabannya bahwa ia bukan anaknya, bahkan ia hanya murid kelana Ki Brajawana sang Pendekar Matahari Emas.

“Lalu, bagaimana pusaka turun-temurunnya ada di tanganmu?”

Gentayu makin terkejut.

Pusaka turun temurun? Keningnya berkerut berfikir dan mencerna maksud perempuan dihadapannya ini.

“Oh.. ini?” ucapnya dengan setengah bertanya sambil mengeluarkan benda pemberian Bandu Aji sebelum tewas, sebuah kalung berikut liontin berwarna hijau terbuat dari batu giok.

“Hmmm...” perempuan itu hanya mengangguk.

“Ini seharusnya milik anak yang gagal kuselamatkan dan terbunuh oleh panah pasukan penyerang... ini diserahkan ayah anak itu sebelum tewas” jawabnya dengan sedih dan perasaan bersalah.

“Apa kau tahu, benda apa yang kau pegang itu?” Kali ini perempuan itu bertanya seolah dia mengetahui sebuah rahasia yang begitu penting.

“Sayangnya... Kakang mendiang Bandu Aji belum sempat bicara apapun..” jawabnya dan kembali teringat akan detik-detik kematian Bandu Aji dalam benaknya.

“Masuklah ke gubukku. Akan kujelaskan di dalam” Perempuan itu berjalan mendahului masuk ke dalam gubuknya.

Gentayu hanya patuh mengikuti perempuan tersebut. Kepalanya kini dipenuhi dengan beragam pertanyaan yang sebelumnya sama sekali tidak pernah terfikirkan sebelum bertemu perempuan ini.

Saat di dalam gubuk, Gentayu dipersilakan untuk duduk di bale-bale yang sepertinya berfungsi sebagai tempat tidur perempuan misterius ini.

perempuan tersebut mengambil sebuah buntelan kecil kain berwarna hitam yang diikat dengan tali dari kain berwarna putih dari balik kendi air miliknya. Hal inipun menimbulkan keheranan baru bagi Gentayu, karena seharusnya meja kecil tempat kedi itu tak ada celah untuk menjadi tempat bagi benda lain. Tentu saja, karena kendi itu sendiri lebih lebar dari meja penopangnya sehingga hanya bagian tengah kendi saja yang disangga oleh meja kecil tersebut.

“Takdir mempertemukan kita sebelum aku menghadap Yang Maha Kuasa. Aku bersyukur karena aku sudah menunggu hari ini lebih dari 70 tahun umurku. Aku bahkan khawatir bahwa engkau tidak akan pernah menemukanku...”

Senyuman tersungging di bibir perempuan ini. Senyum yang menandakan kelegaan.

“Ketahuilah. Liontin giok yang engkau pegang itu merupakan kunci bagi benda yang kini ada di tanganku. Mereka berpasangan, dan sengaja dipisahkan. Adapun hari ini, memang sudah seharusnya keduanya disatukan karena telah menemukan pewaris sejatinya....”

“Mmmak..sudnya, nek?” Gentayu bertambah bingung tentang maksud perempuan tersebut.

Sebenarnya semoat muncul kekhawatiran di hati kecilnya bahwa perempuan ini akan merebut dan memanfaatkan liontin yang dipegangnya untuk maksud dan tujuan perempuan itu sendiri.

Setelah menghela nafas, perempuan itu memulai bicara.

“Ketahuilah, bahwa dulu Kakek buyut dari gurumu dan kakek buyut dari orang tuaku adalah anggota dari generasi terakhir dari 7 Pendekar penjaga Gerbang. Artinya, sejak saat itu hingga sekarang telah berlalu waktu 200an tahun. Dan benda yang kita pegang, adalah satu diantara bebarapa amanah mereka...” Perempuan misterius itu mulai bercerita

Terpopuler

Comments

Budi Efendi

Budi Efendi

mantap

2022-11-21

0

Sumarni Sumarni

Sumarni Sumarni

legenda negeri sendiri untuk mengenal sejarah negeri

2021-06-25

0

graver el mubarak

graver el mubarak

Semangat.....

2021-01-19

0

lihat semua
Episodes
1 ARC 1 : Mendung di Langit Lamahtang Penyerangan
2 Misi Yang Gagal
3 Perjalanan Pelarian
4 Awal Mula
5 Prahara Mazandaran
6 Tujuh Penjaga Gerbang
7 Gerbang Api
8 Pendekar Bulan Perak
9 Ryutaro Sinju
10 Pusaka Pemecah Kehidupan
11 Bintang Merah
12 Kapten dan Prajurit
13 Tetua Shou
14 Jalamandana
15 Apa Bisa?
16 Misteri Bukit Tempirai
17 Pelita yang Menyala
18 Syair Kematian
19 Penjaga Desa
20 Tabib Muda
21 Kelompok Kelabang Hitam
22 Lima Kelabang Hantu
23 Jurus itu..
24 Serangan Hantu
25 Serangan Hantu II
26 Karang Setan
27 Energi Hitam
28 Segel Apa?
29 Sengkuang
30 Pahlawan Air Ketuan
31 Utusan
32 Panglima Wiratama
33 Bocornya Rahasia
34 Jari Petir
35 Teliksandi
36 Sekte Naga Merah
37 Kalian Meremehkanku?
38 Keturunan Ryu
39 Persiapan Mengungsi
40 Daging Gosong
41 Jubah Perak
42 Sekte Tujuh Tirai
43 Identitas Sekte Naga Merah
44 Kembalinya Para Tetua
45 Kadal Api
46 Utusan Pangeran Ke Tiga
47 Pendekar Misterius dan Anak Kecil
48 Gagak Hitam
49 Senopati Benduriang
50 Yang Tersisa
51 Perkampungan Raja
52 Musuh Dalam Selimut
53 Melawan Pemimpin Aliansi
54 Gugurnya Sang Panglima
55 Melawan Mpu Jangger
56 Lebah Beracun
57 Batu Trisula
58 Batu Trisula II
59 Batu Trisula III
60 Menghimpun Kekuatan
61 Menghimpun Kekuatan II
62 Upeti Kerajaan
63 Siasat Rambang Dangku
64 Kejutan
65 Pasukan Situngkoro
66 Pertemuan Tiga Adipati
67 Dasar Banci!
68 Pertarungan di Kedai Pindang
69 Pertarungan di Kedai Pindang II
70 Bunga Kebenaran
71 Racun Tidur
72 Kembali ke Sekte Tujuh Tirai
73 Bumi Bergetar
74 Pertarungan di Puncak Air Terjun Ke Tiga
75 Pertarungan di Puncak Air Terjun Ke Tiga II
76 Pewaris Api
77 Hitam dan Putih
78 Menjebak Musuh
79 Gadis Pengawal
80 Serangan ke Istana I
81 Serangan Ke Istana II
82 Serangan Ke Istana III
83 Serangan Ke Istana IV
84 Serangan Ke Istana V
85 Serangan Ke Istana VI
86 Serangan Ke Istana VII
87 Serangan Ke Istana VIII
88 Serangan Ke Istana IX
89 Serangan Ke Istana X
90 Serangan Ke Istana XI
91 Serangan Ke Istana XII
92 Serangan Ke Istana XIII
93 Nasib Gentayu
94 Tiga Istri
95 Sisa Pasukan Lamahtang
96 Sisa Pasukan Lamahtang II
97 Sisa Pasukan Lamahtang III
98 Akhir Perjalanan
99 Apa Salahku??
100 Segel Permata Hitam
101 Lima Jari Paku Dewa
102 Misteri Cermin
103 Misteri Cermin II
104 Misteri Cermin III
105 ARC 2: DUNIA PARA DANYANG Itu Bukan Kelinci !
106 Itu Bukan Kelinci ! II
107 Level Pendekar Bumi
108 Telegu Merah dan Rumah Pohon
109 Kediaman Joh Kaiman
110 Anjani
111 Anjani II
112 Anjani III
113 Anjani IV
114 Suara Misterius
115 Masalah
116 Gelang Perak
117 Tak Ada Jalan Untuk Lari
118 Obat Untuk Orang Biasa
119 Saran Seorang Sahabat
120 Teratai Bulan
121 Racun Lili Hitam
122 Kembali
123 Tubuh Dewa Api
124 Buah Lava Hitam
125 Ujian Murid
126 Gandini I
127 Gandini II
128 Dia Bukan Pengkhianat
129 Kitab Api Abadi
130 Ular Hitam dan Garuda
131 Aku Tahu Segalanya Tentangmu
132 Apa Aku Harus Lari??
133 Pedang Kembar Hancur
134 Bab Ke Empat
135 Ulah Telegu Merah
136 Ksatria Muda
137 Ksatria Muda II
138 Membasmi Parasit
139 Nasibmu Telah Ditentukan
140 Lima Kantong
141 Kita Tak Punya Waktu
142 Murid Lemah
143 Kolam Kutukan Katak
144 Anda Benar-benar Kaya
145 Rakus..
146 Belalang Sembah 1
147 Belalang Sembah II
148 Kau...
149 Pertemuan Sesama Klan
150 Panggilan Penyatuan I
151 Panggilan Penyatuan II
152 Aku Bangkit!
153 Tengkorak Darah
154 Dewa Cahaya
155 Aku Harus Tetap Hidup
156 Yang Menang, Dikalahkan
157 Jayud
158 Licik..
159 Mpu Jangkung
160 Bukit Laba-laba
161 Bukit Laba-laba II
162 Tanah Misterius
163 Tanah Misterius II
164 Tanah Misterius III
165 Tanah Misterius IV
166 ARC III : Adipati Gunung Padang
167 Politik Para Pembesar
168 Apakah Kau Belum Menyadarinya, Paman?
169 Sayembara I
170 Sayembara II
171 Sayembara III
172 Sayembara IV
173 Sayembara V
174 Sayembara VI
175 Sayembara VII
176 Merampok
177 Sebuah Kebenaran
178 Memulai Bertualang
179 Menuju Hidama
180 Para Perompak
181 Bukan Itu, Itu Belati..
182 Sepakat
183 Artefak Hidup
184 Formasi Sihir
185 Tombak Kristal
186 Tombak Kristal II
187 Fikiran Konyol Warga Desa
188 Kraken Merah
189 Kraken Merah II
190 Kraken Merah III
191 Kraken Merah IV
192 Kraken Merah V
193 Perjamuan Malam
194 Pemusnahan Kehidupan
195 Peta Gerbang Sunda
196 Membuka Segel
197 Lei Ziang
198 Lei Ziang II
199 Jerangkong Ke Lima
200 Melindungi Diri
201 Rasa Yang Sama
202 Buih Aneh
203 Buih Aneh II
204 Hiru
205 Hiru II
Episodes

Updated 205 Episodes

1
ARC 1 : Mendung di Langit Lamahtang Penyerangan
2
Misi Yang Gagal
3
Perjalanan Pelarian
4
Awal Mula
5
Prahara Mazandaran
6
Tujuh Penjaga Gerbang
7
Gerbang Api
8
Pendekar Bulan Perak
9
Ryutaro Sinju
10
Pusaka Pemecah Kehidupan
11
Bintang Merah
12
Kapten dan Prajurit
13
Tetua Shou
14
Jalamandana
15
Apa Bisa?
16
Misteri Bukit Tempirai
17
Pelita yang Menyala
18
Syair Kematian
19
Penjaga Desa
20
Tabib Muda
21
Kelompok Kelabang Hitam
22
Lima Kelabang Hantu
23
Jurus itu..
24
Serangan Hantu
25
Serangan Hantu II
26
Karang Setan
27
Energi Hitam
28
Segel Apa?
29
Sengkuang
30
Pahlawan Air Ketuan
31
Utusan
32
Panglima Wiratama
33
Bocornya Rahasia
34
Jari Petir
35
Teliksandi
36
Sekte Naga Merah
37
Kalian Meremehkanku?
38
Keturunan Ryu
39
Persiapan Mengungsi
40
Daging Gosong
41
Jubah Perak
42
Sekte Tujuh Tirai
43
Identitas Sekte Naga Merah
44
Kembalinya Para Tetua
45
Kadal Api
46
Utusan Pangeran Ke Tiga
47
Pendekar Misterius dan Anak Kecil
48
Gagak Hitam
49
Senopati Benduriang
50
Yang Tersisa
51
Perkampungan Raja
52
Musuh Dalam Selimut
53
Melawan Pemimpin Aliansi
54
Gugurnya Sang Panglima
55
Melawan Mpu Jangger
56
Lebah Beracun
57
Batu Trisula
58
Batu Trisula II
59
Batu Trisula III
60
Menghimpun Kekuatan
61
Menghimpun Kekuatan II
62
Upeti Kerajaan
63
Siasat Rambang Dangku
64
Kejutan
65
Pasukan Situngkoro
66
Pertemuan Tiga Adipati
67
Dasar Banci!
68
Pertarungan di Kedai Pindang
69
Pertarungan di Kedai Pindang II
70
Bunga Kebenaran
71
Racun Tidur
72
Kembali ke Sekte Tujuh Tirai
73
Bumi Bergetar
74
Pertarungan di Puncak Air Terjun Ke Tiga
75
Pertarungan di Puncak Air Terjun Ke Tiga II
76
Pewaris Api
77
Hitam dan Putih
78
Menjebak Musuh
79
Gadis Pengawal
80
Serangan ke Istana I
81
Serangan Ke Istana II
82
Serangan Ke Istana III
83
Serangan Ke Istana IV
84
Serangan Ke Istana V
85
Serangan Ke Istana VI
86
Serangan Ke Istana VII
87
Serangan Ke Istana VIII
88
Serangan Ke Istana IX
89
Serangan Ke Istana X
90
Serangan Ke Istana XI
91
Serangan Ke Istana XII
92
Serangan Ke Istana XIII
93
Nasib Gentayu
94
Tiga Istri
95
Sisa Pasukan Lamahtang
96
Sisa Pasukan Lamahtang II
97
Sisa Pasukan Lamahtang III
98
Akhir Perjalanan
99
Apa Salahku??
100
Segel Permata Hitam
101
Lima Jari Paku Dewa
102
Misteri Cermin
103
Misteri Cermin II
104
Misteri Cermin III
105
ARC 2: DUNIA PARA DANYANG Itu Bukan Kelinci !
106
Itu Bukan Kelinci ! II
107
Level Pendekar Bumi
108
Telegu Merah dan Rumah Pohon
109
Kediaman Joh Kaiman
110
Anjani
111
Anjani II
112
Anjani III
113
Anjani IV
114
Suara Misterius
115
Masalah
116
Gelang Perak
117
Tak Ada Jalan Untuk Lari
118
Obat Untuk Orang Biasa
119
Saran Seorang Sahabat
120
Teratai Bulan
121
Racun Lili Hitam
122
Kembali
123
Tubuh Dewa Api
124
Buah Lava Hitam
125
Ujian Murid
126
Gandini I
127
Gandini II
128
Dia Bukan Pengkhianat
129
Kitab Api Abadi
130
Ular Hitam dan Garuda
131
Aku Tahu Segalanya Tentangmu
132
Apa Aku Harus Lari??
133
Pedang Kembar Hancur
134
Bab Ke Empat
135
Ulah Telegu Merah
136
Ksatria Muda
137
Ksatria Muda II
138
Membasmi Parasit
139
Nasibmu Telah Ditentukan
140
Lima Kantong
141
Kita Tak Punya Waktu
142
Murid Lemah
143
Kolam Kutukan Katak
144
Anda Benar-benar Kaya
145
Rakus..
146
Belalang Sembah 1
147
Belalang Sembah II
148
Kau...
149
Pertemuan Sesama Klan
150
Panggilan Penyatuan I
151
Panggilan Penyatuan II
152
Aku Bangkit!
153
Tengkorak Darah
154
Dewa Cahaya
155
Aku Harus Tetap Hidup
156
Yang Menang, Dikalahkan
157
Jayud
158
Licik..
159
Mpu Jangkung
160
Bukit Laba-laba
161
Bukit Laba-laba II
162
Tanah Misterius
163
Tanah Misterius II
164
Tanah Misterius III
165
Tanah Misterius IV
166
ARC III : Adipati Gunung Padang
167
Politik Para Pembesar
168
Apakah Kau Belum Menyadarinya, Paman?
169
Sayembara I
170
Sayembara II
171
Sayembara III
172
Sayembara IV
173
Sayembara V
174
Sayembara VI
175
Sayembara VII
176
Merampok
177
Sebuah Kebenaran
178
Memulai Bertualang
179
Menuju Hidama
180
Para Perompak
181
Bukan Itu, Itu Belati..
182
Sepakat
183
Artefak Hidup
184
Formasi Sihir
185
Tombak Kristal
186
Tombak Kristal II
187
Fikiran Konyol Warga Desa
188
Kraken Merah
189
Kraken Merah II
190
Kraken Merah III
191
Kraken Merah IV
192
Kraken Merah V
193
Perjamuan Malam
194
Pemusnahan Kehidupan
195
Peta Gerbang Sunda
196
Membuka Segel
197
Lei Ziang
198
Lei Ziang II
199
Jerangkong Ke Lima
200
Melindungi Diri
201
Rasa Yang Sama
202
Buih Aneh
203
Buih Aneh II
204
Hiru
205
Hiru II

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!