Dendam Istri Yang Terbuang
Suami dan istri tengah berbincang bersama di ruang keluarga. Tampak dua anak laki-lakinya, sedang bermain bersama.
"Sayang, hari ini aku senang sekali!" ujar Hardi.
"Kenapa sayang?" tanya Embun dengan lembut.
"Aku ditawarin pekerjaan baru, aku akan menjadi fotografer seorang model yang terkenal di televisi."
"Oh, model yang namanya Sasa Ariani itu iya?" Embun teringat, dia sering melihat Sasa ada di buku majalah.
"Iya sayang, kamu izinin aku 'kan untuk menerima pekerjaan ini. Kalau aku sukses, yang bakalan cerah masa depan anak-anak juga sayang." Hardi berusaha membujuk Embun.
Embun mengangguk, dia adalah istri yang menurut dan menghormati suaminya. "Apa pun keputusan kamu aku akan mendukung, yang terpenting kamu bisa nyaman dengan pekerjaan kamu."
"Terima kasih iya sayang!" Hardi mengusap kepala istrinya itu.
Embun tersenyum sambil menatap suaminya. "Hmmm..."
"Mama, Papa, jalan bersama ayo." Ajak kedua Putranya, yang bernama Guntur dan Ahmad.
"Guntur, Ahmad, karena Papa lagi bahagia, maka kita jalan bersama ke tempat yang indah." Rayuan Hardi datang.
"Hore, hore!" Guntur dan Ahmad kegirangan dan melompat-lompat.
Keluarga itu benar-benar harmonis, jika mata memandangnya merasa iri. Embun dan Hardi sudah lama menjalin kehidupan rumah tangga bersama.
****
"MasyaAllah, ini taman bagus sekali iya Ma." Ucap Guntur.
"Iya sayang. Lihatlah bunga mawarnya bermekaran."
"Aku berharap kita akan terus bersama berempat, tanpa ada perpisahan kecuali kematian." tambah Ahmad.
"Iya, kita akan terus bersama insyaAllah sayang." jawab Embun.
"Papa sayang dengan kalian. Kita akan bermain bersama hari ini sepuasnya." sahut Hardi.
Hardi mengambil bola yang ada di taman, dan bermain-main bersama anak-anak dan istrinya. Hardi dan Embun melompat-lompat dan saling berpelukan, ketika bola masuk ke gawang yang dijaga Guntur dan Ahmad.
"Yah, kita kalah." Guntur melirik Ahmad.
Ahmad menepuk bahu Guntur. "Iya, walau pun kalah yang penting kita bahagia. Bisa main-main dengan Papa dan Mama di taman."
"Tapi masih ada satu kali kesempatan lagi untuk menang, semangat."
Ronde kesekian kali bola ditendang kembali, namun saat Guntur menendang bola, tiba-tiba bola melayang ke kepala seorang gadis muda nan cantik. Dia adalah Sasa Ariani.
"Haduh!" Memegangi kepalanya yang sakit.
Guntur yang ketakutan segera berlari ke arah mama dan papanya. "Papa, Mama, aku tidak sengaja menendang bola dan terkena wanita itu." Menunjuk Sasa yang sedang memegangi kepalanya.
"Sayang kok bisa sih, hati-hati mainnya. Biar Mama dan Papa yang menghampirinya."
Embun dan Hardi berjalan ke arah Sasa. "Mbak, maafkan tindakan anak kami yang telah melemparkan bola ke kepala mbak." ucap Embun.
Sasa yang menunduk segera melihat mereka. "Oh, tidak apa-apa. Ini tidak terlalu sakit." Tapi Sasa masih memijat kepalanya.
"Kamu Sasa Ariani 'kan?" tanya Embun.
"Iya benar Kak. Kok Kakak tahu?" tanya Sasa.
"Aku sering lihat kamu di majalah. Kamu model yang sering mensponsori iklan mie sedap itu 'kan?"
Sasa mengangguk. "Iya Kak." jawabnya, tersenyum ramah.
'Ternyata dia aslinya cantik, melebihi gambarnya yang sering aku lihat di majalah dan televisi.' batin Hardi.
"Sayang, kamu bilang ada tawaran untuk menjadi fotografernya Sasa 'kan?" tanya Embun pada Hardi.
"Oh, jadi kamu fotografer profesional yang asisten pribadiku bilang?" tanya Sasa, dengan mata berbinar-binar.
Sasa sudah lama ingin mempunyai potografer pribadi sendiri, karena dia akan menggunakan jasanya kapan pun dia mau.
"Iya Mbak, benar sekali. Dan setelah aku pikirkan dengan matang, aku menerimanya." jawab Hardi.
"Syukur Alhamdulillah. Baiklah, kalau seperti itu besok silahkan datang ke restoran Extra Lezat iya. Besok jadwal pemotretan ada di sana." Sasa memperbaiki jilbabnya, yang terbang terkena angin.
"Iya, insyaa Allah aku akan datang ke sana." jawab Hardi.
Keesokan harinya Hardi dan Embun bertemu dengan Sasa di restoran Extra Lezat. Di sana akan diadakan pemotretan, Embun ingin menemani suaminya dihari pertama bekerja.
"Ini kok kurang rapi iya." Sasa melihat jilbabnya yang berbentuk segi empat.
Embun mendekati Sasa yang tengah berkaca. "Sini aku bantuin, mau tidak?" tawar Embun dengan ramah.
Sasa hanya mengangguk. Embun memperbaiki jilbab Sasa hingga rapi.
"Make upnya berantakan tidak Kak?" tanya Sasa.
"Iya sedikit kurang rapi, sini biar kakak bantuin." Embun mengambil eyeliner di atas meja. Dia mulai memoleskan make up. Lipstik juga mulai dipoles ke bibir mungilnya.
Usia Sasa memang lebih muda dari Embun terpaut sekitar 8 tahun. Namun, Hardi memang terbiasa memanggil mbak kepada semua wanita yang baru dikenalnya.
Sasa menatap Embun penuh kekaguman. Dia merasa Embun wanita yang baik dan juga wanita sempurna, karena telah melahirkan dua orang anak laki-laki dalam kehidupan suaminya.
"Kamu ngapain melihat aku seperti itu?" tanya Embun.
"Aku suka saja sama Kakak. Sudah baik, cantik, dan pintar berdandan."
Embun tersenyum. "Kamu bisa saja sih Sasa. Terlalu berlebihan kamu."
"Tapi benar deh Kak, aku nyaman sekali dekat dengan Kakak. Dari awal kenal, sampai sekarang."
"Kalau kamu nyaman sama Kakak kita bisa berteman kok. Suami Kakak 'kan sekarang kerja dengan kamu."
Sasa tersenyum bahagia, ntah kenapa dia senang bisa bersama dengan Embun. Bercengkrama sampai tidak sadar dia sudah ditunggu, oleh Manager Periklanan.
"Mbak, manager periklanan sudah datang." sahut Hardi. Dia menyusul mereka di ruang dandan.
"Jangan panggil Mbak, panggil saja aku dengan Sasa. Aku jauh lebih muda dari Kakak." ujar Sasa.
"Iya Mbak, eh Sasa maksudnya. Maaf, aku lupa karena belum terbiasa." ucap Hardi, dengan gugup.
Embun dan Sasa saling pandang, dan melemparkan senyuman. Mereka keluar setelah Sasa sudah berdandan dengan rapi. Dia segera berdiri membelakangi kain, dengan latar belakang hutan yang dipenuhi oleh pohon-pohon besar dan juga bunga-bunga.
Cekrek!
Cekrek!
Bunyi potretan dari kamera Hardi, dia terus membidik gambar Sasa yang berfoto dengan berbagai gaya.
"Sambil memegang mienya dengan tersenyum, dan sedikit diangkat ke atas. Jangan terlalu kaku." Hardi memberikan arahan.
Sasa menuruti arahan dari Hardi. Dia terus saja merubah posisi, sesuai dengan jepretan kamera.
'Sasa cantik sekali, aku senang berteman dengan dia. Dia pantas menjadi adikku, dia juga baik. Aku nyaman saja bersamanya, apalagi dia baru lulus dari sekolah SMK.' batin Embun.
Semua orang yang ada di restoran melihat Sasa. Ada juga di antara mereka yang menggemari model cantik itu. Dia belum lama merintis karirnya, namun namanya sudah naik daun saja di jagat raya.
"Sudah selesai akhirnya." Sasa menghampiri Embun, sambil mengusap peluh di dahinya.
"Ini kamu minum dulu. Lihat sampai keringatan seperti itu, pasti lelah sekali." ucap Embun, sambil menyodorkan botol minuman.
"Hehe, Kakak bisa saja. Sudah biasa kok Kak, terimakasih iya." jawab Sasa, sambil menerima botol itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Conny Radiansyah
awal yang menarik ... semangat Thor 👍
2023-01-13
1