Sang Skenario Cinta

Sang Skenario Cinta

Pendahuluan

Aqila Putri adalah anak semata wayang Pak Pindri dan Mama Tita. Pak Pindri adalah seorang petani sawit yang terkenal di daerahnya. Sedang Tita hanyalah seorang Ibu rumah tangga.

Sudah satu minggu Aqila berkuliah di salah satu universitas swasta di kota mereka. Aqila Adalah gadis cantik dengan tinggi sekitar 155 cm. Ia tumbuh dalam didikan dan lingkungan yang bahagia.

Dengan demikian tidak ada yang aneh saat Aqila tumbuh menjadi gadis ceria. Ia juga menjadi gadi pintar, terbukti dari pertama sekolah dasar ia selalu mendapat rangking pertama sampai sekarang lulus sekolah menengah atas.

Seperti biasa Aqila ke kampus menggunakan sepedanya. bukan karena orang tuanya tidak mampu membelikan sepeda motor atau sebuah mobil dengan harga standar. Namun, Qila merasa tidak penting karena orang tuanya telah memiliki sebuah rumah perumnas di dekat kampus Qila.

Seperti biasa, pagi ini sekitar pukul 8.30 Qila berangkat ke kampusnya. Saat di tengah jalan menuju kampus, ia di serempet sebuah sepeda motor yang pengendaranya tidak di kenal.

"Maaf Nona, saya buru-buru." Kata pemuda yang menyerempetnya.

"Oh, iya tidak apa-apa." Jawab Qila.

"Nama saya Arya, ini sedikit uang untuk berobat. Nanti kalau ada yang harus di periksa lebih lanjut silahkan hubungi nomor saya." Kata pemuda yang mengaku namanya Arya tersebut.

Arya memberikan lima lembar uang merah kepada Qila. Sebenarnya Qila tidak ingin menerima pemberian Arya, karena keadaannya hanya sekedar lecet saja. Namun Arya memaksanya dan mengatakan pemberiannya adalah sebagai permintaan maaf.

Qila mengucapkan terimakasih. Ia segera melanjutkan mengayuh sepeda agar sampai ke kampus tepat waktu.

Pagi ini ada seminar tentang hidup sehat di kampus Qila. Dalam seminar tersebut salah satu pembicaranya adalah dokter Yosef, beliau adalah dokter muda yang menyelesaikan kuliah S1 sampai S3 hanya butuh tujuh tahun saja.

Qila duduk dengan temannya Tika yang di kenalnya sejak semasa sekolah menengah. Mereka memang sudah menjadi sahabat, bahkan masuk ke Universitas ini mereka juga sudah janjian.

"Qil, menurut mu ganteng nggak dokter mudah yang menjadi pembicara kelak?" Tanya Tika.

"Biasa saja Tik, memangnya kenapa?" Tanya Qila.

"Tapi dia pintar banget loh Qil. Dengan usianya yang cukup muda sudah menyelesaikan sekolah doktornya. Kan keren!" Kata Tika.

"Iya Tika, tapi pintar itu bukan ganteng. Kamu itu kagum dengan kepintaran dokter Yosef atau kagum dengan kegantengannya?" Tanya Qila membulatkan mata.

"Kalau di lihat-lihat dokter Yosef itu tetap ganteng seandainya ia bukan seorang dokter. Tapi saat beliau menjadi seorang dokter, menambah kegantengan yang hakiki." Kata Tika senyum-senyum.

"Terus kalau dokter Yosef ganteng, kamu mau apa?" Tanya Qila.

"Saya mau bersemedi Qila, siapa tau dokter Yosef mau menjadi pacar Tika. Atau paling tidak malaikat seganteng dokter Yosef tidak apa-apa." Kata Tika.

Qila yang tidak mudah kagum dengan siapapun melihat temannya itu merasa lucu. Tetapi itulah sisi keseruan yang ada pada sahabatnya yang satu ini.

"Saya pikir mau kamu ikat atau kamu guna-guna." Kata Qila.

"Hus, sembarangan." Semprot Tika

Mereka tertawa bersama, hingga tidak sadar bawa mereka berada di dalam ruangan. Ada bentak mahasiswa di sana dan juga para dosen serta pembicara.

Dokter Yosef yang sedang menyampaikan materi mendengar tawa mahasiswanya. Ia meminta kesadaran mahasiswa yang tertawa saat materi di sampaikan agar maju ke depan.

"Siapa yang tertawa tadi, silahkan maju ke depan." Kata Dokter Yosef.

Semua mahasiswa menatap kearah Qila dan Tika. Mereka seakan ribuan pedang yang siap menghujam.

"Bagaimana ini Qil?" Bisik Tika ketakutan.

"Ya sudah kita maju saja." Kata Qila.

"Ayo, jika anda merasa silahkan maju." Kata dokter Yosef tetap menggunakan pengeras suara.

Dengan terpaksa Qila dan Tika maju ke depan. Tika merasa takut jika nanti menerima hukuman berat. Berbeda dengan Qila yang tetap santai, karena baginya tidak ada yang mesti di takutkan.

"Silahkan anda berdua jelaskan apa yang saya sampaikan tadi." Kata dokter Yosef.

"Maaf Pak saya lupa." Kata Qila.

"Silahkan di ingat-ingat lagi, bagaimana anda mau sukses jika belum satu menit materi sederhana seperti ini saja anda telah lupa?" Tanya Dokter muda itu mengintimidasi.

"Maaf Pak, bagi saya kesuksesan yang sebenarnya adalah saat seseorang mengalami bahagia yang berkelanjutan. Bukan saat mereka bisa meraih sesuatu dengan dipaksakan." Kata Qila.

"Jadi maksud anda apa?" Tanya dokter Yosef menekan emosinya.

Malas harus berurusan panjang dengan narasumber seminar. Qila memilih meminta maaf, andai saja ini bukan ruang seminar. Tentu Qila sudah mengambil langkah seribu.

"Tidak ada maksud apa-apa Pak. Kami berdua minta maaf Pak." Kata Qila dengan menggunakan pengeras suara.

"Baiklah, kalian bisa duduk kembali." Kata dokter Yosef.

Hampir tiga jam, akhirnya seminar selesai juga. Tika dan Qila sumringah setelah keluar dari ruang seminar.

"Qil kok kamu berani sekali menjawab pertanyaan dokter ganteng seperti tadi? Mana lutut saya hampir bergeser dari tempatnya." Kata Tika.

"Kamu takut di marah atau grogi melihat kegantengan dokter sialan itu?" Ledek Qila.

"Kedua-duanya sih Qil." Kata Tika tertawa lepas.

Tika sudah di jemput oleh supir pribadinya. Ia melambaikan tangan kepada sahabatnya. Qila mengambil sepeda untuk pulang ke rumah karena tidak ada mata kuliah di hari ini.

Belum lama ia mengayuh sepeda. Tiba-tiba seorang mengiringinya dari belakang. Pemuda yang hampir menabraknya tadi pagi. "Apa dia mau mengambil lagi uang yang ia berikan ya?" Tanya Qila dalam hati.

Motor tersebut berhenti tepat di depan Qila. Dengan terpaksa Qila turun dari sepeda.

"Hai, apa kabar? Kamu baik-baik saja, apa ada yang masih sakit?" Tanya Arya.

"Enggak Bang, terimakasih." Kata Qila.

"Oh iya, saya belum tau nama kamu siapa?" Tanya Aryo.

"Saya Aqila, biasa dipanggil Qila Bang." Kata Qila.

"Lebih baik kita cari tempat makan di sekitar kampus, biar lebih santai ngobrolnya." Pinta Arya.

"Maaf Bang, tapi saya harus pulang ke rumah. Takut Mama sudah menunggu." Kata Qila menolak halus.

"Sebentar saja, habis makan langsung pulang. Anggap saja ini sebagai bagian dari terima kasih karena kamu telah memaafkan saya. Atau perlu saya antar kamu pulang." Kata Arya.

"Kalau begitu tunggu Bang, saya memarkirkan sepeda dulu." Kata Qila.

Qila sebenarnya mau menolak ajakan pemuda yang baru di kenalnya tadi pagi. Tapi ia sungkan menolak karena tutur bahasanya lembut dan cara memperlakukannya sopan.

Arya adalah pemuda pertama yang mengundang kekaguman Qila. Pandangan pertama membuat hati Qila berbunga tapi tidak berdaun, membuat hati gadis belia itu berdegup kencang.

Terpopuler

Comments

Nono

Nono

lanjut Kak😁

2023-01-14

1

Via Ge

Via Ge

Bagaimana kehidupan Aqila selanjutnya, yuk ikuti terus😍🙏

2023-01-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!