Mahasiswa Abadi

"Arya!" Suara Ibu Mintan.

Ia membanting lembaran kertas yang sekitar 150 lembar itu. Dosen perempuan setengah baya tersebut adalah pembimbing Arya menyelesaikan tugas akhirnya yaitu skripsi.

Arya hanya berdiam diri, bukan hanya sekali dia kali dosen pembimbingnya ini meneriakinya. Bahkan setiap Arya menghadap untuk bimbingan. Karena Arya tidak pernah memperbaiki apa yang di coret Ibu Mintan.

Terkadang juga Ibu Mintan lah yang menolong Arya agar lolos di tahap proposal penelitian. Namun memang Arya hampir tidak mengerjakan skripsinya.

"Tahun ini adalah kesempatan terakhir bagi kamu Arya! Kamu sadar gak sih?" Tanya Ibu Mintan.

"Iya Bu, saya akan berusaha." Jawab Arya singkat.

"Silahkan perbaiki dulu skripsi mu. Kalau sudah cepat menghadap saya, waktunya tinggal dua bulan lagi untuk menyelesaikannya. Kamu harus serius kali ini." Kata Bu Mintan berulang kali mengingatkan.

Arya berpamitan kepada Ibu Mintan. Pergi ke taman kampus menjadi pilihan Arya saat kepalanya sedang penat gara-gara dosen sadis itu. "Aish, bagaimana ini? Bisa mampus kalau tau sama Ibu kalau saya tidak selesai kuliah." Gumam Arya mengusap kepalanya.

Arya memutuskan untuk ke perpustakaan untuk mencari bahan skripsinya. Tidak ada pilihan lain, ia harus sungguh-sungguh kali ini.

Berjalan menuju perpustakaan yang ada di lantai tiga. Arya sengaja melewati tangga untuk naik. Ia merasa hal itu akan melati otot-otot kakinya.

"Selamat pagi Bu, Pak." Sapa Arya pada pegawai perpustakaan.

Arya menyerahkan kartu perpustakaan yang ia miliki ketika pertama menjadi mahasiswa di kampus ini. Sebenarnya Arya paling malas melihat jejeran buku yang baginya tidaklah penting.

"Selamat pagi Arya." Jawab Ibu Mirna.

"Tumben kemari Nak Arya, sudah di detik-detik terakhir ya?" Bu Heni menimpali.

"Iya Buk, ini lagi kepepet sekali. Kalau Ibu ikhlas boleh sih bantu saya, hitung-hitung beramal Bu." Goda Arya kepada pegawai perpus perawan tua tersebut.

"Cie, Bu Heni bisa jadi berjodoh dengan mahasiswa sendiri." Goda Ibu Mirna.

"Apa-apaan Mir. Nggak ah, mana mungkin." Elak Ibu Heni.

"Awas Bu, nanti Ibu bisa terpesona dengan kegantengan saya." Kata Arya.

Selesai menandatangani buku tamu, Arya menerima kembali kartu perpustakaan miliknya. Kemudian mengelilingi rak-rak barisan buku, mencari buku yang ia perlukan.

Setelah menemukan buku yang ia cari. Arya duduk di lesehan membolak-balik tiap lembar buku yang ia pegang. Namun tidak ada satupun yang menyangkut di kepalanya.

Saat Arya mencoba berkonsentrasi, datang tiga sekawan yang dua adalah perempuan dan satunya laki-laki. Mereka asik bergosip, sepertinya teman mereka yang laki-laki tersebut agak gemulai.

Arya sebenarnya tidak ingin terganggu oleh kedatangan mereka. Ia terus berfokus pada lembaran kertas yang di bacanya.

Hanya saja, tiba-tiba salah satu dari tiga sekawan tersebut terdengar menyindir Arya. Arya juga tidak mengenal mereka, mungkin saja adik tingkat karena memang sudah banyak adik tingkat yang di miliki Arya.

"Ganteng juga sih? Tapi kok bisa dia menjadi mahasiswa abadi di kampus kita? Kelihatannya ia tidak oon-oon banget." Kata salah satu teman perempuan mereka.

"Iya sih, katanya ia malas ke kampus. Makanya jadi seperti itu." Kata teman mereka yang laki-laki.

Mendengar dirinya jadi bahan gosip. Emosi Arya akhirnya naik juga, ia mendekati tiga sekawan tersebut.

"Apa ada masalah kalian dengan saya? Kalau mau cari masalah sama saya, ayo kita keluar dari ruangan ini." Kata Arya.

Ketiga orang tersebut gemetar ketakutan. Arya menggulung tumpukkan kertas skripsinya lalu memukulkan ke dinding tepat di atas kepala mereka.

"Ma-maaf Kak, kami tidak sengaja." Kata salah satu perempuan tersebut.

"Mulut kalian itu di didik dulu." Kata Arya.

Merasa tidak bisa berfokus kembali. Arya ingin meninggalkan ruang perpustakaan. Ia akan memikirkan kembali skripsinya setelah emosinya redam terlebih dahulu.

Arya masuk dalam ruang kelas yang belum terisi karena belum ada aktivitas mata kuliah. Ia mencoba duduk di salah satu kursi mahasiswa tersebut, baru saja mau memainkan ponselnya.

Ia melihat panggilan di layar ponselnya, Mami tersayang. Nama kontak yang memanggil. "Bisa saja Mami menelepon di saat hati risau seperti ini, seperti peramal saja." Gumam Arya.

Tanpa menunda lagi, Arya segera menggeser tanda gagang telepon yang berwarna hijau. Lalu menyapa orang yang tersambung dalam panggilan tersebut.

"Halo, Mi." Kata Arya.

"Halo sayang, apa kabar? Mami sudah kangen sekali sama kamu." Kata Mami Reni orang tuanya Arya.

"Baik Mi, Arya baik-baik saja di sini. Minggu depan saya pulang untuk bertemu Mami." Kata Arya.

"Anak Mami, Arya. Bagaimana skripsi mu Nak? Apa berjalan dengan lancar?" Tanya Mami Reni.

"Iya Mi lancar-lancar saja. Doakan Arya semoga cepat selesai skripsi ini." Kata Arya.

"Bagaimana sudah ketemu belum gadis yang kamu cinta. Mami pengen sekali ketika kamu lulus nanti, kamu segera menikah Nak. Umurmu sudah cukup matang untuk berkeluarga. Biar kamu bisa lebih bertanggung jawab atas hidup mu nantinya." Kata Mami Reni.

Panjang kali lebar orang tuanya berbicara. Arya sedari tadi tidak terlalu mendengarkan kata-kata dari Maminya. Bukan Arya tidak mau mendengarkan, tapi orang tua Arya sudah sering kali mengutarakan keinginan mereka. Membuat Arya bosan mendengarnya.

Jangankan untuk mencari gadis yang mau menikah dengannya. Masalah skripsi saja untuk saat ini belum menemukan kejelasan.

"Hem." Jawab Arya.

"Kamu dengar Mami nggak Arya?" Tanya Mami Reni dengan nada meninggi.

"Dengar Mami ku sayang, nantilah Arya carikan sesuai keinginan Mami." Kata Arya melunakkan hati Maminya.

"Ya sudah, hanya itu yang mau Mami sampaikan. Kamu baik-baik di sana." Kata Mami Reni.

"E-eh Mi, ada yang ingin Arya bicarakan." Kata Arya mendapat Ide.

"Apalagi Arya?" Tanya Mami Reni.

"Mi katanya suruh Arya cari gadis yang baik nih mulai dari sekarang. Biar nanti setelah lulus bisa langsung di pinang. Nah, mendekati gadis untuk zaman sekarang butuh uang Mi. Kasih tambah lah sedikit Mi uang bulanan Arya." Pinta Arya pada Maminya.

"Baiklah, Baiklah. Tapi ingat harus tetap berhemat. Dan jangan sampai kena tipu daya perempuan." Kata Mami Reni mengingatkan.

"Baik Mi, terimakasih Mami Arya yang paling baik. Love you Mami." Kata Arya.

Setelah sambungan telepon terputus. Arya akan kembali ke kosannya pada saat ini. Ia sudah tidak tertarik lagi melanjutkan mengerjakan skripsinya. "Lebih baik istirahat dulu biar lebih segar." Gumam Arya.

Arya menaiki motornya yang ada di parkiran. Segera melaju dengan pelan sambil melihat ke kiri dan ke kanan hingga memasuki jalan raya. Di sebuah tempat duduk pada sisi jalan raya, Arya melihat seorang gadis yang tidak asing dalam pandangannya.

Setelah motornya agak dekat, benar saja gadis tersebut adalah Aqila. Gadis kampus sebelah yang ia kenal beberapa waktu yang lalu.

"Hay, Qila." Sapa Arya.

Terpopuler

Comments

Sela Sea

Sela Sea

next kak

2023-02-02

3

Nono

Nono

lanjut kak

2023-02-02

4

Via Ge

Via Ge

semoga alurnya menarik🙏

2023-02-02

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!