Ikhlas Membantu

Aqila menoleh ke arah sumber suara. Benar saja seorang pemuda tampan sudah ada di hadapannya. Menatapnya yang sedang memainkan gawai ponsel sejak tadi.

"Hay, Bang Arya." Jawab Aqila.

Arya turun dari kuda putihnya, duduk di sebelah Aqila. Wajah Arya yang selalu tersenyum membuat Aqila nyaman di dekatnya.

Qila seakan tak lepas memperhatikan Arya dengan netranya. "Ah, seandainya dapat di ungkapan perasaan ku saat ini. Bersama mu melewati hari dalam kesederhanaan cinta. Mengenal mu bagaikan melihat pelangi setelah hujan. Merindu mu laksana menantikan tetes air di padang pasir. Betapa indahnya dirimu." Aqila memuji keindahan ciptaan Tuhan di hadapannya.

"Hei, kok ngelamun? Ada yang salah ya dengan penampilan Abang hari ini?" Tanya Arya.

"Hem, nggak Bang. Keren kok." Kata Aqila.

"Hehe, kamu ngapain di sini? Main ponsel sendirian? Apa lagi menunggu seseorang?" Tanya Arya menyelidik.

"Nggak Kak, saya ingin ke perpustakaan kota. Lagi nunggu angkot sekarang." Jawab Aqila.

"Wah kebetulan nih, Abang juga mau mencari bahan skripsi. Udah ketinggalan jauh." Kata Arya.

"Mau bareng naik angkot juga?" Tanya Aqila.

"Naik motor aja ya, sekalian melepas rindu. " Kata Arya.

"Iya boleh." Jawab Aqila singkat.

Arya memakaikan helm di kepala dan memakaikan jaketnya ke tubuh Aqila. Ia tidak ingin gadisnya kedinginan saat bersamanya.

"Silahkan Tuan Putri." Kata Arya kemudian.

Aqila tersipu malu, "Terlalu indah hari yang Engkau berikan. Terlalu manis hari ini jika hanya menjadi kenangan. Rasanya ingin memiliki mu." Batin Qila.

Tanpa sadar Aqila memeluk tubuh Arya di atas motor. Mungkin ia takut jatuh atau sudah nyaman mendapat sandaran.

"Qil, andaikan hari ini bisa terulang. Saya ingin selalu seperti ini bersama mu." Kata Arya.

Arya menggenggam tangan Aqila yang melingkar di perutnya. Merasakan hangatnya pelukan seorang gadis, menjadikan Arya semakin yakin akan mencari bahan skripsinya hari ini.

"Andai tidak terulang Bang?" Tanya Aqila tiba-tiba.

"Andai tidak terulang? Saya akan melukiskan sejarah yang lebih indah khusus untuk mu." Kata Arya.

"Wah, Abang bisa saja." Tempat Aqila.

"Yuk ah, kita sudah sampai Manis. Sini Abang bantu lepaskan helmnya" Kata Arya.

Setelah melepas helm dan jaket. Aqila dan Arya menuju gedung yang berlantai empat itu. Mereka mencari ruangan sesuai buku apa yang ingin di baca

"Bang, kamu mau cari buku apa?" Tanya Aqila.

"Sebenarnya tadi mau cari buku tentang manajemen pemasaran sih. Kamu mau cari buku apa?" Tanya Arya.

"Abang saja duluan. Saya hanya mau membaca novel saja." Kata Aqila.

Dalam beberapa menit akhirnya Arya menemukan buku yang ia cari. Kemudian ia melambaikan tangan ke arah Qila yang sedang membantu mencari di rak sebelah.

"Dapat Qila." Kata Arya mengarahkan buku yang ia temukan.

"Iya Bang." Jawab Aqila.

Arya mendekati Qila dengan buku yang sudah di tangannya tersebut. Arya terlihat begitu senang setelah mendapatkan buku tersebut.

"Ayo, kita cari buku yang kamu mau." Kata Arya.

"Yuk lah Bang." Jawab Aqila.

Bergeser dari rak di hadapan mereka, ke arah rak buku yang lain. Melihat setiap tulisan petunjuk yang di tempel di setiap rak.

"Di sini Bang, kumpulan novelnya." Kata Aqila.

"Iya, coba pilih yang mana kamu suka." Jawab Arya.

Aqila yang melihat-lihat setiap judul buku.Terkadang ia membuka satu atau dua halaman untuk melihat isi buku. Dan akhirnya ia menentukan pilihan pada sebuah novel bersampul biru karya penulis novel terkenal tanah air.

Membaca kata demi kata, lembar demi lembar membuat Aqila lupa akan waktu sudah berapa lama mereka duduk di perpustakaan. Ia tidak memperhatikan Arya yang sudah dari tadi dengan kegelisahannya.

Arya memang selalu merasa tidak betah di kelilingi buku-buku. Namun karena Aqila yang mendapatkan ide ingin ke perpustakaan, akhirnya Arya berdalih ingin mencari bahan skripsinya.

Qila menyadari Arya sudah tidak betah duduk. Ia menawarkan pilihan kepada laki-laki tersebut.

"Bang, apa kita keluar saja ya? Besok kita lanjut lagi membacanya." Kata Qila.

"Apa kamu sudah selesai?" Tanya Arya kembali.

"Belum Bang, tapi kan di sini boleh di pinjam dan di bawa pulang. Nanti saja Qila membacanya lagi." Kata Aqila.

"Baiklah." Jawab Arya singkat.

Arya hendak mengembalikan buku di tangannya. Namun buru-buru Qila mencegahnya.

"Apa Abang sudah tidak membutuhkan buku itu lagi. Kalau masih, kan bisa di pinjam dulu sebagai bahan referensi Abang mengerjakan skripsinya." Kata Qila.

"Oh, iya ya. Boleh juga." Kata Arya menggabungkan buku di tangannya kepada Aqila.

Mereka segera menuju meja petugas perpustakaan, untuk menunjukan buku yang akan mereka pinjam. Setelah mendapatkan kartu dan nama pengunjung di catat petugas, mereka di perbolehkan keluar.

"Uheum, lelah sekali." Arya menghembuskan napas kasarnya.

"Lelah kenapa Bang? Bukannya Abang sedari tadi hanya buka lembaran kertas saja. Kok bisa lelah?" Tanya Qila penasaran.

"Iya nih, habisnya dosen pembimbing Abang sudah marah terus. Karena skripsi Abang tidak ada kemajuan." Kata Arya.

"Oh gitu Bang, sebenarnya sih Ica belum pernah mengerjakan skripsi. Kan sekarang baru semester ke-empat. Tapi kalau penelitian sejak di sekolah menengah, Qila sudah pernah memenangkan lomba.

Terakhir kemarin pas di semester tiga, saya mengerjakan satu penelitian bersama dosen mata kuliah. Boleh Qila lihat salinan skripsi Abang?" Kata Aqila.

Arya menyerahkan skripsinya yang hanya berbentuk lembaran dengan jepit besar di atasnya. Aqila memperhatikan tulisan maupun variabel yang ada di dalam salinan skripsi tersebut. "Sangat amburadul, pantas saja tidak bisa di luluskan." Batin Aqila.

"Bang, ini penulisannya kok sangat berantakan. Lagi pula hasil penelitian dan cara penghitungannya juga belum selesai." Kata Aqila.

"Entahlah Qil, saya tidak mengerti tentang ini." Kata Arya.

"Hem, sebenarnya sedikit-sedikit bisa sih Qila membantu. Merapikan tulisan dan menggunakan perhitungan SPSS, kalau Abang mau?" Kata Aqila.

Aqila merasa mampu jika hanya menyelesaikan penelitian skripsi sederhana seperti ini. Karena Aqila sudah beberapa kali ikut membantu penelitian yang di lakukan oleh dosen. Apalagi ia juga pernah memenangkan perlombaan mewakili fakultasnya di tingkat nasional.

"Apa nggak merepotkan my nanti?" Tanya Arya ragu.

"Nggak apa-apa Bang. Semoga Abang segera lulus, saya ikhlas membantu."Doa Aqila.

"Baiklah, ini skripsi kesayangan. Saya titip ya kamu, ikut gadis cantik dulu. Ingat jangan manja!" Kata Arya menepuk-nepuk kertas skripsinya.

"Baiklah Bang, saya simpan dulu." Qila memasukan kumpulan kertas tersebut ke dalam tasnya.

"Kita pulang yuk, biar Abang antar Tuan Putri." Goda Arya.

Mereka pulang bersama dengan naik motor gede sang kuda besi kesayangan Arya. Nada asmara semakin syahdu bersama hembusan angin di atas motor.

Terpopuler

Comments

Sela Sea

Sela Sea

lanjut kak

2023-02-09

3

Nono

Nono

lanjut tor

2023-02-08

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!