Annanta
Seorang gadis berusia 20 tahun berjalan cepat menyusuri lorong rumah sakit. Wajahnya terlihat sangat khawatir. Tanpa peduli penampilannya yang kumal karena habis bekerja, dia langsung berlari saat mendapat telpon dari rumah sakit.
"Bagaimana keadaan adik saya, dok?" Tanyanya pada dokter yang baru saja keluar dari ruangan adiknya.
"Kondisi adik anda semakin memburuk. Kita harus segera melakukan operasi untuk transplantasi ginjalnya."
"Transplantasi ginjal?" Gumamnya pelan. "Be-berapa biaya nya, dok?"
"Saya tidak tahu jelas berapa biayanya. Melakukan transplantasi ginjal membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Anda bisa tanyakan bagian administrasi."
Gadis itu terdiam dengan air mata menetes. Sepertinya harapan untuk bisa menyembuhkan adiknya sangat kecil.
"Kak Anta!"
Seorang gadis yang masih berusia 15 tahun berlari ke arahnya, dengan seragam sekolah yang masih menempel. Gadis itu langsung memeluk Kakaknya.
"Ada apa, Kak?" Gadis itu menatap wajah Kakaknya.
Gadis bernama lengkap Annanta Ayudia itu mengusap air matanya cepat, lalu memaksa senyum pada adiknya.
"Kakak tidak apa-apa, Tiara. Kamu tidak perlu cemas seperti ini."
Tiara yang tidak percaya dengan ucapan Kakaknya langsung menatap dokter yang masih saja berdiri disana.
"Apa yang terjadi, dok?" Tanya Tiara. Anta yang juga menatap dokter menggeleng agar dokter tidak memberitahu adiknya mengenai hal tersebut.
"Kamu bisa tanyakan pada Kakakmu. Saya permisi." Ucap sang dokter.
"Iya, dok. Terima kasih."
Tiara yang masih belum puas karena belum mendengarkan cerita sebenarnya menatap Kakaknya dengan tatapan menuntut penjelasan. Anta hanya bisa menarik nafas, kemudian menceritakan semua yang terjadi.
"Jadi... Ki-kita harus punya banyak uang baru bisa melakukan operasi pada Rizky?"
"Iya," Jawab Anta lirih. Ia tidak bisa menahan air matanya saat mengingat bagaimana hidup adiknya jika dia tidak membayar semua biaya tersebut.
"Kaak... Kita harus bagaimana, Kak? Hiks... Aku nggak mau kehilangan Ricky."
"Kamu tenang saja. Kakak akan usahain uangnya. Jangan khawatir." Jawab Anta dengan suara serak karena tangisnya.
"Tapi, Kakak mau cari uang dimana? Biaya operasi ginjal tidak sedikit, Kak. Kemana kita akan dapatkan uang itu?"
"Kakak akan berusaha." Tekad Anta bulat. Dia akan melakukan apapun agar adiknya itu sembuh.
"Oh ya, kamu sudah makan?" Anta mencoba mengalihkan topik pembicaraan mereka.
Tiara menggeleng. Gadis itu langsung menuju rumah sakit setelah pulang sekolah.
"Baiklah. Kamu masuk saja, temani Ricky. Kakak akan belikan makanan di kantin rumah sakit."
"Kakak punya uang?" Anta hanya menjawabnya dengan tersenyum, kemudian berjalan menuju kantin rumah sakit.
Karena waktu sudah petang, kantin rumah sakit mulai sepi. Anta berjalan cepat dan segera membeli makanan untuk adiknya. Saat diperjalanan kembali ke ruang rawat Ricky, seorang wanita tiba-tiba lewat, membuatnya tak sengaja menabrak wanita itu.
"Ma-maaf, Bu. Maaf. Saya tidak sengaja." Ucapnya pada wanita tersebut.
"Tidak apa-apa. Seharusnya saya yang minta maaf karena sudah menghalangi jalanmu."
"Ti-tidak, Bu. Saya yang salah sudah menabrak Ibu."
"Baiklah. Apa yang kamu katakan saja."
"Kalau begitu, saya permisi, Bu. Saya sekali lagi minta maaf." Ujar Anta, lalu berjalan meninggalkan wanita tersebut.
Sepertinya, aku sudah menemukan Ibu untuk Evan. Batin wanita itu, sambil terus menatap Anta.
Anta tiba di ruangan Ricky dan langsung memberikan makanan pada Tiara. Namun, adiknya itu tak langsung menerima. Wajah sedihnya terlihat saat ia menatap Anta.
"Kak, aku tidak bisa makan saat melihat kondisi Ricky seperti ini. Aku sangat takut terjadi apa-apa padanya. Kak, bagaimana kita bisa menyembuhkan Ricky? Kak Anta hanya pekerja serabutan. Uang yang Kakak kumpul hanya bisa untuk makan kita dan biaya rawat Ricky. Itu pun Kakak masih mengutangnya."
Anta langsung memeluk adiknya. Semua yang Tiara katakan benar. Dia harus lebih berusaha lagi agar bisa mengumpulkan uang banyak hingga bisa memberikan perawatan yang baik untuk Ricky.
"Kamu tenang saja. Kakak akan bekerja lebih keras lagi. Ricky pasti akan sembuh. Itu janji kakak." Ujarnya berusaha menenangkan Tiara. Gadis itu mengangguk seraya mengusap air matanya. Begitupun dengan Anta yang sejak tadi tidak bisa menahan air matanya.
"Sekarang kamu makan. Kakak akan keluar. Jagain Ricky, ya?"
"Iya, kak." Jawabnya, menerima makanan, namun meletakkannya di atas nakas samping brankar Ricky.
"Tiaraa, jangan sampai tidak habiskan makanannya. Ingat, dek. Kamu harus makan. Jangan sampai sakit."
"Aku akan memakannya nanti, Kak." Jawabnya.
Setelah memperingati adiknya, Anta bergegas keluar. Ia menuju bagian administrasi untuk menanyakan biaya operasi transplantasi ginjal.
"Permisi, sus."
"Ya?"
"Untuk opersi transplantasi ginjal, berapa biayanya?"
"Untuk operasi transplantasi ginjal membutuhkan biaya 300 juta."
Anta langsung terdiam mendengarnya. 300 juta? Kemana dia akan mencari uang sebanyak itu? Dengan langkah gontai, Anta pergi dari tempat itu. Saat tiba di koridor rumah sakit, seseorang menghentikannya.
"Tunggu Anta!" Ucapnya membuat Anta menghentikan langkahnya dan berbalik.
"Ibu?" Wanita itu langsung tersenyum dan menghampiri Anta. "Bagaimana Ibu bisa tahu nama saya?" Tanya Anta, bingung. Ia baru bertemu Ibu itu tadi. Dia juga tidak memperkenalkan namanya.
"Itu tidak penting. Yang paling penting, saya ingin membicarakan sesuatu sama kamu."
"Sama saya?"
"Ya. Ayo, ikut saya!"
Meskipun Anta sangat bingung kenapa wanita yang ditabraknya itu menyuruhnya mengikuti dia, Anta tetap menurut. Ia mengekori wanita itu hingga mereka berada di taman rumah sakit. Keduanya duduk di kursi panjang taman.
"Perkenalkan, saya Devita."
"Saya Anta." Balas Anta.
"Sebelum itu, saya minta maaf. Saya sudah lancang mencari tahu tentang kamu. Saya tahu, kamu sedang membutuhkan biaya untuk adikmu. Transplantasi ginjal, 300 juta."
"Saya bisa memberikanmu 300 juta."
"Be-benarkah, Bu?"
"Benar. Saya akan membantu kamu, asal kamu mau menerima penawaran saya."
"Penawaran? Apa?"
"Menikah dengan putra saya."
Deg.
Jantung Anta seperti berhenti berdetak. Apakah ia harus menikah di usianya yang begitu muda, dan harus meninggalkan adik-adiknya? Tapi, dia juga membutuhkan uang itu untuk biaya pengobatan Ricky.
"Saya bisa memberimu 300 juta untuk biaya operasi transplantasi ginjalnya. Saya juga akan menanggung perawatannya hingga dia sembuh. Dan untuk biaya kehidupan mereka, saya juga akan memenuhinya setelah kamu menikah. Saya juga akan menempatkan seorang pelayan untuk mengurus kedua adikmu. Kamu jangan mengkhawatirkan mereka. Yang harus kamu lakukan, cukup menjadi istri yang baik untuk putraku, dan juga Ibu yang baik untuk cucuku Evan."
"Tapi bu, apa aku bisa mengurus suami dan anak? Aku masih sangat muda dan tidak mengerti apa-apa."
"Anta," Bu Devita memegang kedua tangan Anta. "Ibu yakin, kamu bisa. Kamu akan bisa seiring berjalannya waktu. Yang terbaik sekarang, kamu jangan pikirkan mengenai pernikahan itu. Pikirkan adikmu. Dia sangat membutuhkan bantuanmu, Anta."
Gadis itu kembali terdiam cukup lama, memikirkan perkataan Bu Devita. Setelah beberapa saat, ia mengangguk menyetujui syarat yang Bu Devita berikan.
"Aku setuju, Bu."
"Syukurlah. Sekarang, ayo kita ke bagian administrasi. Kita akan melunasi biayanya sekarang."
Anta mengangguk pelan, kemudian berjalan bersama Bu Devita menuju tempat administrasi.
***
Opersi berlangsung sudah hampir 5 jam. Lampu operasi masih menyala. Terlihat jelas kekhawatiran Anta juga Tiara. Bu Devita yang juga berada di tempat itu menyaksikan kedua Kakak Adik yang saling berpelukan. Melihat itu, Devita merasa seperti orang jahat yang memaksa memisahkan seorang Kakak dari adik-adiknya. Tapi, dia harus melakukannya.
Pintu ruangan yang terbuka membuat Anta, Tiara dan Bu Devita segera menghampiri dokter.
"Operasinya berjalan lancar. Pasien akan dipindahkan ke ruang ICU."
Ketiga perempuan itu menarik nafas lega. Bu Devita menatap wajah gembira Anta dan Tiara. Dan lagi, ia merasa seperti orang jahat yang tega memisahkan seorang Kakak dari adik-adiknya.
Setelah proses pemindahan Ricky ke ruang ICU, Bu Devita berpamit pulang. Tiara yang masih penasaran dari mana Kakaknya mendapatkan uang pun, terus memaksa sang Kakak untuk bercerita. Dan akhirnya, Anta menceritakan semua yang menjadi kesepakatannya dan Bu Devita.
"Hiks... Maafkan aku, Kak. Maafkan aku dan Ricky yang selalu merepotkan Kakak."
"Kalian tidak merepotkan Kakak. Kakak sangat menyangi kalian."
"Kami juga menyangi Kakak." Kedua Kakak dan adik itu saling berpelukan.
"Oh ya, Kak. Kapan pernikahan Kakak akan berlangsung?" Tiara melepaskan pelukannya.
"Bu Devita akan menjemput Kakak tiga hari lagi."
Anak itu kembali memeluk Anta. "Kakak harus berjanji untuk baik-baik saja saat jauh dari kami nanti. Aku menyangi Kakak."
"Kakak juga menyayangi mu." Balas Anta, sambil mengecup puncak kepala adiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Ummi Maya
pengorbanan tulus seorang kakak,
moga annta sentiasa bahagia 🥹
2023-09-21
1
范妮·廉姆
Done kak..
AK mampir yaaaaa
2023-02-23
2