Kesepian
"Qay,, hari ini aku menginap di kantor karena sangat banyak pekerjaan yang harus segera aku selesaikan, apakah kamu sudah pulang?" tanya Djani pada Qaynaya kekasihnya.
"Tidak, aku juga tidak pulang malam hari ini,, aku menginap di rumah teman ku, kami akan mengadakan pesta piyama karena salah satu temanku akan menikah"
"Apa disana semua perempuan?"
"Aku tidak tau Djani,, lagipula kamu di kantor juga tidak sendiri kan? dan aku juga tau dengan pasti kalau kamu tidak hanya dengan rekan kerja pria,, bahkan aku tau dengan pasti kalau rekan kerja yang kamu beri nama Rendi itu juga ada disana,, Rendi yang aku sudah tau pasti kalau itu adalah Reina, jadi nikmatilah waktu mu,, karena aku pun seperti itu" Qaynaya langsung menutup panggilan telepon nya tanpa menunggu jawaban apapun lagi dari kekasih nya.
Qaynaya menghapus air matanya, dan menyimpan ponselnya kedalam sebuah laci setelah mematikan nya supaya tidak ada yang mengganggu lagi.
"Qay,, kamu baik-baik saja?" tanya salah satu temannya, Qaynaya hanya diam untuk menguatkan hatinya, dia tidak mau kalau sampai hari bahagia temannya harus diwarnai dengan kesedihannya.
"Jangan dipendam sendiri Qay,,, kami ada untukmu" mereka lalu berpelukan, Qaynaya sangat beruntung memiliki tiga sahabat yang selalu menemaninya dikala dia dalam masalah, para sahabat yang saling mendukung satu sama lain walau mereka sering kali berantem untuk hal sepele, tetapi mereka selalu sanggup menghadapinya.
"Qay,, sepertinya kamu sedang salah paham, karena aku yakin kalau Djani itu pria yang sangat baik, dia sangat bisa diandalkan, bukankah aku pernah mencoba untuk menggodanya,, tetapi kamu juga tau sendiri bahwa dia tidak tergoda sedikitpun, dan bahkan pernah melarang mu untuk bersahabat dengan ku, karena dia pikir aku sahabat yang tidak baik"
"Serli,, itu kejadian sudah sangat lama, dan saat itu memang dia sangat perhatian padaku, tetapi aku bahkan lupa, kapan terakhir kali, aku melihat senyuman nya, dia sangat dingin terhadap ku, kamu sekarang sudah sangat jarang bertemu,, ahhhh sudahlah,, jangan membicarakan masalahku, kita harus berbahagia untuk Rani, jadi aku harap kita tidak ini membicarakan tentang masalah ku lagi"
Serli mengerti, mereka lalu menyusul tidur dua sahabat mereka yang lain yang sudah terlelap dari tadi, mereka kecapean karena membantu menyiapkan acara akad nikah Rani yang akan dilaksanakan besok pagi.
Djani tidak fokus bekerja dan terus memikirkan tentang Qaynaya, apalagi nomor ponsel kekasihnya itu sudah tidak bisa dihubungi lagi sejak tadi.
"Djani, apakah kamu mau menemui kekasihmu dahulu? temui saja dia dahulu supaya kamu bisa lebih focus dalam bekerja"
"Tidak perlu, kita selesaikan saja semua ini"
Djani bekerja keras bersama tim nya karena projects mereka sudah sangat mepet deadline, dari 5 orang di tim mereka, ada salah satunya perempuan yang tadi disebutkan oleh Qaynaya, Reina namanya, gadis manis yang selalu menjadi warna di tim itu karena selain paras cantiknya, Reina juga sangat pandai bergaul dan mudah dekat dengan orang lain.
"Ini aku bikinkan kopi untuk kalian, supaya lebih segar" ujar Reina sembari membawa nampan berisi lima gelas kopi, Djani masih sibuk dengan pekerjaannya dan tidak memperdulikan Reyna.
Ada hal yang membuat Djani sedikit menjauh dari Reina, karena dibalik wajah manis dari Reina, ternyata dia adalah wanita yang tidak baik.
💙💙💙 Flashback 💙💙💙
"Reina, apa yang kamu lakukan terhadap ponselku? kenapa ada panggilan keluar disaat aku pergi?"
"Aku tidak sengaja memencetnya karena aku tadi panik saat kekasihmu menelepon, aku tidak sengaja mengangkat nya karena aku pikir itu penting, ternyata dia salah paham, jadi aku mencoba untuk menjelaskan, tetapi kekasih mu tetap saja tidak mau mendengarkan penjelasan yang aku berikan"
Djani tau ini akan menjadi masalah, apalagi kekasihnya selalu saja cengeng setiap ada masalah, jadi Djani berniat untuk segera menemui kekasihnya itu, tetapi waktunya tidak tepat karena bos ditempat nya bekerja tiba-tiba datang untuk memeriksa kondisi dan situasi kantor.
Setelah semua pekerjaan selesai, barulah Djani bisa pulang dan langsung menemui Qaynaya yang tinggal nya bersebelahan apartemen dengannya.
Setelah memencet bel pintu berulang kali, barulah Qaynaya membuka pintu nya, dan langsung keluar dengan wajah lesunya yang sudah diduga oleh Djani.
"Dia hanya rekan kerjaku" Djani menjelaskan tanpa diminta oleh Qaynaya.
"Rekan kerja apa yang berbuat seperti itu?"
"Qay,, tolonglah jangan seperti anak kecil lagi, kita sudah dewasa, tidak perlu meributkan masalah sepele seperti ini"
"Kenapa kamu datang kemari kalau menurut mu ini masalah sepele?"
"Qay,, aku lelah,, bisakah kita lupakan masalah ini? bisakah kali ini aku beristirahat ditempat mu?"
"Bisa-bisanya kamu datang setelah bersama wanita lain lalu kamu datang padaku?"
"Apa yang kamu katakan?!,, sudahlah,, aku malas karena kamu terus seperti ini" ujar Djani lalu pergi dari apartemen Qaynaya untuk menuju apartemen nya sendiri.
Djani sangat lelah setelah seharian bekerja, dia berniat untuk bermanja-manja dengan kekasihnya yang sudah dia pacari selama lima tahun, mereka berpacaran sejak masa kuliah, tetapi bahkan selama ini Qaynaya selalu menjaga jarak dengannya, tidak selayaknya pacaran zaman sekarang pada umumnya, Qaynaya sangat menjaga dirinya dari sentuhan.
Djani sepertinya melupakan kemarahan Qaynaya dan tidak terus berusaha untuk membujuk kekasihnya itu, sehingga waktu terus berlalu, hubungan mereka menjadi semakin hambar saja.
Djani berangkat bekerja seperti biasanya, dia mampir ke apartemen Qaynaya untuk sekedar berbasa-basi apakah kekasihnya itu akan berangkat bekerja bersama atau tidak, karena tempat kerja mereka berada dalam satu arah hanya saja tempat kerja Djani lebih jauh.
Qaynaya menolak dan lebih memilih untuk berangkat bekerja bersama temannya yang juga tinggal tidak jauh dari apartemen nya yang kebetulan mereka satu tempat kerja.
Karena penolakan dari Qaynaya, Djani langsung bergegas untuk berangkat bekerja, sesampainya di kantornya Djani langsung menuju pantry untuk membuat kopi, dan tanpa sengaja, disana juga ada Reina yang sedang membuat kopi.
"Aku buatkan sekalian, kamu mau yang manis atau tidak untuk kali ini?" ujar Reina menawarkan pada Djani untuk membuatkan kopi.
"Jangan terlalu manis" Djani tidak menolak karena dia sudah sering dibuatkan kopi oleh Reina.
"Djani,, Djani,, aku dengar kalau kamu tinggal bersebelahan apartemen dengan kekasihmu, tetapi bahkan hanya untuk kopi, kopi masih harus mencari disini, sepertinya lebih baik kamu menjomblo sepertiku karena tidak ada bedanya" celoteh Reina tanpa ragu sedikitpun.
Djani tidak menjawab apapun dan hanya menerima gelas kopi yang diberikan oleh Reina, mereka menyeruput kopi bersama sebelum waktu bekerja dimulai, mengobrol santai hingga datang beberapa karyawan lain yang merupakan rekan kerja mereka yang juga ingin bersarapan atau sekedar membuat kopi.
"Kalian sudah seperti pasangan saja" ujar salah satu rekan kerjanya.
"Apa sih Doni,," ujar Reina.
Djani tidak menjawab apapun godaan dari temannya, lalu hanya menghabiskan kopinya dan mengucapkan terima kasih kepada Reina sebelum dia menuju ruangan kerjanya.
"Ada kemajuan nih kayaknya,, aku yakin sebentar lagi kamu bisa mendapatkan nya, dia selalu menerima bantuan mu dan setiap pagi meminum kopi buatan mu, dengan sekali sentuhan, aku yakin dia akan langsung terjatuh padamu, kamu coba saja, jangan hanya mau membuatkan kopi saja setiap pagi, dia itu kesepian dan butuh belaian, dia tidak mendapatkan itu dari kekasihnya, sementara itu kebutuhan para pria, jadi aku sangat yakin kalau Djani tidak mungkin menolak mu"
"Kamu yakin?" tanya Reina pada Doni.
"Sangat yakin, cobalah dulu, apalagi saat ini pekerjaan kita sangat santai, dan ini adalah pagi hari, dia pasti kedinginan seperti biasanya setiap malam, hangatkan dia, maka kamu akan segera mendapatkannya"
Reina tersenyum mendengar penjelasan dari Doni, lalu segera bergegas menuju ruangan Djani.
"Djani, ini berkas yang harus kamu periksa" ujar Reina setelah masuk kedalam ruangan Djani, Reina terus berjalan mendekati Djani dan dengan sengaja pura-pura tersandung sehingga jatuh ke pangkuan Djani, saat pandangan mereka bertemu, Reina mendekatkan bibirnya untuk mencium Djani tetapi dengan kesadaran penuh, Djani langsung mendorong Reina.
"Jangan munafik Djani, kamu kesepian kan?? aku bersedia menjadi yang kedua untukmu, kamu bebas melakukan apapun denganku, kita sama-sama sudah dewasa, tidak perlu malu dengan hal seperti ini"
🌹 Flashback End 🌹
💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙
Djani tersadar akan lamunannya dan kembali serius bekerja tanpa menyentuh gelas kopi yang disuguhkan oleh Reina.
"Jangan lakukan kesalahan yang sama, sadarlah Djani, disini memang dingin,, tetapi percayalah,, kedinginan ini tidak sebanding dengan masalah yang timbul setelahnya,, seperti dahulu" batin Djani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
🚀Tiioooo🛸🛰
Waww~ Reina murah bngt uppss--
2023-04-27
0
🚀Tiioooo🛸🛰
Doni iseng bngt🗿
2023-04-27
0
վմղíα | HV💕
mampit Thor
2023-03-28
0