NovelToon NovelToon

Kesepian

Hambar

"Qay,, hari ini aku menginap di kantor karena sangat banyak pekerjaan yang harus segera aku selesaikan, apakah kamu sudah pulang?" tanya Djani pada Qaynaya kekasihnya.

"Tidak, aku juga tidak pulang malam hari ini,, aku menginap di rumah teman ku, kami akan mengadakan pesta piyama karena salah satu temanku akan menikah"

"Apa disana semua perempuan?"

"Aku tidak tau Djani,, lagipula kamu di kantor juga tidak sendiri kan? dan aku juga tau dengan pasti kalau kamu tidak hanya dengan rekan kerja pria,, bahkan aku tau dengan pasti kalau rekan kerja yang kamu beri nama Rendi itu juga ada disana,, Rendi yang aku sudah tau pasti kalau itu adalah Reina, jadi nikmatilah waktu mu,, karena aku pun seperti itu" Qaynaya langsung menutup panggilan telepon nya tanpa menunggu jawaban apapun lagi dari kekasih nya.

Qaynaya menghapus air matanya, dan menyimpan ponselnya kedalam sebuah laci setelah mematikan nya supaya tidak ada yang mengganggu lagi.

"Qay,, kamu baik-baik saja?" tanya salah satu temannya, Qaynaya hanya diam untuk menguatkan hatinya, dia tidak mau kalau sampai hari bahagia temannya harus diwarnai dengan kesedihannya.

"Jangan dipendam sendiri Qay,,, kami ada untukmu" mereka lalu berpelukan, Qaynaya sangat beruntung memiliki tiga sahabat yang selalu menemaninya dikala dia dalam masalah, para sahabat yang saling mendukung satu sama lain walau mereka sering kali berantem untuk hal sepele, tetapi mereka selalu sanggup menghadapinya.

"Qay,, sepertinya kamu sedang salah paham, karena aku yakin kalau Djani itu pria yang sangat baik, dia sangat bisa diandalkan, bukankah aku pernah mencoba untuk menggodanya,, tetapi kamu juga tau sendiri bahwa dia tidak tergoda sedikitpun, dan bahkan pernah melarang mu untuk bersahabat dengan ku, karena dia pikir aku sahabat yang tidak baik"

"Serli,, itu kejadian sudah sangat lama, dan saat itu memang dia sangat perhatian padaku, tetapi aku bahkan lupa, kapan terakhir kali, aku melihat senyuman nya, dia sangat dingin terhadap ku, kamu sekarang sudah sangat jarang bertemu,, ahhhh sudahlah,, jangan membicarakan masalahku, kita harus berbahagia untuk Rani, jadi aku harap kita tidak ini membicarakan tentang masalah ku lagi"

Serli mengerti, mereka lalu menyusul tidur dua sahabat mereka yang lain yang sudah terlelap dari tadi, mereka kecapean karena membantu menyiapkan acara akad nikah Rani yang akan dilaksanakan besok pagi.

Djani tidak fokus bekerja dan terus memikirkan tentang Qaynaya, apalagi nomor ponsel kekasihnya itu sudah tidak bisa dihubungi lagi sejak tadi.

"Djani, apakah kamu mau menemui kekasihmu dahulu? temui saja dia dahulu supaya kamu bisa lebih focus dalam bekerja"

"Tidak perlu, kita selesaikan saja semua ini"

Djani bekerja keras bersama tim nya karena projects mereka sudah sangat mepet deadline, dari 5 orang di tim mereka, ada salah satunya perempuan yang tadi disebutkan oleh Qaynaya, Reina namanya, gadis manis yang selalu menjadi warna di tim itu karena selain paras cantiknya, Reina juga sangat pandai bergaul dan mudah dekat dengan orang lain.

"Ini aku bikinkan kopi untuk kalian, supaya lebih segar" ujar Reina sembari membawa nampan berisi lima gelas kopi, Djani masih sibuk dengan pekerjaannya dan tidak memperdulikan Reyna.

Ada hal yang membuat Djani sedikit menjauh dari Reina, karena dibalik wajah manis dari Reina, ternyata dia adalah wanita yang tidak baik.

💙💙💙 Flashback 💙💙💙

"Reina, apa yang kamu lakukan terhadap ponselku? kenapa ada panggilan keluar disaat aku pergi?"

"Aku tidak sengaja memencetnya karena aku tadi panik saat kekasihmu menelepon, aku tidak sengaja mengangkat nya karena aku pikir itu penting, ternyata dia salah paham, jadi aku mencoba untuk menjelaskan, tetapi kekasih mu tetap saja tidak mau mendengarkan penjelasan yang aku berikan"

Djani tau ini akan menjadi masalah, apalagi kekasihnya selalu saja cengeng setiap ada masalah, jadi Djani berniat untuk segera menemui kekasihnya itu, tetapi waktunya tidak tepat karena bos ditempat nya bekerja tiba-tiba datang untuk memeriksa kondisi dan situasi kantor.

Setelah semua pekerjaan selesai, barulah Djani bisa pulang dan langsung menemui Qaynaya yang tinggal nya bersebelahan apartemen dengannya.

Setelah memencet bel pintu berulang kali, barulah Qaynaya membuka pintu nya, dan langsung keluar dengan wajah lesunya yang sudah diduga oleh Djani.

"Dia hanya rekan kerjaku" Djani menjelaskan tanpa diminta oleh Qaynaya.

"Rekan kerja apa yang berbuat seperti itu?"

"Qay,, tolonglah jangan seperti anak kecil lagi, kita sudah dewasa, tidak perlu meributkan masalah sepele seperti ini"

"Kenapa kamu datang kemari kalau menurut mu ini masalah sepele?"

"Qay,, aku lelah,, bisakah kita lupakan masalah ini? bisakah kali ini aku beristirahat ditempat mu?"

"Bisa-bisanya kamu datang setelah bersama wanita lain lalu kamu datang padaku?"

"Apa yang kamu katakan?!,, sudahlah,, aku malas karena kamu terus seperti ini" ujar Djani lalu pergi dari apartemen Qaynaya untuk menuju apartemen nya sendiri.

Djani sangat lelah setelah seharian bekerja, dia berniat untuk bermanja-manja dengan kekasihnya yang sudah dia pacari selama lima tahun, mereka berpacaran sejak masa kuliah, tetapi bahkan selama ini Qaynaya selalu menjaga jarak dengannya, tidak selayaknya pacaran zaman sekarang pada umumnya, Qaynaya sangat menjaga dirinya dari sentuhan.

Djani sepertinya melupakan kemarahan Qaynaya dan tidak terus berusaha untuk membujuk kekasihnya itu, sehingga waktu terus berlalu, hubungan mereka menjadi semakin hambar saja.

Djani berangkat bekerja seperti biasanya, dia mampir ke apartemen Qaynaya untuk sekedar berbasa-basi apakah kekasihnya itu akan berangkat bekerja bersama atau tidak, karena tempat kerja mereka berada dalam satu arah hanya saja tempat kerja Djani lebih jauh.

Qaynaya menolak dan lebih memilih untuk berangkat bekerja bersama temannya yang juga tinggal tidak jauh dari apartemen nya yang kebetulan mereka satu tempat kerja.

Karena penolakan dari Qaynaya, Djani langsung bergegas untuk berangkat bekerja, sesampainya di kantornya Djani langsung menuju pantry untuk membuat kopi, dan tanpa sengaja, disana juga ada Reina yang sedang membuat kopi.

"Aku buatkan sekalian, kamu mau yang manis atau tidak untuk kali ini?" ujar Reina menawarkan pada Djani untuk membuatkan kopi.

"Jangan terlalu manis" Djani tidak menolak karena dia sudah sering dibuatkan kopi oleh Reina.

"Djani,, Djani,, aku dengar kalau kamu tinggal bersebelahan apartemen dengan kekasihmu, tetapi bahkan hanya untuk kopi, kopi masih harus mencari disini, sepertinya lebih baik kamu menjomblo sepertiku karena tidak ada bedanya" celoteh Reina tanpa ragu sedikitpun.

Djani tidak menjawab apapun dan hanya menerima gelas kopi yang diberikan oleh Reina, mereka menyeruput kopi bersama sebelum waktu bekerja dimulai, mengobrol santai hingga datang beberapa karyawan lain yang merupakan rekan kerja mereka yang juga ingin bersarapan atau sekedar membuat kopi.

"Kalian sudah seperti pasangan saja" ujar salah satu rekan kerjanya.

"Apa sih Doni,," ujar Reina.

Djani tidak menjawab apapun godaan dari temannya, lalu hanya menghabiskan kopinya dan mengucapkan terima kasih kepada Reina sebelum dia menuju ruangan kerjanya.

"Ada kemajuan nih kayaknya,, aku yakin sebentar lagi kamu bisa mendapatkan nya, dia selalu menerima bantuan mu dan setiap pagi meminum kopi buatan mu, dengan sekali sentuhan, aku yakin dia akan langsung terjatuh padamu, kamu coba saja, jangan hanya mau membuatkan kopi saja setiap pagi, dia itu kesepian dan butuh belaian, dia tidak mendapatkan itu dari kekasihnya, sementara itu kebutuhan para pria, jadi aku sangat yakin kalau Djani tidak mungkin menolak mu"

"Kamu yakin?" tanya Reina pada Doni.

"Sangat yakin, cobalah dulu, apalagi saat ini pekerjaan kita sangat santai, dan ini adalah pagi hari, dia pasti kedinginan seperti biasanya setiap malam, hangatkan dia, maka kamu akan segera mendapatkannya"

Reina tersenyum mendengar penjelasan dari Doni, lalu segera bergegas menuju ruangan Djani.

"Djani, ini berkas yang harus kamu periksa" ujar Reina setelah masuk kedalam ruangan Djani, Reina terus berjalan mendekati Djani dan dengan sengaja pura-pura tersandung sehingga jatuh ke pangkuan Djani, saat pandangan mereka bertemu, Reina mendekatkan bibirnya untuk mencium Djani tetapi dengan kesadaran penuh, Djani langsung mendorong Reina.

"Jangan munafik Djani, kamu kesepian kan?? aku bersedia menjadi yang kedua untukmu, kamu bebas melakukan apapun denganku, kita sama-sama sudah dewasa, tidak perlu malu dengan hal seperti ini"

🌹 Flashback End 🌹

💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙

Djani tersadar akan lamunannya dan kembali serius bekerja tanpa menyentuh gelas kopi yang disuguhkan oleh Reina.

"Jangan lakukan kesalahan yang sama, sadarlah Djani, disini memang dingin,, tetapi percayalah,, kedinginan ini tidak sebanding dengan masalah yang timbul setelahnya,, seperti dahulu" batin Djani.

Awal Mula Kesepian

"Djani, kamu mau kemana? ini tengah malam, lebih baik kita menginap saja disini, dan ini kopimu belum diminum" ujar Doni pada Djani yang terlihat bersiap dengan memakai jas nya, pekerjaan mereka baru saja selesai.

"Aku akan pulang terlebih dahulu, aku akan sampai lagi kesini besok sebelum rapat dimulai"

Djani langsung bergegas pergi, tetapi saat akan memasuki mobilnya, tangannya ditarik oleh Reina.

"Jangan seperti ini, kejadian malam itu bukankah sangat indah? lalu kenapa kamu sekarang seperti ini? setelah mendapatkan manisnya tubuhku, lalu kamu bersikap dingin padaku, apa kamu pikir aku tidak punya hati? aku kesepian sayang"

"Apa kamu tidak punya rasa malu? malam itu tidak terjadi apapun, jangan kamu pikir aku tidak bisa mengingatnya karena aku mabuk, jadi enyahlah dari hadapanku, dan jangan pernah menggangguku lagi"

Djani berniat pergi tapi terus saja ditahan oleh Reina, saat ini bahkan Reina mencoba untuk memeluknya, Reina bahkan berhasil mencium pipi Djani, karena kaget Djani langsung mendorong tubuh Reina tetapi tidak menyangka kalau wanita itu akan terdorong cukup jauh dan bahkan terjatuh, hingga kakinya terbentur tembok.

"Aaaakkkhhhh,, aaauuuu!!" Reina berteriak dan memegangi kakinya, Djani langsung mendekati dan menanyakan keadaannya, Reina meminta pada Djani untuk membawanya ke rumah sakit, karena kaki Reina sakit, dia tidak bisa berjalan dan meminta Djani untuk menggendongnya, mau tidak mau karena merasa bersalah, Djani menggendong Reina lalu memasukkannya ke dalam mobilnya untuk di antarkan ke rumah sakit.

Setelah sampai dirumah sakit, Reina meminta pada Djani untuk membelikan nya minum karena dia merasa sangat haus, Reina tersenyum mencurigakan setelah Djani berlalu pergi untuk membelikan nya minuman.

Tidak lama lalu Djani datang membawa minum untuk Reina, saat itu kaki Reina telah di obati dan dinyatakan terkilir oleh dokter, Djani semakin merasa bersalah, apalagi Reina hidup sebatang kara di kota ini, karena semua keluarganya ada di kampung halaman.

"Bisakah membawaku ke apartemen mu, aku berjanji akan diam di dalam dan tidak menampakkan diriku pada kekasihmu, aku sungguh tidak bisa seperti ini sendirian, pada siapa nantinya aku harus meminta bantuan kalau aku memerlukan sesuatu?" ujar Reina memelas, Djani sebenarnya agak bingung karena dia merasa tidak sekuat itu mendorong Reina, tapi kenapa bisa sampai terjadi seperti ini.

"Baiklah, tapi ingat untuk tidak menampakkan dirimu saat ada Qaynaya di sisiku"

"Baiklah, aku berjanji"

Djani lalu membawa Reina menuju apartemennya, dia memapah Reina masuk kedalam apartemen, tetapi begitu terkejutnya dia karena Qaynaya duduk diruang tamu didalam apartemen nya, Qaynaya tentu bisa masuk ke apartemennya dengan mudah, karena kode pintu apartemen mereka sama.

Di atas meja di depan Qaynaya, terlihat foto-foto saat Reina mencium Djani, ada juga saat Djani menggendong Reina, bahkan foto saat Djani memasukkan Reina kedalam mobilnya.

"Aku berharap ini hanya salah paham, dan aku langsung menuju kesini untuk meminta penjelasan supaya aku tidak salah paham lagi seperti dahulu, tetapi ini sudah sangat jelas, apakah ini sering terjadi?? apakah kejadian dulu juga sebenarnya nyata seperti ini?,,, sudahlah,, tidak akan ada lagi pertanyaan dariku" Qaynaya bangkit dari duduknya dan berniat pergi.

"Sayang dengarkan aku, dia terluka karena aku, jadi aku hanya membantunya saja" Djani berusaha menjelaskan tetapi dia akan sulit untuk memberitahukan kepada kekasihnya hal yang sebenarnya, karena foto-foto yang dikirimkan pada Qaynaya seolah memperlihatkan dirinya sedang bermain gila dengan Reina.

"Bantulah dia, bantu dia seumur hidupmu, aku tidak akan perduli lagi" ujar Qaynaya yang sudah menuju pintu keluar, sementara Djani tidak bisa berbuat banyak karena Reina terus memegangi tangganya, Djani tidak bisa melepaskan Reina begitu saja karena kaki Reina sedang terkilir.

Qaynaya memasuki apartemen nya dan langsung mengganti kode pintu masuknya, supaya Djani tidak bisa masuk lagi kedalam apartemennya, Djani mendudukkan Reina kesebuah sofa lalu segera berlari menyusul Qaynaya.

"Sayang bukalah" Djani terus memencet bel karena berulang kali dia memencet kode pintu apartemen Qaynaya, tetapi tidak bisa karena sudah diganti, didalam kamarnya Qaynaya menangis sejadi-jadinya, dia tidak menyangka dinginnya sikap Djani selama ini benar-benar karena wanita lain.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Flashback

"Sayang, bolehkah aku menumpang padamu setiap aku berangkat bekerja?" tanya Qaynaya pada Djani saat mereka baru saja pindah ke apartemen itu secara bersamaan, mereka memutuskan untuk hidup mandiri setelah lulus kuliah.

"Tentu saja sayang, aku akan mengantarkan dirimu kemanapun dengan motor kenangan kita sejak awal kita pacaran saat kuliah" jawab Djani lalu semakin mendekati Qaynaya.

Saat Djani mencoba untuk mencium Qaynaya, dengan cepat kekasihnya itu menghindarinya, Qaynaya memang tidak pernah mau kontak fisik selama mereka berpacaran dan paling dekat hanya berpegangan tangan.

"Kenapa kamu seperti ini terus? apa kamu tidak mencintai ku?" tanya Djani kecewa.

"Aku seperti ini karena sangat mencintaimu, kita baru merintis masa depan dengan baru saja bekerja, saat sering melakukan kontak fisik, lama-kelamaan kita tidak akan bisa mengontrol hormon kita, kalau aku hamil, memang kamu sudah siap untuk bertanggung jawab?"

"Kamu terlalu jauh berfikir" ucap Djani masih tidak mengerti jalan pikiran kekasihnya.

"Mungkin iya benar aku terlalu jauh berfikir, tetapi itu sudah sangat banyak sekali kejadiannya, teman SMA ku bahkan harus menikah karena dia hamil duluan, aku hanya belajar dari pengalaman, kita bisa melakukan apapun itu saat kita sudah menikah, dan kita menikah pasti setelah kita siap baik mental maupun finansial"

Qaynaya memang berfikiran sangat dewasa tetapi Djani hanya pria biasa yang darah mudanya pasti sedang bergejolak, selama ini dia sanggup menahan gejolak hormon nya tetapi akhir-akhir ini, terasa sulit baginya, apalagi Qaynaya terlihat semakin cantik dan matang.

Hubungan mereka berjalan seperti biasanya, berangkat kerja bersama, makan siang bersama, saat pulang kerja Djani akan menjemput Qaynaya untuk pulang bersama, rutinitas mereka hanya terus seperti itu setiap hari.

Suatu pagi Djani yang sepertinya sangat terburu-buru karena pekerjaannya yang kemarin belum selesai, harus berangkat bekerja lebih pagi, dan dia lupa tidak memberi tahu pada Qaynaya, setelah kekasihnya itu menelepon barulah dia ingat.

"Maaf sayang, aku lupa memberi tahu padamu kalau aku berangkat lebih pagi karena ada pekerjaan penting yang harus segera aku selesaikan, kamu bisa naik kendaraan umum"

Qaynaya pasti akan terlambat kalau naik kendaraan umum, jadi dia memilih ikut berangkat kerja bersama temannya yang tinggal tidak jauh dari apartemen nya.

Entah kenapa, hari demi hari, sering kali ada saja alasan Djani berangkat bekerja lebih pagi dan tidak bisa mengantarkan kekasihnya, hubungan yang memang sudah hambar, menjadi semakin dingin sehingga masing-masing merasa kesepian.

Flashback End

🌹🌹💙💙🌹🌹💙💙🌹🌹💙💙🌹🌹

Qaynaya tidak mau membukakan pintu untuk Djani, dia sudah memutuskan untuk tidak terlalu peduli lagi pada kekasihnya itu.

Hancurnya Sebuah Perasaan

"Qay,, sayang,, tolong dengarkan penjelasanku" ucap Djani pada Qaynaya saat kekasihnya itu keluar dari apartemen nya karena dijemput oleh Serli, acara akad nikah Rani akan segera dilaksanakan jadi Serli menjemput Qaynaya karena menyadari telah terjadi sesuatu pada sahabatnya itu.

Tadi malam Serli melihat Qaynaya pergi dengan terburu-buru di tengah malam, setelah mendapatkan sebuah boks dari seseorang yang tidak dikenal saat baru saja mereka akan tidur, jadi Serli yakin kalau ada masalah besar pada Qaynaya.

Tadi malam memang dirumah Rani sangat ramai walaupun sudah malam, karena banyak yang melakukan persiapan untuk acara akad nikah Rani yang akan dilaksanakan di rumah pribadi mereka.

Salah satu asisten rumah tangga Rani mengetuk pintu kamar yang ditempati oleh para bridesmaids karena mendapatkan sebuah paket yang meminta pada asisten rumah tangga itu untuk segera memberikan pada Qaynaya, karena menurut sang pengirim paket boks itu, isinya adalah sesuatu yang penting untuk acara akad nikah Rani.

Kebetulan hanya Qaynaya yang belum juga bisa terlelap tidur karena hatinya gelisah mengingat kekasihnya yang dia pikir menginap di kantor bersama rekan wanita yang pernah menelfon nya, teman kantor kekasihnya itu pernah mengatakan sesuatu yang mengganjal hati Qaynaya, benar saja firasat dan kegelisahan hati Qaynaya, karena dia harus mengalami kejadian yang menghancurkan perasaannya.

⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐

Flashback

Saat itu Djani menyadari kalau ponselnya telah di mainkan oleh seseorang, karena ada panggilan masuk dan keluar dari Qaynaya, sementara dia sedang dipanggil bos dari perusahaan tempatnya bekerja dan meninggalkan ponselnya di atas meja ruangan kantornya, ternyata Qaynaya menelfon nya yang diangkat oleh Reina.

"Djani,, sore ini bisakah menjemput diriku pulang bekerja?" tanya Qaynaya begitu panggilan teleponnya diangkat, dia pikir kalau yang mengangkat panggilan telepon nya adalah kekasihnya sendiri.

"Djani sedang sibuk, jangan terus mengganggunya" jawab Reina, karena bingung dengan suara wanita yang mengangkat ponsel kekasihnya, Qaynaya lalu mematikan dan menyudahi panggilan teleponnya saat itu juga tanpa mengatakan apapun lagi.

Tetapi Reina malahan menelfon nya kembali, karena dipikirkannya kali ini kekasihnya lah yang menelepon, Qaynaya lalu mengangkatnya.

"Djani, siapa wanita yang tadi mengangkat panggilan telepon?" tanya Qaynaya bahkan belum mendengar suara sang penelepon.

"Aku,, kamu harus tau untuk tidak menjadi benalu pada orang lain, jangan terus merepotkan seseorang dengan menjadikannya sopir pribadimu, kalau kamu mau tau namaku baiklah aku kasih tau, karena aku yakin setelah ini kita akan sering berinteraksi, namaku adalah Reina dan aku rekan kerja Djani, aku ingatkan padamu untuk tidak terus mengganggunya apalagi di jam kerja"

Reina langsung mematikan panggilan telepon itu, dan merasa sangat puas, sebelum Djani datang, Reina menyimpan kembali ponsel Djani ketempat semula, tetapi karena terburu-buru dia lupa menghapus panggilan keluar dan masuk dari Qaynaya.

Itulah saat Qaynaya marah pada Djani tetapi malah Djani juga marah dengan sikap Qaynaya yang dianggap seperti anak kecil, karena Djani pikir Reina hanya tidak sengaja memencet panggilan keluar tanpa mengatakan apapun pada Qaynaya.

Saat itu Djani malas membujuk kekasihnya hingga masalah itu menguap begitu saja, masalah yang tidak diselesaikan tetapi coba dilupakan oleh Qaynaya walau didalam hatinya, masalah itu masih tersimpan.

Djani yang tidak mau menjelaskan siapa Reina pada Qaynaya, lalu hanya mengganti nama Reina di kontak ponselnya dengan nama seorang pria, Djani berfikir itu cara paling mudah, padahal dia sedang menghindari masalah yang suatu saat akan meledak layaknya gunung es.

Djani mendapatkan kenaikan pangkat, yang tadinya hanya pegawai kantor biasa, lalu diangkat menjadi ketua tim, jadi memang dia menjadi lebih sibuk dan semakin tidak ada waktu untuk Qaynaya.

Suatu malam, tim Djani memenangkan suatu kontrak pekerjaan besar, mereka lalu merayakannya disebuah karaoke yang tanpa Djani sadari bahwa tempat karaoke itu menyediakan jasa plus-plus sehingga menyediakan juga tempat untuk pengunjung selain karaoke menyanyi, juga bisa melakukan karaoke dengan benda tumpul.

Djani dan rekan satu timnya bergembira dan minum-minum hingga mereka teler, saat itulah Reina mengambil kesempatan pada Djani dan memapah tubuhnya masuk kedalam ruangan plus-plus, entah dari mana Reina bisa mengetahui tempat itu.

Djani yang mabuk direbahkan diatas ranjang oleh Reina, dan dengan wajah yang dipenuhi nafsu membara, Reina terus menciumi dada Djani yang setengah sadar setelah membuka kancing kemeja yang dipakai oleh kekasihnya Qaynaya tersebut.

Pada awalnya hormon dalam tubuh Djani tentu menerima sentuhan itu, karena dia memang sangat menginginkan hal itu dari dulu, tetapi setelah mengumpulkan kesadarannya yang hanya tinggal sedikit, dia mencoba melawannya dengan pura-pura tidur terlelap, Reina tidak menyerah dan terus menggerayangi tubuh Djani bahkan berniat membuka resleting celana Djani.

Djani terus saja hampir kehilangan kesadarannya, tetapi dengan sisa kekuatan dan kesadarannya, dia pura-pura menggeliat lalu berbalik badan dan dia tengkurap, dengan kekuatannya dia terus menahan tubuhnya saat Reina mencoba membalik kembali tubuhnya.

"Dasar lelaki tidak tau di untung" gumam Reina, lalu keluar dari kamar itu, Djani lega lalu langsung terlelap karena dia sudah menahannya dari tadi, dia tidak terlalu kuat minum-minum, tadi dia hanya minum sedikit tapi sudah mabuk, jadi sebenarnya efek minuman yang dia rasakan tidak terlalu besar, hanya saja tubuhnya yang lelah karena bekerja keras seharian untuk memenangkan tender proyek tim mereka membuatnya ingin segera beristirahat.

Salahnya Djani adalah mengikuti keinginan rekan kerjanya bukannya pulang untuk beristirahat di rumah, hingga kejadian itu harus terjadi, setelah malam hampir menjelang pagi, barulah terdengar pintu kembali terbuka di dalam kamar dimana Djani tidur.

Reina entah dari mana setelah semalam tidak mendapatkan keinginannya dari Djani, Reina melihat Djani yang masih terlelap, dengan perlahan naik keatas ranjang dan tiduran disebelah tubuh Djani, entah apa yang dipikirkan oleh Reina, karena tiba-tiba saja dia membuka seluruh pakaiannya dan langsung masuk kedalam pelukan Djani.

Djani terkaget dan langsung membuka matanya serta dengan cepat menghindar dari tubuh polos Reina, kali ini Djani benar-benar sudah sadar, tetapi Reina lalu menangis sesenggukan dan mengatakan bahwa semalam mereka telah melakukan kegiatan yang tidak sepatutnya.

Djani heran dengan tingkah Reina, karena dia ingat dan sadar sepenuhnya apa yang terjadi, tetapi saat itu pintu diketuk dari luar, terdengar suara Doni yang memanggilnya, karena panik lalu Djani meminta pada Reina untuk diam terlebih dahulu dan akan membicarakan hal ini nantinya.

Reina pikir Djani sudah masuk kedalam jebakannya, dengan tertawa di dalam hati dan pura-pura menghapus air matanya, Reina memakai semua pakaiannya kembali, Djani keluar kamar terlebih dahulu saat Reina telah memakai bajunya.

"Hebat sekali bro, baru unboxing ya?" goda Doni.

"Tidak seperti yang kamu pikirkan" jawab Djani malas, lagipula setiap orang yang melihat kejadian itu, tidak mungkin akan percaya dengan ceritanya.

Doni tersenyum, tetapi entah apa maksud dari senyumannya, Doni sebenarnya adalah teman kuliah Djani juga, jadi mereka sudah saling mengenal sebelum bekerja di perusahaan yang sama.

Flashback End

⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐

"Qay, sayang,, tolong dengarkan penjelasanku" Djani berniat menggapai dan ingin menarik tangan Qaynaya tetapi ditahan oleh Serli.

"Jangan cari sahabatku lagi kalau kamu hanya ingin menyakitinya!!" teriak Serli lalu menghempaskan tangan Djani dan menarik Qaynaya dari sana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!