BAB 11

"Assalamu'alaikum Zahra..."

Zahra terpaku menatap kedatangannya. "Ustaz Ilham..."

Dia bingung, mengapa Ustaz Ilham bisa berada di tempat itu dan tahu keberadaannya. "Hmm, wa'alaikumsalam. Mengapa Ustaz Ilham bisa ada di sini?" tanya Zahra.

"Kebetulan saya ada keperluan. Bisa kita berbicara sebentar." ajak Ustaz Ilham pada Zahra.

Zahra hanya menganggukkan kepalanya lalu mengikuti Ustaz Ilham keluar dari pabrik dan duduk di sebuah gazebo yang berada di pinggir perkebunan.

"Saya dengar kamu keluar dari rumah. Mengapa?" tanya Ustaz Ilham.

Zahra terdiam beberapa saat. Dia semakin bingung, darimana Ustaz Ilham tahu jika dirinya keluar dari rumah? "Iya, ada kesalah-pahaman. Saya juga tidak tahu bagaimana caranya untuk pulang. Saya takut abi masih belum bisa memaafkan saya."

Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi. Mereka berdua hanya terdiam sambil memandang bukit teh yang hijau. Mereka sedang sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Hmm... Zahra mungkin saya bisa membawamu kembali pulang ke rumah." kata Ustaz Ilham.

Zahra menggelengkan kepalanya pelan. "Saya tidak mau Ustaz Ilham ikut masuk dalam masalah saya. Biarkan saya sendiri yang mencari cara agar abi bisa memaafkan saya."

Ustaz Ilham menghela napas panjang lalu tersenyum kecil. "Menikahlah denganku, dan aku akan membawa kamu pulang."

Benarkah yang dikatakan Ustaz Ilham padanya? Zahra tidak percaya dengan kalimat itu. "Menikah?" tanya Zahra lagi memastikan.

"Iya, menikahlah denganku. Kamu bisa pulang bersamaku." kata Ustaz Ilham lagi mengulang kalimatnya.

"Tapi bukankah Ustaz Ilham dulu pernah mengatakan bahwa Ustaz Ilham ingin menikahi Syifa?" Zahra jelas tidak akan melupakan kejadian itu. Ustaz Ilham secara terang-terangan lebih memilih Syifa dibandingkan dengan dirinya.

Ustaz Ilham terdiam beberapa saat. "Iya, itu dulu. Saya minta maaf soal itu dan sekarang saya sudah memilih kamu. Bagaimana? Besok bisa saya atur lagi pertemuan dengan keluarga kamu."

"Beri saya waktu untuk memikirkan ini." pinta Zahra. Jujur saja dia masih bingung dengan keadaan yang serba tiba-tiba ini.

"Iya. Saya besok akan datang ke sini lagi." kata Ustaz Ilham.

Zahra menganggukkan kepalanya. "Ngomong-ngomong kenapa Ustaz bisa tahu perkebunan ini?"

"Saya mempunyai teman di dekat sini. Ya sudah saya pulang dulu. Apa kamu mau saya antar dulu?" tawar Ustaz Ilham.

Zahra menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, saya bisa kembali sendiri."

Ustaz Ilham berdiri lalu mengucap salam. "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." Pandangan mata Zahra yang sedari tadi menunduk kini menatap punggung Ustaz Ilham yang kian menjauh.

Kenapa tiba-tiba Ustaz Ilham bilang seperti ini? Apa dia serius? Atau hanya karena ingin membantu aku saja.

Zahra menghela napas panjang, tanpa sadar ada seseorang yang duduk di sebelahnya. "Terima saja." katanya tiba-tiba.

Mendengar kalimat itu, seketika Zahra terkejut. Dia menatap Rendra yang kini duduk di sebelahnya. "Sejak kapan kamu ada di sini?" tanyanya.

Rendra tersenyum kecil. Seseorang yang sedang memakai kemeja dan blazer abu itu terlihat lebih rapi dari biasanya. "Sejak kamu menatap kepergian Ustaz Ilham."

Zahra mengalihkan pandangannya dari Rendra karena setiap kali menatap kedua netra Rendra seolah mematikan sistem kinerja otaknya hingga membuat dirinya tidak bisa berpikir dengan jernih. "Darimana kamu tahu tentang Ustaz Ilham?"

"Tidak penting aku tahu darimana yang jelas aku tahu sebenarnya kamu mengharapkan Ustaz Ilham untuk menjadi pendamping hidup kamu kan? Dan dia juga salah satu menantu idaman keluarga kamu. Sesuai kualifikasi dari keluarga kamu. Label Ustaz juga sudah tidak diragukan lagi. Mengajar di beberapa pondok pesantren dan menjadi Ustaz idaman santri-santrinya."

Zahra mengernyitkan dahinya, bahkan sepertinya Rendra jauh lebih tahu tentang Ustaz Ilham dibandingkan dengan dirinya. "Mengapa kamu tahu banyak hal tentang Ustaz Ilham. Tunggu dulu, mengapa kamu juga tahu obrolan Ustaz Ilham barusan. Ini bukan skenario kamu kan?" Zahra jelas curiga dengan Rendra. Banyak kejutan sejak dia mengenal Rendra. Jangan-jangan ini semua juga rencananya.

Rendra hanya tersenyum lalu dia berdiri dan berjalan pelan di jalan setapak perkebunan teh yang mulai sepi pekerja karena hari sudah mulai siang.

"Tunggu!" Zahra akhirnya berdiri dan mengikuti Rendra. "Ini semua rencana kamu?" tanyanya sekali lagi.

Rendra menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya. "Kamu mau kembali ke rumah kan? Mau mendapat maaf dari abi kan? Hanya ini cara satu-satunya."

Kali ini Zahra berani menatap wajah Rendra tapi sedetik kemudian Rendra justru mengalihkan pandangannya.

"Kamu gak mungkin tinggal di sini selamanya. Kecuali kalau kamu mau jadi istri aku." canda Rendra sambil tertawa.

"Gak lucu!" mereka kini berdiri berjajar sambil menatap bukit teh itu.

"Ya, makanya itu. Ini jalan satu-satunya agar kamu diterima kembali oleh abi, dan kamu juga bisa menikah dengan Ustaz Ilham. Paket komplit kan. Setelah itu kamu juga bisa lepas dari aku yang penuh dosa ini."

Hati Zahra ragu. Haruskah dia mengiyakan ini semua?

"Jangan ragu lagi. Besok keluarga Ustaz Ilham akan ke rumah kamu menemui abi dan besok kamu akan aku antar pulang ke rumah." Rendra kembali berjalan pelan menyusuri jalan setapak lalu keluar dari area perkebunan menuju tempat parkir.

Zahra hanya mengikutinya. "Tapi sebelum kamu mengantarku pulang, aku ingin mengetahui semua tentang kamu."

Lagi-lagi Zahra membuat Rendra tersenyum. Rendra membalikkan badannya dan merentangkan tangannya. "Inilah hidup aku. Mengapa kamu ingin mengetahui semua tentang aku? Penasaran ya? Jangan terlalu penasaran nanti kamu bisa jatuh cinta," goda Rendra. Lalu dia membukakan pintu mobil untuk Zahra setelah sampai di tempat parkir. "Silakan Nona."

"Aku duduk di belakang saja," kata Zahra karena Rendra membukakan pintu untuknya di jok depan.

"Oke." Rendra menutup kembali pintu mobil itu lalu membuka pintu belakang untuk Zahra.

"Makasih." kata Zahra sambil masuk ke dalam mobil.

Rendra juga segera masuk ke dalam mobil. Dia memakai sit bealt lalu menghidupkan mesin mobilnya. Beberapa saat kemudian mobilnya melaju keluar dari tempat parkir pabrik teh.

Sesekali Rendra menatap Zahra dari rear spion-nya. "Bagaimana jalan-jalannya. Seru?"

"Iya, seru banget. Semua yang bekerja di sana juga ramah dan baik. Sebenarnya perkebunan teh ini milik kamu kan?" tanya Zahra lagi memastikan.

"Perkebunan ini milik kita semua. Kamu lihat kan, semua orang ikut mengolah dan mengelola." jawab Rendra.

Zahra menghela napas panjang lalu dia hanya terdiam dan menatap pemandangan dari kaca mobil. Percuma juga bertanya pada Rendra nanti pasti diputar-putar tanpa kejelasan.

Rendra hanya tersenyum kecil sambil sesekali melihat Zahra dari rear spion.

Aku hanya ingin kamu bahagia, Zahra. Teruslah tersenyum dan jangan pernah menangis lagi...

.

💞💞💞

.

Like dan komen ya...

Terpopuler

Comments

Mamah Kekey

Mamah Kekey

jangan deh sama ustadz Ilham.. cinta terpaksa gak baik untuk ke depannya...mendingan sama Rendra..wanita lebih mulia bila di cintai seorang pria..

2024-06-03

3

Aliya Jazila

Aliya Jazila

gx s7 dg ustad ilham

2023-05-20

2

Fitriyani

Fitriyani

e e eeeeh,,,,apa mksdnya tu,,kmrn aja g mau,milih adk nya,skrg seenaknya ngajk nikah,,jgn mau Zahra....

2023-05-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!