CEO Dadakan Dari Desa

CEO Dadakan Dari Desa

Bab 1

Keadaan yang serba kekurangan membuat Arman harus menentukan pilihannya. Sebenarnya ia tidak tega untuk meninggalkan kedua orang tuanya. Namun untuk memperbaiki ekonomi keluarganya, Arman terpaksa harus meninggalkan mereka.

Terlebih lagi kondisi ayahnya yang kini tengah sakit dan membutuhkan biaya yang tak sedikit. Arman merantau ke ibukota, lelaki itu hendak mencari pekerjaan yang jauh lebih baik di sana.

Arman mulai berpamitan pada ibunya, dengan mencium punggung tangannya, Heni sebenarnya tak rela jika anaknya harus pergi jauh darinya.

Apalah daya ini sudah menjadi keputusan Arman, dia hanya bisa memberikan sebuah doa untuk anaknya.

"Semoga nasib baik, selalu menyertaimu, jangan tinggalkan sholatmu, dan tetaplah berbuat baik ada siapapun."

Kata-kata itulah yang mengiring kepergian Arman ke ibu kota.

Arman kini tengah duduk di sebuah kursi dalam bus, pemuda itu tengah tertidur, dengan mendekap tas ranselnya dan menyandarkan kepalanya pada jendela.

Suara klakson bus antar kota itu, begitu memekak telinga siapapun yang mendengarnya, Arman terbangun dari tidurnya, saat seorang kenek bus mulai berbicara.

Rambutan ...

Rambutan ...

Kenek itu membuka pintu dan melihat di sekitanya, Arman mengucek kedua mata, berusaha untuk tersadar dari tidurnya.

Matanya mulai melihat-lihat keluar dari balik jendela tempatnya duduk. Arman yang kala itu masih setengah sadar lalu berdiri.

Memakai tas ranselnya di sebelah kanan, lalu mulai berjalan menuju ke pintu. Arman mendekati kenek yang berdiri tepat di depan pintu bus.

"Sudah sampai ya, Bang?" Arman bertanya sambil melihat ke arah luar celingukan

Kenek yang mendengar suara Arman langsung menoleh dan melihat ke arahnya.

"Kita sudah sampai, Bang di Jakarta, terminal rambutan. Tunggu bus menepi dulu baru bisa keluar, karena disini tidak boleh sembarangan berhenti."

Kenek itu lalu melangkah masuk kedalam bus hendak melihat dia berjalan ke belakang membuka pintu belakang bus.

Bus itu masih berjalan, namun laju busnya kini pelan, karena akan menepi di tempat pemberhentian bus antar kota.

Arman yang masih linglung dan setengah sadar baru bangun dari tidurnya, tidak terlalu mendengarkan ucapan kenek itu. Arman kemudian turun begitu saja dari dalam bus, dengan lebar melangkahkan kakinya turun

Walaupun bus itu berjalan pelan, saat mulai menepi, tapi tetap saja itu sangat berbahaya turun dari dalam bus masih dalam keadaan berjalan.

Arman menggunakan kaki kirinya, dia mulai melangkah keluar dengan sempoyongan, Arman berusaha menyeimbangkan tubuhnya. Namun dia tak memperhatikan jalan, lelaki itu langsung saja menyebrang jalan.

Sebuah mobil berwarna silver keluaran terbaru yang saat itu melaju kencang terkejut, melihat seorang pemuda tiba-tiba menyebrang jalan, beruntung mobil itu masih bisa di kendalikan dengan menginjak rem.

Walaupun si pengemudi mobil sudah berusaha untuk tidak menabraknya, namun kaki pemuda itu terserempet sedikit, membuatnya jatuh terduduk.

VJ, si pemilik mobil langsung keluar dari dalam mobil, lelaki itu menutup pintu mobil lalu membuka kacamata hitam miliknya. Berjalan menghampiri Arman yang tengah duduk di depan mobilnya.

"Hay, apa ku baik-baik saja, apa kau terluka?" VJ memperhatikan lelaki yang kini terduduk lemas.

Arman masih terdiam membisu, ia sangat syok dengan kejadian ini, hampir saja nyawanya melayang hari ini karena kecerobohan dirinya sendiri. VJ menyentuh pundak lelaki itu berusaha menyadarkannya.

"Apa kau baik-baik saja?" Sekali lagi VJ bertanya pada pemuda itu. Dia ikut berjongkok untuk menyeimbangkan posisi duduknya dengan Arman.

Arman langsung tersadar, lelaki itu menolehkan pandangannya dan menatap ke arah VJ. Arman segera bangun dari duduknya. VJ pun reflek ikut berdiri saat Arman berdiri.

"Maaf, maafkan saya. Saya tidak hati-hati tadi saat menyebrang jalan," ujar Arman malah meminta maaf pada seorang lelaki yang mengenakan pakaian begitu rapi.

Memang saat itu Arman tidak memperhatikan jalan, ketika ia hendak menyeberang.

"Saya yang meminta maaf, apa kamu terluka?” mari saya antar kerumah sakit." VJ menawarkan diri, dia ingin bertanggung jawab atas apa yang menimpa pemuda tersebut.

"Tidak, tidak perlu. Saya baik-baik saja, terima kasih." Sambil tersenyum dan hendak berlalu pergi namun saat Arman menggerakkan kakinya. Kaki kirinya terasa begitu sakit, Arman pun berjalan dengan tertatih.

VJ yang melihat Arman berjalan pincang pun langsung menghampiri pemuda itu dan berkata bahwa dia akan bertanggung jawab. Mengantarkan Arman ke rumah sakit namun lagi-lagi Arman menolaknya.

Vj langsung mengambil dompetnya dari saku celana, dia mengeluarkan beberapa lembar sejumlah uang untuk dia berikan pada Arman. Namun pemuda itu pun menolaknya dengan cara yang halus.

"Maaf pak, saya tidak bisa menerima ini. Saya yang salah."

VJ menatap ke arah Arman tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dia tidak bisa memaksa pemuda itu untuk menerima pemberiannya lagi.

"Apa kau mau ke suatu tempat, biar saya antar kamu ke sana." Lagi VJ menawarkan diri untuk mengantarkan pemuda itu. Arman berhenti lalu menatap ke arah VJ, bukan ia tak mau namun, dia sendiri bingung harus kemana.

Dirinya baru saja tiba di ibukota, tak mengenal siapapun, tanpa tujuan yang jelas. Dia hanya ingin mencari pekerjaan di sini.

Arman hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum getir, saat Arman hendak berbalik untuk pergi. VJ lagi-lagi menghentikan langkahnya.

VJ menelisik penampilan Arman yang sepertinya pendatang baru, yang baru datang ke kota.

"Tunggu, apa kau baru datang kesini, kau sedang mencari pekerjaan? bagaimana jika kamu ikut denganku, kebetulan aku ada pekerjaan untukmu."

Awalnya Arman ragu pada pemuda itu karena dia baru saja datang di ibukota dan tidak mengenal siapapun. Melihat keraguan Arman pada dirinya, Vj lalu tersenyum sambil melangkah menghampiri Arman.

Dia mengeluarkan sebuah kartu nama dari dalam dompetnya lalu menyerahkan pada Arman. Arman pun menerima kartu nama itu dan membacanya.

Ternyata VJ adalah pemilik perusahaan internal group. Arman menatap ke arah orang tersebut, dan akhirnya, dia mau ikut dengan VJ.

Mereka langsung berjalan kearah mobil, VJ menunggu Arman sampai pemuda itu masuk, kemudian dia membuka pintu kemudinya.

VJ melihat ke arah Arman, lalu memintanya memasang sabuk pengaman, Vj kemudian menjalankan mobilnya.

Selama di dalam mobil Arman, terus saja memperhatikan mobil itu, sesekali dia melihat ke arah luar, melalui jendela.

Tampak jelas sekali pemandangan ibu kota yang padat merayap, gedung-gedung pencakar langit pun ikut serta menghias pemandangan, jauh berbeda dengan di desa.

"Apa kau baru datang pertama kali?" VJ bertanya pada Arman karena sedari tadi dia memperhatikan Arman yang terus menatap kagum jalanan ibu kota.

Arman menoleh, dia menganggukkan kepalanya, dia memang baru saja datang ke ibu kota.

VJ tersenyum mendengar penuturan Arman, dia langsung menarik pedal gasnya membelah jalanan ibu kota.

Terpopuler

Comments

Bariefta Mamae Dhaffa Dhaffy

Bariefta Mamae Dhaffa Dhaffy

seru kyaknya

2023-04-19

1

LISA

LISA

Aq mampir nih

2023-04-16

1

Ana Endra🍌

Ana Endra🍌

semangat terus kak Ratna ceritanya bagus

2023-01-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!