Arman begitu menikmati, ini kali pertamanya dia naik mobil, saat berada di kampungnya dulu, hanya ada satu orang yang memiliki mobil. namun tidak sebagus punya VJ.
Arman tak pernah membayangkan bisa masuk dan mengendarai mobil semewah ini, bermimpi saja tidak.
"Sungguh senyaman ini rasanya," gumam Arman yang masih bisa di dengarkan oleh VJ
VJ tersenyum kala melihat Arman yang tengah memperhatikan mobilnya.
"Apa kau bisa menyetir Arman?" Arman menoleh ke arah VJ yang tengah fokus menyetir.
"Saya bisa menyetir tuan, tapi ... Saya belum pernah menyetir mobil sebagus ini," ujar Arman yang sempat menggantung ucapannya.
"Apa kau punya SIM?"
"Saya punya tuan."
"Bagus, kalau begitu kau bisa menjadi supir pribadiku." VJ langsung saja memberi Arman pekerjaan dengan menjadi supir pribadinya
Arman yang terkejut langsung menoleh tanpa bisa berkata apapun pada VJ.
"Kenapa, Arman?" VJ bertanya karena tak mendapat jawaban dari pria itu, ”apa, kau tidak mau menerima tawaranku ini?"
"Bu-bukan begitu tuan, ini terlalu mendadak. Apa, anda yakin, dengan ucapan anda?”
VJ menoleh lalu tersenyum dengan ramah pada Arman.
"Ya, aku serius dengan tawaranku. Jika perlu, kau bisa bekerja hari ini."
Arman merasa senang di dalam hatinya, di benar-benar merasa bersyukur. Baru saja di sampai di Jakarta, dirinya sudah mendapat pekerjaan.
Mungkin ini yang dinamakan musibah membawa berkah, Arman lantas berterima kasih pad VJ.
"Terima kasih tuan, anda baik sekali." Terlihat sekali mata Arman berbinar.
"Ma, Pa, anak mu sudah mendapat pekerjaan," ucapnya dalam hati.
VJ meljukan mobilnya hingga Arman memegang erat sabuk pengamannya, VJ tersenyum kala melihat tingkah Arman.
VJ lalu membelokkan kendaraannya memasuki sebuah perumahan elit, Arman menatap kagum pada rumah rumah bak istana yang berada di kawasan itu.
Tibalah dia di sebuah gedung, dengan pagar hitam yang rapat menjulang tinggi.
"Dalam perumahan elit seperti ini juga ada kantor?” gumamnya yang masih bisa di dengar oleh VJ.
Pintu pagar itu tiba tiba terbuka secara perlahan, menampakkan isi di dalamnya.
Arman menganga melihat apa yang ada di hadapannya saat ini, tak ada apapun di sana, dia seperti kebingungan bagaimana pintu pagar sebesar itu bis terbuka.
"Aku menggunakan ini untuk membukanya." VJ memperlihatkan sebuah benda kecil di tangannya.
Arman seketika mengatupkan kedu bibirnya sambil melihat ke arah VJ, Arman tersenyum sungkan.
VJ kembali menjalankan mobilnya masuk ke pekarangan gedung itu. VJ menghentikan mobilnya. Arman langsung membuka sabuk pengaman dan mereka berdua keluar dari dalam mobil.
Arman menatap kagum pada bangunan yang ada di hadapannya saat ini.
"Selamat datang di kediaman ku Arman," ungkap VJ sambil tersenyum ramah.
Arman menoleh ke arah VJ dan kembali melihat bangunan yang ada didepannya..
"Ini rumah anda tuan? Aku fikir ini istana." VJ terkekeh mendengar penuturan polos Arman.
"Kau bisa saja, ayo kita masuk," VJ mengajak Arman untuk masuk kedalam rumahnya.
Arman melangkah masuk, matanya terus saja menatap ke seluruh penjuru ruangan yang ada di sana.
Bangunannya yang berwarna putih, abu-abu,
Terlihat begitu megah dan elegan, rumah VJ bertahtakan pualam, lantai marmer menghiasi teras rumah itu.
Saat Arman masuk kedalam dia sempat berdiri sejenak mengagumi betapa bagus dan mewahnya rumah itu, tak kalah dengan bangunan di luarnya
"Ayo, masuk kenapa berhenti di sana?" VJ menghentikan langkahnya, sambil menoleh ke arah belakang.
Sebelum masuk ke dalam Arman melihat penampilannya dari atas ke bawah dia hanya mengenakan sendal jepit dengan pakaiannya yang lusuh, Arman takut untuk mengotori rumah itu.
Arman hendak melepas sendal yang ia pakai, namun VJ, buru-buru menghampirinya dan menghentikan tindakan konyolnya itu.
"Tidak, jangan kau lepas, pakai saja tidak apa-apa." Arman tersenyum merasa sungkan, dia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah itu.
VJ mempersilahkan dia untuk duduk di ruang tamu, Arman kemudian mengikuti langkah VJ dan duduk di sofa itu.
Arman sangat hati-hati sekali, dia takut mengotori sofa berwarna putih yang ada di ruang tamu tersebut. Arman hanya duduk di tepi sofa itu.
"Duduklah dengan nyaman jangan seperti itu." VJ yang tahu Arman hanya duduk di tepi sofanya pun meminta Arman untuk duduk dengan nyaman dan tak mempermasalah akan penampilannya. VJ seolah sangat tahu apa yang ada di dalam benak Arman.
Untuk menghargai VJ, Arman pun sedikit menggeser duduknya. Ya benar, kali ini dia duduk dengan nyaman sofa itu begitu empuk sekali.
VJ tersenyum, dia langsung berdiri.
"Kau tunggulah di sini aku akan ke atas sebentar untuk memanggil istriku," ucap VJ berpamitan pada Arman, VJ lalu melangkah pergi meninggalkan Arman.
Lelaki itu menaiki anak tangga Arman hanya melihat kepergian VJ perlahan punggung itu pun menghilang.
Arman terus mengedarkan pandangan matanya ke seluruh ruangan tersebut benar-benar rumah yang sangat luas dan megah.
"Tuhan, andai rumahku seperti ini, kedua orang tuaku pasti akan merasa senang." Hanya dalam hati Arman mengatakan kalimat itu.
Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya menghampirinya dengan membawa nampan berisikan segelas jus di tangannya.
"Silahkan di minum tuan," ucap Bibi sambil meletakkan minuman itu di meja tepat di hadapan Arman.
Arman lalu berdiri merasa sungkan dia pun menundukkan kepalanya dan mengucapkan terima kasih kepada bibi.
Bibi pun tersenyum lalu meninggalkan Arman seorang diri di sana.
***
VJ menghampiri istrinya yang berada di kamar, lelaki itu membuka knop pintu kamarnya, membuka pintu itu dengan lebar. Tak di dapati seorang pun berada di sana.
"Sayang, kau ada dimana?" Teriak Arman memanggil istrinya.
Alexa yang kala itu tengah ada di balkon langsung menolehkan pandangannya ke arah pintu balkon wanita itu segera berdiri dan masuk ke dalam kamar.
"Aku di sini VJ." Sambil tersenyum Alexa menghampiri suaminya.
VJ langsung memeluk istrinya itu, lalu mencium keningnya.
"Aku mau memperkenalkan seseorang padamu."
Alexa mengerutkan keningnya sambil menatap heran kepada sang suami pasalnya tadi VJ akan berangkat ke kantor lalu tiba-tiba dia pulang dan mengatakan akan mengenalkan seseorang padanya itu membuat Alexa merasa heran.
"Siapa?”
"Ayo, ikutlah denganku orangnya tengah menunggu kita di ruang tamu."
Alexa hanya menuruti saja permintaan suaminya VJ merangkul pinggang istrinya dan berjalan bersama keluar dari kamar.
Saat berada di atas tangga, Alexa melihat seseorang tengah duduk di ruang tamunya, namun dia tidak tau siapa, dan tidak dapat pula melihat wajahnya karena orang itu duduk membelakanginya.
Alexa dan VJ pun menuruni anak tangga terdengar derap langkah kaki mereka di telinga Arman.
Langsung berdiri namun dia tidak berbalik posisinya masih membelakangi mereka, saat derap langkah kaki itu mulai mendekat barulah Arman membalikkan badannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments