NovelToon NovelToon

CEO Dadakan Dari Desa

Bab 1

Keadaan yang serba kekurangan membuat Arman harus menentukan pilihannya. Sebenarnya ia tidak tega untuk meninggalkan kedua orang tuanya. Namun untuk memperbaiki ekonomi keluarganya, Arman terpaksa harus meninggalkan mereka.

Terlebih lagi kondisi ayahnya yang kini tengah sakit dan membutuhkan biaya yang tak sedikit. Arman merantau ke ibukota, lelaki itu hendak mencari pekerjaan yang jauh lebih baik di sana.

Arman mulai berpamitan pada ibunya, dengan mencium punggung tangannya, Heni sebenarnya tak rela jika anaknya harus pergi jauh darinya.

Apalah daya ini sudah menjadi keputusan Arman, dia hanya bisa memberikan sebuah doa untuk anaknya.

"Semoga nasib baik, selalu menyertaimu, jangan tinggalkan sholatmu, dan tetaplah berbuat baik ada siapapun."

Kata-kata itulah yang mengiring kepergian Arman ke ibu kota.

Arman kini tengah duduk di sebuah kursi dalam bus, pemuda itu tengah tertidur, dengan mendekap tas ranselnya dan menyandarkan kepalanya pada jendela.

Suara klakson bus antar kota itu, begitu memekak telinga siapapun yang mendengarnya, Arman terbangun dari tidurnya, saat seorang kenek bus mulai berbicara.

Rambutan ...

Rambutan ...

Kenek itu membuka pintu dan melihat di sekitanya, Arman mengucek kedua mata, berusaha untuk tersadar dari tidurnya.

Matanya mulai melihat-lihat keluar dari balik jendela tempatnya duduk. Arman yang kala itu masih setengah sadar lalu berdiri.

Memakai tas ranselnya di sebelah kanan, lalu mulai berjalan menuju ke pintu. Arman mendekati kenek yang berdiri tepat di depan pintu bus.

"Sudah sampai ya, Bang?" Arman bertanya sambil melihat ke arah luar celingukan

Kenek yang mendengar suara Arman langsung menoleh dan melihat ke arahnya.

"Kita sudah sampai, Bang di Jakarta, terminal rambutan. Tunggu bus menepi dulu baru bisa keluar, karena disini tidak boleh sembarangan berhenti."

Kenek itu lalu melangkah masuk kedalam bus hendak melihat dia berjalan ke belakang membuka pintu belakang bus.

Bus itu masih berjalan, namun laju busnya kini pelan, karena akan menepi di tempat pemberhentian bus antar kota.

Arman yang masih linglung dan setengah sadar baru bangun dari tidurnya, tidak terlalu mendengarkan ucapan kenek itu. Arman kemudian turun begitu saja dari dalam bus, dengan lebar melangkahkan kakinya turun

Walaupun bus itu berjalan pelan, saat mulai menepi, tapi tetap saja itu sangat berbahaya turun dari dalam bus masih dalam keadaan berjalan.

Arman menggunakan kaki kirinya, dia mulai melangkah keluar dengan sempoyongan, Arman berusaha menyeimbangkan tubuhnya. Namun dia tak memperhatikan jalan, lelaki itu langsung saja menyebrang jalan.

Sebuah mobil berwarna silver keluaran terbaru yang saat itu melaju kencang terkejut, melihat seorang pemuda tiba-tiba menyebrang jalan, beruntung mobil itu masih bisa di kendalikan dengan menginjak rem.

Walaupun si pengemudi mobil sudah berusaha untuk tidak menabraknya, namun kaki pemuda itu terserempet sedikit, membuatnya jatuh terduduk.

VJ, si pemilik mobil langsung keluar dari dalam mobil, lelaki itu menutup pintu mobil lalu membuka kacamata hitam miliknya. Berjalan menghampiri Arman yang tengah duduk di depan mobilnya.

"Hay, apa ku baik-baik saja, apa kau terluka?" VJ memperhatikan lelaki yang kini terduduk lemas.

Arman masih terdiam membisu, ia sangat syok dengan kejadian ini, hampir saja nyawanya melayang hari ini karena kecerobohan dirinya sendiri. VJ menyentuh pundak lelaki itu berusaha menyadarkannya.

"Apa kau baik-baik saja?" Sekali lagi VJ bertanya pada pemuda itu. Dia ikut berjongkok untuk menyeimbangkan posisi duduknya dengan Arman.

Arman langsung tersadar, lelaki itu menolehkan pandangannya dan menatap ke arah VJ. Arman segera bangun dari duduknya. VJ pun reflek ikut berdiri saat Arman berdiri.

"Maaf, maafkan saya. Saya tidak hati-hati tadi saat menyebrang jalan," ujar Arman malah meminta maaf pada seorang lelaki yang mengenakan pakaian begitu rapi.

Memang saat itu Arman tidak memperhatikan jalan, ketika ia hendak menyeberang.

"Saya yang meminta maaf, apa kamu terluka?” mari saya antar kerumah sakit." VJ menawarkan diri, dia ingin bertanggung jawab atas apa yang menimpa pemuda tersebut.

"Tidak, tidak perlu. Saya baik-baik saja, terima kasih." Sambil tersenyum dan hendak berlalu pergi namun saat Arman menggerakkan kakinya. Kaki kirinya terasa begitu sakit, Arman pun berjalan dengan tertatih.

VJ yang melihat Arman berjalan pincang pun langsung menghampiri pemuda itu dan berkata bahwa dia akan bertanggung jawab. Mengantarkan Arman ke rumah sakit namun lagi-lagi Arman menolaknya.

Vj langsung mengambil dompetnya dari saku celana, dia mengeluarkan beberapa lembar sejumlah uang untuk dia berikan pada Arman. Namun pemuda itu pun menolaknya dengan cara yang halus.

"Maaf pak, saya tidak bisa menerima ini. Saya yang salah."

VJ menatap ke arah Arman tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dia tidak bisa memaksa pemuda itu untuk menerima pemberiannya lagi.

"Apa kau mau ke suatu tempat, biar saya antar kamu ke sana." Lagi VJ menawarkan diri untuk mengantarkan pemuda itu. Arman berhenti lalu menatap ke arah VJ, bukan ia tak mau namun, dia sendiri bingung harus kemana.

Dirinya baru saja tiba di ibukota, tak mengenal siapapun, tanpa tujuan yang jelas. Dia hanya ingin mencari pekerjaan di sini.

Arman hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum getir, saat Arman hendak berbalik untuk pergi. VJ lagi-lagi menghentikan langkahnya.

VJ menelisik penampilan Arman yang sepertinya pendatang baru, yang baru datang ke kota.

"Tunggu, apa kau baru datang kesini, kau sedang mencari pekerjaan? bagaimana jika kamu ikut denganku, kebetulan aku ada pekerjaan untukmu."

Awalnya Arman ragu pada pemuda itu karena dia baru saja datang di ibukota dan tidak mengenal siapapun. Melihat keraguan Arman pada dirinya, Vj lalu tersenyum sambil melangkah menghampiri Arman.

Dia mengeluarkan sebuah kartu nama dari dalam dompetnya lalu menyerahkan pada Arman. Arman pun menerima kartu nama itu dan membacanya.

Ternyata VJ adalah pemilik perusahaan internal group. Arman menatap ke arah orang tersebut, dan akhirnya, dia mau ikut dengan VJ.

Mereka langsung berjalan kearah mobil, VJ menunggu Arman sampai pemuda itu masuk, kemudian dia membuka pintu kemudinya.

VJ melihat ke arah Arman, lalu memintanya memasang sabuk pengaman, Vj kemudian menjalankan mobilnya.

Selama di dalam mobil Arman, terus saja memperhatikan mobil itu, sesekali dia melihat ke arah luar, melalui jendela.

Tampak jelas sekali pemandangan ibu kota yang padat merayap, gedung-gedung pencakar langit pun ikut serta menghias pemandangan, jauh berbeda dengan di desa.

"Apa kau baru datang pertama kali?" VJ bertanya pada Arman karena sedari tadi dia memperhatikan Arman yang terus menatap kagum jalanan ibu kota.

Arman menoleh, dia menganggukkan kepalanya, dia memang baru saja datang ke ibu kota.

VJ tersenyum mendengar penuturan Arman, dia langsung menarik pedal gasnya membelah jalanan ibu kota.

bab 2

Arman begitu menikmati, ini kali pertamanya dia naik mobil, saat berada di kampungnya dulu, hanya ada satu orang yang memiliki mobil. namun tidak sebagus punya VJ.

Arman tak pernah membayangkan bisa masuk dan mengendarai mobil semewah ini, bermimpi saja tidak.

"Sungguh senyaman ini rasanya," gumam Arman yang masih bisa di dengarkan oleh VJ

VJ tersenyum kala melihat Arman yang tengah memperhatikan mobilnya.

"Apa kau bisa menyetir Arman?" Arman menoleh ke arah VJ yang tengah fokus menyetir.

"Saya bisa menyetir tuan, tapi ... Saya belum pernah menyetir mobil sebagus ini," ujar Arman yang sempat menggantung ucapannya.

"Apa kau punya SIM?"

"Saya punya tuan."

"Bagus, kalau begitu kau bisa menjadi supir pribadiku." VJ langsung saja memberi Arman pekerjaan dengan menjadi supir pribadinya

Arman yang terkejut langsung menoleh tanpa bisa berkata apapun pada VJ.

"Kenapa, Arman?" VJ bertanya karena tak mendapat jawaban dari pria itu, ”apa, kau tidak mau menerima tawaranku ini?"

"Bu-bukan begitu tuan, ini terlalu mendadak. Apa, anda yakin, dengan ucapan anda?”

VJ menoleh lalu tersenyum dengan ramah pada Arman.

"Ya, aku serius dengan tawaranku. Jika perlu, kau bisa bekerja hari ini."

Arman merasa senang di dalam hatinya, di benar-benar merasa bersyukur. Baru saja di sampai di Jakarta, dirinya sudah mendapat pekerjaan.

Mungkin ini yang dinamakan musibah membawa berkah, Arman lantas berterima kasih pad VJ.

"Terima kasih tuan, anda baik sekali." Terlihat sekali mata Arman berbinar.

"Ma, Pa, anak mu sudah mendapat pekerjaan," ucapnya dalam hati.

VJ meljukan mobilnya hingga Arman memegang erat sabuk pengamannya, VJ tersenyum kala melihat tingkah Arman.

VJ lalu membelokkan kendaraannya memasuki sebuah perumahan elit, Arman menatap kagum pada rumah rumah bak istana yang berada di kawasan itu.

Tibalah dia di sebuah gedung, dengan pagar hitam yang rapat menjulang tinggi.

"Dalam perumahan elit seperti ini juga ada kantor?” gumamnya yang masih bisa di dengar oleh VJ.

Pintu pagar itu tiba tiba terbuka secara perlahan, menampakkan isi di dalamnya.

Arman menganga melihat apa yang ada di hadapannya saat ini, tak ada apapun di sana, dia seperti kebingungan bagaimana pintu pagar sebesar itu bis terbuka.

"Aku menggunakan ini untuk membukanya." VJ memperlihatkan sebuah benda kecil di tangannya.

Arman seketika mengatupkan kedu bibirnya sambil melihat ke arah VJ, Arman tersenyum sungkan.

VJ kembali menjalankan mobilnya masuk ke pekarangan gedung itu. VJ menghentikan mobilnya. Arman langsung membuka sabuk pengaman dan mereka berdua keluar dari dalam mobil.

Arman menatap kagum pada bangunan yang ada di hadapannya saat ini.

"Selamat datang di kediaman ku Arman," ungkap VJ sambil tersenyum ramah.

Arman menoleh ke arah VJ dan kembali melihat bangunan yang ada didepannya..

"Ini rumah anda tuan? Aku fikir ini istana." VJ terkekeh mendengar penuturan polos Arman.

"Kau bisa saja, ayo kita masuk," VJ mengajak Arman untuk masuk kedalam rumahnya.

Arman melangkah masuk, matanya terus saja menatap ke seluruh penjuru ruangan yang ada di sana.

Bangunannya yang berwarna putih, abu-abu,

Terlihat begitu megah dan elegan, rumah VJ bertahtakan pualam, lantai marmer menghiasi teras rumah itu.

Saat Arman masuk kedalam dia sempat berdiri sejenak mengagumi betapa bagus dan mewahnya rumah itu, tak kalah dengan bangunan di luarnya

"Ayo, masuk kenapa berhenti di sana?" VJ menghentikan langkahnya, sambil menoleh ke arah belakang.

Sebelum masuk ke dalam Arman melihat penampilannya dari atas ke bawah dia hanya mengenakan sendal jepit dengan pakaiannya yang lusuh, Arman takut untuk mengotori rumah itu.

Arman hendak melepas sendal yang ia pakai, namun VJ, buru-buru menghampirinya dan menghentikan tindakan konyolnya itu.

"Tidak, jangan kau lepas, pakai saja tidak apa-apa." Arman tersenyum merasa sungkan, dia langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah itu.

VJ mempersilahkan dia untuk duduk di ruang tamu, Arman kemudian mengikuti langkah VJ dan duduk di sofa itu.

Arman sangat hati-hati sekali, dia takut mengotori sofa berwarna putih yang ada di ruang tamu tersebut. Arman hanya duduk di tepi sofa itu.

"Duduklah dengan nyaman jangan seperti itu." VJ yang tahu Arman hanya duduk di tepi sofanya pun meminta Arman untuk duduk dengan nyaman dan tak mempermasalah akan penampilannya. VJ seolah sangat tahu apa yang ada di dalam benak Arman.

Untuk menghargai VJ, Arman pun sedikit menggeser duduknya. Ya benar, kali ini dia duduk dengan nyaman sofa itu begitu empuk sekali.

VJ tersenyum, dia langsung berdiri.

"Kau tunggulah di sini aku akan ke atas sebentar untuk memanggil istriku," ucap VJ berpamitan pada Arman, VJ lalu melangkah pergi meninggalkan Arman.

Lelaki itu menaiki anak tangga Arman hanya melihat kepergian VJ perlahan punggung itu pun menghilang.

Arman terus mengedarkan pandangan matanya ke seluruh ruangan tersebut benar-benar rumah yang sangat luas dan megah.

"Tuhan, andai rumahku seperti ini, kedua orang tuaku pasti akan merasa senang." Hanya dalam hati Arman mengatakan kalimat itu.

Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya menghampirinya dengan membawa nampan berisikan segelas jus di tangannya.

"Silahkan di minum tuan," ucap Bibi sambil meletakkan minuman itu di meja tepat di hadapan Arman.

Arman lalu berdiri merasa sungkan dia pun menundukkan kepalanya dan mengucapkan terima kasih kepada bibi.

Bibi pun tersenyum lalu meninggalkan Arman seorang diri di sana.

***

VJ menghampiri istrinya yang berada di kamar, lelaki itu membuka knop pintu kamarnya, membuka pintu itu dengan lebar. Tak di dapati seorang pun berada di sana.

"Sayang, kau ada dimana?" Teriak Arman memanggil istrinya.

Alexa yang kala itu tengah ada di balkon langsung menolehkan pandangannya ke arah pintu balkon wanita itu segera berdiri dan masuk ke dalam kamar.

"Aku di sini VJ." Sambil tersenyum Alexa menghampiri suaminya.

VJ langsung memeluk istrinya itu, lalu mencium keningnya.

"Aku mau memperkenalkan seseorang padamu."

Alexa mengerutkan keningnya sambil menatap heran kepada sang suami pasalnya tadi VJ akan berangkat ke kantor lalu tiba-tiba dia pulang dan mengatakan akan mengenalkan seseorang padanya itu membuat Alexa merasa heran.

"Siapa?”

"Ayo, ikutlah denganku orangnya tengah menunggu kita di ruang tamu."

Alexa hanya menuruti saja permintaan suaminya VJ merangkul pinggang istrinya dan berjalan bersama keluar dari kamar.

Saat berada di atas tangga, Alexa melihat seseorang tengah duduk di ruang tamunya, namun dia tidak tau siapa, dan tidak dapat pula melihat wajahnya karena orang itu duduk membelakanginya.

Alexa dan VJ pun menuruni anak tangga terdengar derap langkah kaki mereka di telinga Arman.

Langsung berdiri namun dia tidak berbalik posisinya masih membelakangi mereka, saat derap langkah kaki itu mulai mendekat barulah Arman membalikkan badannya.

Bab 3

Hal pertama yang Arman lihat adalah sesosok wanita cantik yang sedang tersenyum ke arahnya. wanita itu begitu cantik sekali, Arman bahkan sampai membuka kedua bibirnya, bukan hanya itu kedua matanya pun menatap tanpa berkedip.

Dia sungguh terpesona oleh kecantikan Alexa, rambutnya yang lurus tergerai panjang sebatas bahu.

Mini dress berwarna dusty pink sungguh sangat pas di tubuhnya yang berwarna putih. Senyuman di bibirnya yang berwarna peach, membuat kecantikannya semakin terpancar.

Semakin dekat langkah wanita itu menghampirinya degung jantung Arman semakin berdebar kencang.

Deg ...

Deg ...

Deg ...

"Ya Tuhan, cantik sekali. Jantung ku, kenapa berdebar kencang seperti ini?" Arman memegang dada sebelah kiri, dia begitu menghawatirkan degup jantungnya saat ini.

alexa menatap ke arah Arman pandangan mereka bertemu untuk beberapa detik, namun pandangan itu langsung berakhir ketika VJ berbicara pada Arman.

"Arman, kenalkan ini istriku Alexa." VJ lalu memperkenalkan istrinya di hadapan Arman saat mereka sudah berada di depan lelaki itu.

Seketika Arman pun tersadar, suara VJ membuyarkan lamunannya. Arman langsung mengalihkan pandangannya ke arah VJ dan tersenyum canggung padanya. bagaimana mungkin dia mengagumi istri dari seseorang yang kini tengah memberinya pekerjaan.

Arman merasa bersalah dan berharap VJ tidak marah, padanya. VJ pasti tahu jika dia mengagumi istrinya. karena dari sikapnya terlihat jelas sekali jika Arman begitu mengagumi Alexa.

Arman lalu mengarahkan pandangannya ke arah Alexa, wanita itu tersenyum begitu ramah sambil mengulurkan tangannya. Lagi dan lagi senyuman itu mampu mengalihkan dunia Arman. membuat Arman seolah terhipnotis oleh senyumannya.

"Alexa."

Arman menggelengkan kepalanya agar dia tersadar, lelaki itu lalu membalas uluran tangan Alexa. Dia pun menyebutkan namanya dan berkenalan dengan Alexa.

"Arman."

Sambil tersenyum Arman mengucapkannya, lelaki itu langsung menundukkan pandangannya tak ingin berlama-lama menatap Alexa. Dia tak ingi VJ salah paham padanya, karena ketidak kesopanannya yang telah mengagumi istri orang.

tangan itu begitu lembut, menyentuh tangan Arman, saat tangan itu bersentuhan seolah ada aliran listrik yang mengalir di tubuh Arman, entah mengapa Arman bisa merasakan hal seperti itu.

"Sayang, ini pemuda yang aku ceritakan tadi padamu, nanti dia akan bekerja dengan kita menjadi supir pribadiku. Agar kamu tidak khawatir lagi," ujar VJ pad istrinya.

Saat berada di kamar tadi VJ sebenarnya sudah menceritakan bagaimana dia bertemu dengan Arman dan mengajak lelaki untuk bekerja padanya.

Alexa tersenyum ke arah Arman lalu beralih pada VJ suaminya.

"Tapi tetap saja, kau harus menjaga kondisimu itu." Alexa memperingatkan suaminya untuk menjaga kesehatannya saat ini.

"Siap ibu negara," ucap VJ sambil memberi hormat pada istrinya, lelaki itu langsung tersenyum dan mengacak lembut rambut Alexa.

Alexa terkekeh mendengar ucapan suaminya, semakin membuat wanita itu bertambah cantik di mata Arman.

Ya pemuda itu kini tengah menatap ke arah Alexa, memperhatikan interaksi Sumi istri itu. lagi-lagi Arman mencuri pandang pada Alexa.

"Betapa bahagianya kehidupan mereka," batin Arman.

VJ langsung mempersilahkan arman untuk duduk kembali, VJ dan Alexa langsung berjalan dan ingin duduk.

Namun saat VJ hendak duduk lelaki itu langsung terbatuk-batuk, Alexa yang tadinya tengah duduk langsung berdiri. Terlihat sekali kekhawatiran diwajahnya.

"Sayang, apa kau sudah meminum obatmu hari ini?”

VJ yang tengah terbatuk langsung menoleh ke arah Alexa, dia belum meminum obatnya. Bahkan dia, melewatkan obatnya hari ini. Sebenarnya tadi VJ hendak pulang mengambil obatnya, saat VJ menyadari jika dia lupa membawa obatnya hari ini.

"Kau letakkan di mana obatmu? kenapa kau begitu ceroboh sekali. Bukankah sudah kukatakan dan sudah ku peringatkan setiap harinya, jika kau harus minum obatmu itu tepat waktu jangan sampai terlewatkan." Alexa terus saja mengomel kepada suaminya dia benar-benar kesal kepada VJ.

VJ hanya tersenyum, wajahnya sudah pucat kali ini. Alexa langsung memintanya untuk duduk, VJ pun menurutinya.

"Kau tunggulah di sini aku akan mengambil obatmu." Alexa langsung saja pergi meninggalkan Arman dan VJ di ruang tamu wanita itu setengah berlari menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.

Sedang Arman yang melihat VJ terus saja terbatuk langsung berjalan ke arah dapur dia hendak mengambilkan air putih untuknya.

"Maaf bi, Dimana gelasnya, saya mau ambil air putih."

Bibi langsung menolehkan kepalanya melihat ke arah Arman, dia segera bergegas mengambil gelas yang tersimpan rapi di dalam laci, lalu mengambil air putih dan menyerahkannya pada Arman.

"Ini Tuan," ucap Bibi sambil menyerahkan segelas air putih ke tangan Arman.

"Terima kasih, Bi."

Arman langsung saja membawa air itu ke ruang tamu, bertepatan dengan Alexa yang juga baru turun dari arah tangga.

Alexa berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri suaminya ia duduk di sisi kanan suaminya lalu membuka satu persatu obat yang harus diminum oleh VJ.

Arman meletakkan air putih itu di atas meja ia hanya menyaksikan saja apa yang dilakukan oleh Alexa.

Pandangan Arman tertuju pada obat yang ada di pangkuan Alexa.

"Banyak sekali obatnya," gumam Arman begitu lirih, sangat lirih hingga VJ dan Alexa terdapat mendengar gumaman ya.

Seluruh obat itu sudah diminum oleh VJ. Alexa pun meminta Vj, untuk beristirahat.

"Tidak sayang, hari ini aku berniat untuk mengajak Arman ke perusahaan, sekaligus aku akan membicarakan dan menunjukkan pekerjaannya," ucap VJ.

Alexa menghela nafas panjang mendengar penuturan suaminya. VJ memang sangatlah sulit untuk dinasehati.

"Tapi kesehatanmu ini sedang tidak baik-baik saja kau istirahatlah dulu." Alexa masih saja membujuk suaminya, ia merasa cemas dan khawatir akan kondisi dan keadaan VJ akhir-akhir ini.

"Aku sudah meminum obat ku, Lexa. Sebentar lagi juga aku akan membaik." VJ tersenyum lembut ke arah istrinya sambil mengusap kepala Alexa.

VJ tau jika Alexa sangatlah khawatir kepadanya itulah yang membuatnya sayang dan memilih wanita itu sebagai istrinya. Bahkan dia rela menentang keluarga besarnya hanya untuk menikahi Alexa.

"Apa kau yakin?” tanya Alexa sekali lagi.

"Iya, sayang. Terima kasih."

VJ lalu berdiri dia hendak melangkahkan kakinya dan mengajak Arman untuk pergi. Namun tiba-tiba dia merasa begitu lemas, hampir saja VJ terjatuh untungnya Arman sigap membantunya.

"Sudah ku katakan untuk kau beristirahat tapi ku tak mau, kali ini aku akan memaksamu."

Alexa langsung memapas suaminya iya hendak membawa suaminya ke kamar untuk beristirahat. VJ pun tak bisa lagi membantah ucapan Alexa, kali ini lelaki itu menurut saja.

"Bi ... Bibi!' teriak Alexa memanggil Bibi.

Bibi yang mendengar namanya dipanggil langsung berlari dengan tergopoh-gopoh menghampiri Alexa.

"Iya, Nyonya."

"Bi, tolong antar Arman untuk ke kamarnya, lalu tolong teleponkan dokter pribadi tuan, minta padanya untuk segera datang kesini." Bisa memberi perintah kepada bibi.

Bibi langsung melihat ke arah VJ benar saja lelaki itu sudah pucat Pasih, tubuhnya terlihat begitu lemas.

"Baik, Nyonya."

Dibilang langsung mengajak Arman untuk pergi dan menunjukkan kamarnya, sedang Alexa berjalan ke arah tangga membawa VJ. Memanah suaminya itu untuk berjalan.

Saat mereka hendak menaiki anak tangga tiba-tiba VJ langsung terjatuh pingsan. Alexa panik melihat suaminya seperti itu.

"Sayang ... Sayang, bangun. Kau kenapa?"

Dia berjongkok di dekat suaminya yang kini tergeletak di atas lantai, menepuk-nepuk pipi VJ agar lelaki itu sadar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!