My Little Girl

My Little Girl

Tancap Gas

Pesta pernikahan yang di gelar dalam waktu singkat tidak menimbulkan celah tak sempurna. Semuanya berjalan dengan sangat apik. Gedung pernikahan di dekorasi dengan bunga mawar putih. Deretan papan bunga bertuliskan Happy wedding Ignazio Demetrios & Fiona Havelaar.

Dua pengantin menyambut para tamu undangan dengan senyum yang merekah, di hari yang sangat membahagiakan semua tamu undangan ikut merasakan kebahagiaan pengantin.

Semua para tamu undangan menikmati hidangan mewah, pesta pernikahan tersebut berjalan dengan sempurna hingga akhir.

Gaun pengantin wanita yang lebar bergoyang ke sana kemari saat sang pemilik berjalan dengan langkah tergesa. “Ibu.”

Averyl membalikkan tubuhnya ke belakang saat mendengar panggilan dari suara putrinya. “Ada apa Fiona?”

“Ibu mau ke mana?”

Averyl memandangi putrinya yang tampak cantik dan anggun. Rasanya ia betah melihat putri kesayangannya seperti ini terus menerus. Tapi ia harus sadar jika putrinya yang urakan tidak mungkin berpenampilan rapi layaknya wanita pada umumnya. “Ibu mau menemui Ayah.”

Belum dua puluh empat jam sarung tangan dari bahan tile yang menyelimuti jemari lentiknya di buka paksa oleh Fiona. “Merepotkan saja.”

Manik Averyl bergerak mengikuti sarung tangan tersebut yang di buang oleh Fiona dan mendarat di lantai.

“Ibu jangan melihatku seperti itu, acaranya hampir selesai.” Sebelum ibunya mengeluarkan petuah Fiona lebih dulu membela diri.

“Ke mana suamimu? Harusnya pengantin baru tetap bersama.” Kepala Averyl menengok ke kanan dan kiri mencari keberadaan menantunya.

“Sedang berbicara empat mata dengan Papa,” jawab Fiona. Ia duduk pada kursi yang ada di sebelah kirinya.

Averyl memijat kepalanya kala matanya melihat Fiona melepaskan sepatu berhak dengan tinggi delapan centimeter. Dan memilih berjalan tanpa alas kaki meninggalkan Averyl. “Fiona kamu mau ke mana?”

“Ganti baju,” jawab Fiona sedikit berteriak.

Dari arah timur Filio berjalan dengan menggandeng istrinya yang tengah hamil besar.

“Kamu lihat sendiri kan sikap adikmu itu,” keluh Averyl.

“Ibu tak usah pikiran Fiona, anak itu memang lain,” jawab Filio. Razita hanya tersenyum ramah pada ibu mertuanya.

“Dua puluh lima tahun ibu bersamanya tapi sampai saat ini ibu masih tidak mengerti cara berpikirnya.” Ada banyak hal yang sangat di sayangkan Averyl, ia merasa gagal menjadi seorang ibu. Bahkan Averyl merasa ragu dengan keputusan suaminya menikahkan anak bungsu mereka. Padahal Fiona belum cukup pantas untuk menjadi seorang istri, yang ia takutkan menantunya Zio tidak bisa menerima sikap kekanakan Fiona.

“Ibu kami pamit ya,” ucap Razita seraya memeluk tubuh Averyl sebagai salam perpisahan mereka.

“Hati-hati ya. Fio jaga Razita, sekarang kalian tinggal menunggu waktunya tiba.”

“Iya Bu.”

Averyl memandang kepergian putra dan menantunya. Ia sedikit khawatir dengan kondisi Razita, HPLnya tinggal dua hari lagi namun belum ada rasa mulas.

Fiona berdiri di depan kamar pengantin. Helaan nafas keluar dari mulutnya, ia menempelkan kartu untuk membuka kuncinya.

Tangan Fiona mendorong knop pintu, ia masuk. Fiona cukup terkejut melihat kamar tersebut tidak seperti kamar pengantin pada umumnya.

Fiona mengangkat bahu acuh, tidak ingin memikirkan kamar romantis untuk pengantin baru. Menurutnya ini lebih bagus, itu artinya tidak ada malam pengantin.

Fiona berjalan menuju koper miliknya yang berada di dekat tempat tidur . ia membuka koper tersebut untuk mengambil kosmetik miliknya. Dengan cepat Fiona membersihkan wajahnya yang terasa tidak nyaman karena balutan makeup.

Selesai dengan urusan wajahnya Fiona mulai membuka riasan rambutnya, dan menggerai kembali rambutnya yang di sanggul. Fiona melepaskan gaun pengantinnya dengan susah payah.

“Huuh, merepotkan sekali,” keluh Fiona. Ia masuk ke dalam kamar mandi. Menyimpan pakaian dalamnya ke tempat cucian kotor.

Fiona berdiri di bawah shower, air hangat terasa memanjakan tubuhnya. Tangan Fiona bergerak membantu air masuk ke dalam kulit kepalanya.

Fiona menuangkan sampo ke telapak tangannya, menggosoknya hingga menimbulkan busa baru ia taruh ke rambut.

Selesai dengan urusan rambutnya, Fiona mulai mengusap sabun dari leher lalu bergerak ke tangan kanan dan kiri, ia mengusap sabun pada gundukan kenyalnya. Tangannya semakin turun ke bawah mengusap seluruh tubuhnya.

Fiona memutar keran shower, hingga airnya keluar lebih deras dari sebelumnya. Seluruh sabun yang ada di tubuhnya luruh ke lantai dan masuk ke dalam saluran pembuangan air.

Selesai membilas tubuhnya, Fiona balik badan untuk mengambil handuk. Manik Fiona membola kala pandangannya bertemu dengan manik hitam milik Zio.

Fiona baru tersadar jika kamar mandi tersebut hanya di sekat oleh kaca bening, yang jelas siapa saja bisa melihatnya dari dalam kamar. “Huaaaa dasar mesum, tutup matamu!” Titah Fiona, ia segera menutupi bukit kembar serta bagian intimnya dengan telapak tangan. Bukannya menurut Zio malah menampilkan senyum yang terlihat sangat mesum di mata Fiona.

Fiona berjongkok untuk menutupi tubuhnya sementara. Matanya meneliti sekitar. “Sial, tidak ada handuk di sini,” batin Fiona.

Ignazio bangkit dari duduknya, ia membuka pintu kamar mandi. Tangannya terulur untuk memberikan handuk persegi panjang pada istrinya.

Fiona menerimanya. “Berbalik, jangan melihatku.”

Ignazio menurut, bahkan ia keluar dari kamar mandi dan duduk kembali di tempatnya.

Fiona keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang terlilit handuk. Matanya memerah karena marah, apalagi Iganzio duduk dengan santai menikmati tetesan terakhir dari segelas anggur.

“Sejak kapan kamu memperhatikanku?” Fiona berkacak pinggang dengan mata melotot.

“Sejak kamu membasahi tubuhmu.”

Fiona malu bukan main, Ingnazio sudah melihat seluruh tubuhnya. Tangannya melayang hendak menampar pipi suaminya. Namun tangannya di tahan oleh Ignazio.

Ignazio bangkit dari duduknya, ia mendorong tubuh Fiona hingga bagian atas tubuhnya jatuh ke atas tempat tidur.

Ignazio mengungkung tubuh Fiona, kedua tangan Ignazio yang berotot menahan beban tubuhnya seraya mengunci kedua tangan istrinya. Manik hitamnya menatap Fiona lekat-lekat.

“Minggir!” bentak Fiona.

“Menurutlah gadis kecil. Atau malam ini juga, aku akan memberitahu keluargamu bahwa putrinya ini mengambil cuti kuliah untuk bekerja demi membantu perekonomian keluarga Aditama yang telah menghancurkan hidup ibumu. Bukan hanya itu bahkan putrinya ini mencintai suami orang.”

Dada Fiona bergemuruh, ancaman Ignazio berhasil membungkam mulut Fiona. Ia tidak menyangka Ignazio akan mengetahuinya.

“Jangan beri tahu orang tuaku. Tapi bisakah kita menundanya? Aku tidak siap,” Fiona berbicara dengan nada memohon, berharap Ignazio akan memberikan kelonggaran untuknya. Pasalnya ia tidak siap untuk melakukan hubungan in’tim dengan pria, ini pertama kali baginya.

Jemari tangan Ignazio menyingkirkan anak rambut yang menutupi bibir tipis Fiona. “Kamu. telah membangkitkan gair’ahku, dan kamu harus bertanggung jawab.”

***

Hallo 😊

Bagaimana tertarik enggak buat baca kisah Fiona dan Ignazio?

Kalian yang masih penasaran sama masa lalunya Filio wajib baca sih.

Kalau tertarik langsung tekan tombol love (subscribe) agar tidak ketinggalan update terbarunya. Dan jangan lupa dukungannya berupa like, komentar, hadiah dan permintaan update.

Sampai jumpa di bab selanjutnya 💕💕💕

Terpopuler

Comments

Triiyyaazz Ajuach

Triiyyaazz Ajuach

wow mgknkah Fiona menyukai Rangga??

2023-01-12

0

🍒⃞⃟🦅 Val-Val 🌸

🍒⃞⃟🦅 Val-Val 🌸

seru thor cerita nya....

2023-01-10

0

Uciha Rere

Uciha Rere

Cukup menarik ya di awal. Bahkan aku senyum2 sendiri bacanya wkwkwk

2023-01-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!