Fiona turun dari taksi tempat mereka bertemu. Kali ini Fiona datang lebih cepat dari biasanya.
Mobil-mobil berjejer rapi di lapangan tempat parkir. Fiona hafal betul plat nomor Rangga. Ia berjalan dengan langkah sedikit tergesa-gesa. Namun langkahnya terhenti, jarak antara mobil Rangga dan Fiona hanya tiga meter. Ia bisa melihat dengan jelas aktifitas di dalam mobil. Rangga tengah ciu’man bersama wanita.
Fiona berjalan mendekat dengan langkah pelan, tidak ingin mengganggu mereka agar Fiona dapat memergoki mereka. Yang membuat Fiona heran postur tubuh dan rambut wanita tersebut berbeda dari istrinya Rangga.
Sesampainya di samping mobil Fiona menggedor pintu penumpang. Mereka melakukan kegiatan panasnya di kursi belakang.
Aktivitas Rangga dan wanita tersebut berhenti. Wanita tersebut membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang berani mengganggu kegiatannya.
Wajah Fiona memerah, menahan amarah saat melihat wajah Razita. Fiona kembali menggedor pintu tersebut. “Buka!”
Razita keluar dari mobil ia mendorong tubuh Fiona hingga tubuhnya membentur mobil yang terparkir di samping mereka.
Tanpa ragu Razita mencekik leher Fiona. “Jangan bicara apa pun pada Filio," ancam Razita.
Fiona mendorong balik tubuh Razita. “Memangnya kenapa. Kamu takut Filio menceraikan kamu, atau anak yang kamu kandung bukan darah daging Filio?”
“Fiona lepaskan, Razita sendang mengandung." Rangga mencoba melerai mereka.
Fiona menatap tajam ke arah Rangga, ia tidak menyangka pria yang selama ini ia cintai dalam diam ternyata berselingkuh dari istrinya sendiri.
Fiona melepaskan tangannya dari leher Razita ia berjalan meninggalkan dua orang yang telah menghancurkan hatinya.
Sampai di tepi jalan, Fiona menghentikan taksi lalu masuk dan duduk di belakang. Tangannya yang gemetar menahan rasa sesak mengambil ponselnya dari dalam tas.
Fiona mencoba menghubungi Filio. “Fio kamu ada di mana?”
“Ada di kantor, kenapa?”
Rasa sakit di hatinya berhasil meluncurkan satu tetes air mata Fiona. “Aku ke sana ya.” Fiona segera menutup teleponnya, ia tidak ingin Filio mendengar tangisannya.
Hati Fiona terasa hancur, ia sudah cuti selama dua tahun tanpa sepengetahuan Ayahnya demi bekerja membantu biaya perawatan Aditama. Bahkan ia juga merelakan perasaannya saat Rangga memilih menikah dengan wanita lain.
Tapi kenapa Rangga harus berselingkuh dengan Razita, wanita yang sangat Filio cintai.
Taksi yang di tumpangi Fiona sampai di gedung Havelaar Goup. Fiona langsung menaiki lift untuk sampai di lantai khusus CEO.
Fiona di sambut hangat oleh senyuman sekretaris Filio. Ia masuk ke dalam ruangan Filio. “Fio,” panggil Fiona.
Filio menutup berkas yang sedang ia pelajari. “Ada apa?” Filio meneliti wajah Fiona yang tampak sembab.
“Kamu kenapa? Apa Zio menyakitimu?”
Fiona menggeleng ia berjalan dan duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Filio.
Manik Fiona menatap foto pernikahan yang ada di meja Filio. Fiona meremas sweater yang di kenakannya. “Kalau sampai orang terdekatmu berkhianat, apa yang kamu lakukan?”
Filio menatap lekat-lekat sang adik, tidak biasanya Fiona berbicara melantur. “Jika kesalahannya tidak bisa di maafkan, mungkin aku akan menghabisinya.”
Fiona menelan salivanya, ia tidak ingin kakaknya menjadi seorang pembunuh.
“Apa Zio mengkhianatimu?”
Kepala Fiona menggeleng. “Aku di khianati temanku,” ungkap Fiona agar Filio tidak berpikir macam-macam tentang suaminya.
“Siapa, aku akan mengurusnya segera.” Filio mengeluarkan ponselnya hendak menghubungi seseorang.
Fiona mengambil alih ponsel Filio. Hati Fiona teriris saat melihat wallpaper yang di gunakan Filio juga foto pernikahan.
Filio bangkit dan memeluk adiknya. Ia tahu ada sesuatu yang sedang terjadi pada Fiona, bahkan wanita yang terlihat urakan dan baik-baik saja kini menangis dalam pelukannya.
Fiona merasa mendapat tempat ternyaman untuk menumpahkan air matanya, hatinya sangat sesak akan penghianatan yang di lakukan Rangga dan Razita.
Fiona menyesal menangis di dalam dekapan Filio, selama ini ia tidak pernah menunjukkan sisi cengengnya di hadapan sang kakak. Tapi kini ia merasa sedikit lebih tenang dari sebelumnya.
“Kamu pergi ke sini sama siapa?”
“Naik taksi.” Fiona melepaskan pelukannya. Ia mengambil tisu dan membuang ingusnya.
“Zio ke mana, tidak mungkin dia bekerja di tengah cuti pernikahannya.”
“Aku meninggalkannya di hotel. Aku lupa kalau pagi ini ada janji bimbingan dosen. Kalau aku enggak sanggup kerjakan skripsi, kamu yang kerjakan ya Fio.”
Filio menatap tajam sang adik. “Kamu ke sini nangis-nangis cuman buat nyuruh aku kerjain skripsi?”
Fiona mengangguk dengan senyum lebarnya. “Ya Filio ganteng kesayangannya Fiona, bantu adikmu yang malang ini.”
“Enggak, minta bantuan suamimu saja,” tolak Filio.
Bibir Fiona mengerucut. Saat dering ponselnya menyala Fiona menerima panggilan dari Ignazio. “Ada apa?”
[Kamu di mana?]
“Di ruangan CEO Havelaar Group.”
[Tunggu di sana, jangan kemana-mana. Aku akan menjemputmu.]
“Oke.” Fiona memilih duduk di sofa yang ada di ruangan Filio. Ia fokus berchating ria dengan Feriska.
Filio bangkit dari duduknya ia berdiri menyambut kedatangan adik iparnya.
Ignazio masuk ke ruangan Filio dengan santainya. Ia cukup terkejut saat Filio tiba-tiba memukul wajahnya.
“Seharusnya aku tidak menyetujui pernikahan kalia. Baru satu hari saja kau membuat Fiona menangis.” Filio mengeluarkan kekesalannya pada Ignazio yang tidak becus mengurus adik kesayangannya.
Fiona menghampiri Filio. “Fio kenapa kamu salah faham sih, ini semua bukan salah Zio.”
Ignazio menatap tajam istrinya. “Nanti aku jelaskan di rumah," ucap Fiona.
Fiona menarik lengan Ignazio keluar dari ruangan Filio. Sementara Filio menatap heran pada pasangan tersebut. “Ah, seharusnya aku tidak mencampuri urusan mereka.”
Ignazio mengimpit tubuh Fiona pada pintu ruangan Filio. “Kau harus membayar pukulan ini,” jari Ignazio menunjuk pipinya yang memar akibat pukulan Filio.
Sekarang Fiona menyesal menemui Filio dan menangis di pelukan saudara kandungnya itu.
Fiona menghentikan gerakan Ignazio yang hendak menyambar bibirnya. “Jangan di sini, memalukan.”
Fiona mendorong tubuh Ignazio. Ignazio menyeringai, ia berjalan mengikuti langkah Fiona yang masuk ke dalam lift.
Ignazio dan Fiona sampai di basemen, mereka masuk ke dalam mobil. Hari ini Ignazio tidak bersama asisten pribadinya. Dia memilih menyetir mobilnya sendiri.
Fiona duduk dengan tenang di kursi penumpang tepat di samping kursi kemudi. Ia memperhatikan lampu jalanan yang berubah merah.
Fiona melirik ke arah kirinya, ia terkejut saat melihat mobil yang berada tepat di sampingnya milik Anthony. Kaca mobil Anthony terbuka, ia tengah menghisap pave. kepulan asap menyembur ke udara.
Fiona memalingkan wajahnya menghadap Ignazio. Ignazio menatap tingkah sang istri yang seperti ketakutan. Karena rasa penasarannya Ignazio membuka kaca mobil Fiona untuk melihat apa yang membuat Fiona ketakutan.
Tangan Fiona meraba-raba tombol untuk menutup jendela mobilnya. Setelah dapat ia segera menekannya hingga jendela mobilnya mulai tertutup.
Ignazio yang masih penasaran kembali membuka jendela mobilnya. Tidak ada yang mencurigakan, di samping mobil mereka hanya ada pria yang tengah menghisap pave.
Anthony merasa terganggu dengan mobil yang ada di sebelahnya mempermainkan jendela mobil. “Apa kau terganggu dengan asap paveku?”
Dada Fiona berdebar hebat, ia tidak ingin Anthony melihatnya saat bersama Ignazio. Ia menekan kembali tombol untuk menutup jendela mobilnya. “Jangan di buka lagi!” tegas Fiona.
“Kau berani memerintahku?”
Fiona menyesal mengeluarkan nada memerintah kepada suaminya. “Aku tidak sengaja.”
“Lihat saja aku akan mengurungmu semalaman, hingga kau tidak bisa berjalan dengan benar!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Triiyyaazz Ajuach
jadi Fiona juga tau pengkhianatan Razita mmg parah istri Filio ini
2023-01-12
0