Suami Posessif
"Kita putus," ucap seorang pemuda dengan entengnya.
Kal, gadis yang di baru saja di putuskan itu masih terdiam. Sungguh kalimat yang tak pernah terduga yang akan di dengarnya.
Bagaimana tak terduga? mereka pacaran baru 3 bulan lamanya. Padahal sebelumnya, pemuda bernama Boy itu yang mengejar-ngejar dirinya.
"Kamu yakin?" Tanya Kal meyakinkan.
"Tentu saja, kamu bukanlah tipe ku sebenarnya."
"Hanya karena itu?"
Kal masih menanggapi dengan tenang, bahkan wajahnya nampak biasa saja. Meski dalam hati sudah sangat sedih dan bergejolak amarahnya.
"Bisa iya, bisa tidak."
"Biar aku saja yang memberitahunya, sayang."
Kal melihat seorang perempuan yang datang mendekat ke arah meja mereka.
"Wina!" Kaget Kal.
Kaget bukan karena kehadiran teman dekatnya itu. Melainkan karena panggilan sayang yang di ucapkannya.
Siapa yang di panggilnya sayang? Batin Kal.
"Kamu sudah datang."
"Iya, tadi macet"
Kal menatap tak percaya melihat interaksi kedua orang di depannya. Bermesraan di hadapannya, bahkan menunjukkan kasih sayang yang sangat memuakkan bagi Kal.
"Apa maksud kalian berdua? Apa kalian memiliki hubungan?" Tanya Kal penasaran.
"Tentu saja kami berpacaran, bahkan sudah setahun labih kami bersama. Boy mendekati kamu, itu cuma demi kemenangan taruhan. Tuh, hadiah taruhannya."
Wina menekan sebuah tombol di remot kunci mobil yang di pegangnya.
Kal melihat keluar kafe dan melihat mobil spot berwarna hitam dengan lampunya yang berkedip.
"Jadi kamu, Boy. Dekatin aku cuma demi sebuah mobil spot hitam itu?"
"Iya, karena aku kalah dalam minum-minum. Teman-temanku memberiku tantangan untuk mendapatkanmu. Mereka janji akan memberikanku mobil itu." Tunjuk Boy ke arah luar.
"Kamu menerimanya?"
"Tentu saja di terimalah, gimanasih?" Kekeh Wina dan Boy bersamaan.
"Kamu pikir Boy mau sama kamu karena apa? Hah? Kamu itu cuma perempuan tomboy. Gak ada cantik-cantiknya, apa lagi gaya kamu yang norak itu? Iuh bener-bener kampungan," ejek Wina.
"Intinya kalian mempermainkan aku. Kalian sudah setahun pacaran, Boy deketin aku untuk jadi pacarnya cuma demi mobil itu. Sekarang kalian udah dapetin mobil itu, kalian akhirnya ungkapkan semua kebenarannya. Bener?"
"Iya, mulai sekarang kita putus. Jangan pernah tunjukkan lagi wajah kuno kamu itu di hadapanku," ucap Boy.
Kal mengangguk sembari mengangkat ponselnya. Gadis itu ternyata diam-diam merekam percakapannya dengan pasangan di depannya.
Ketika bertanya mengenai hubungan Boy dan Wina tadi, tangan Kal bergerak membuka aplikasi kamera dan mulai merekam. Semua apa yang di katakan oleh Boy dan Wina terekam di ponsel Kal.
"Boleh aku mengatakan sesuatu?" Kal tersenyum pada pasangan di depannya.
"Silahkan, aku harap itu kata-kata terakhirmu," cibir Wina.
"Iya, memang aku ingin mengucapkan beberapa kata pada kalian berdua. Tapi bukan kata-kata terakhir." Kal tersenyum misterius.
Wina dan Boy menatap Kal dengan pandangan meremehkan. Tapi itu tidak lama sebelum Kal buka suara.
"Wanita dan pria penipu memang sangat cocok bersama. Sama-sama pengerat murahan, tidak tahu malu lagi." Gantian Kal yang mencibir Boy dan Wina.
"Apa maksud ucapanmu itu?" Marah Wina berteriak sembari menggebrak meja.
"Mbak, ada orang gila yang buat keributan." Wina melongo mendengar ucapan Kal.
"Jaga ucapanmu! Kamu yang orang gila!" Marah Boy.
"Ck, kok bisa sih orang gila di ijinin masuk kesini. Buat tidak nyaman saja."
"Maaf, Nona. Ada apa ya?" Seorang pelayan kafe datang tergesa-gesa.
"Usir dua orang gila ini, Mbak. Saya benar-benar tidak nyaman makan di sini karena mereka berdua."
"Kamu yang gila, dasar tomboy kampungan!" Marah Wina berteriak.
"Ish, ganggu banget sih."
Kal pergi meninggalkan kafe itu dengan perasaan puas setelah mempermalukan kedua orang penghianat itu.
Sedangkan di dalam kafe, Boy dan Wina masih menjadi pusat perhatian para pengunjung kafe lainnya.
"Silahkan pergi dari sini! Kalian berdua sudah mengganggu kenyamanan pelanggan kami," usir pelayan kafe dengan wajah kesal.
"Siapa kamu berani mengusirku, hah? Kamu cuma pelayan kafe tapi berani memerintahku?" Bentak Boy dengan gaya sombongnya.
"Maaf, Mas. Saya hanya menjalankan tugas, kenyamanan dan kepuasan pelanggan adalah prioritas kami. Jika satu pelanggan sudah mengajukan protes, maka harus segera kami tindak. Sebelum pengunjung lain melakukan hal yang sama dan tidak puas dengan pelayanan kafe kami."
Pengunjunga lain mulai terlihat membicarakan Boy dan Wina yang di nilai tidak sopan.
"Siapa mereka berdua itu? Tidak punya sopan santun."
"Tidak punya malu, sudah buat keributan tidak mau di salahkan pula."
"Dasar anak jaman sekarang, bukannya menyadari kesalahan malah bersikap sombong."
Boy dan Wina benar-benar merasa terhina dengan semua ucapan orang-orang itu. Belum lagi pelayan kafe itu yang benar-benar membuat mereka malu.
Keduanya keluar dari kafe karena tak tahan lagi mendengar semua hinaan orang-orang di kafe.
"Kurang ajar banget si tomboy kampungan itu. Gara-gara dia, kita jadi di permalukan di sana," ucap Wina kesal.
"Iya, kamu benar. Kita harus balas perbuatannya itu."
"Harus, kita harus buat perhitungan sama dia."
Kedua orang itu memasuki mobil spot hitam yang tadi di pamerkan pada Kal.
Kal yang sudah meninggalkan kafe melajukan motor besarnya dengan kecepatan tinggi. Hati gadis tomboy itu benar-benar sakit saat mengetahui fakta yang ada.
Pemuda yang selama 8 bulan lalu terus mendekati dirinya. Selalu hadir di mana ia berada di kampus. Tapi kini Kal tahu apa alasan pemuda itu melakukan semuanya.
Kal melajukan motornya menuju sebuah perusahaan. Sampai di sana, Kal langsung masum begitu saja.
"Nona, maaf sebelumnya. Nona, siapa ya? Ada perlu apa datang ke sini?" Tanya satpam perusahaan menghentikan langkah Kal.
"Saya mau menemui, ayah," sahut Kal.
"Kalau boleh tahu. Siapa nama ayah, Nona?"
"Indra Misfan."
Mata Satpam itu melotot kaget, lalu tak lama ia tertawa.
"Jangan asal bicara, Nona. Apa anda tahu siapa beliau?"
"Yang punya perusahaan," sahut Kal sembari mengeluarkan ponselnya dan melakukan panggilan.
"Kalau tahu siapa beliau, jangan buat masalah di sini, Non. Beliau ..."
"Halo, sayangnya Ayah." Terdengar suara yang sangat di kenal pak Setpam yang membuatnya tak melanjutkan kalimatnya.
"Kamu dimana? Kok sepertinya Ayah tahu."
"Aku di lobi perusahaan, Ayah."
"Oh ya, tunggu di sana. Ayah jemput kamu."
Panggilan terputus begitu saja oleh pak Indra yang bergegas turun menemui anaknya.
"Ja-jadi, Nona. Benar-benar anaknya pak Direktur?" Tanya pak Satpam kaget.
"Iya," sahut Kal santai.
"Maaf, Nona. Saya sudah bertindak tidak sopan pada, Nona."
"Tidak apa-apa, Pak."
Kal berdiri dengan satu tangannya di masukkan ke dalam jaket denim yang di pakainya. Gaya Kal benar-benar seperti pria, hingga pak Satpam melihat Kal dari atas hingga bawah.
Memakai celana jeans panjang dan jaket denim dengan dalaman kaos putih ketat.
Sepatu putih, helm hitam yang biasa di pakai pria ada di tangannya. Belum lagi kepangan rambut panjangnya. Siapa yang akan percaya kalau gadis ini anak Direktur perusahaan, batin si Satpam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
ayu nuraini maulina
CK sok sempurna aja dirimu
2023-08-15
0
ayu nuraini maulina
klo bukan tipe nya untuk apa nembak jadi pacarnya
2023-08-15
0