Love In Siren

Love In Siren

Audrina Kecil

"Audrina, pelan-pelan sayang!" Teriak seorang wanita kepada anak kecil yang mengendarai sepeda roda empatnya dengan riang.

"Hahaha... Mama lama sih!" Ucap anak kecil bernama Audrina itu dengan sesekali membunyikan bel yang ada disepedanya.

Wanita yang merupakan ibu Audrina itu terlihat mencoba mengejar Audrina dengan susah payah. Audrina yang terlalu kegirangan mendapatkan sepada baru itu seperti tidak mendengarkan ibunya kali ini. Audrina masih terus mengayuh sepedanya, tanpa tau bahwa di depannya ada jalan menikung kebawah.

Saat Audrina sampai di jalan menurun itu, terdengar suara ibunya yang panik karena melihat Audrina berteriak kencang sekali karena tiba-tiba saja sepedanya melaju dengan cepat.

"Audrina! Rem, nak!" Teriak ibunya panik.

"Ody tidak tau rem,ma!" Anak itu berteriak panik.

Seakan tersadar akan sesuatu, wanita itu berlari mengejar anaknya itu. Audrina baru saja belajar mengayuh, ia belum diajarkan cara untuk mengerem. Terlihat wajah ketakutan dari Audrina saat sepedanya masih tidak mau berhenti dan oleng.

Duakk...

"AUDRINA!" Teriak wanita itu dengan panik saat sepeda anaknya menabrak pohon besar.

"UWAAA!!!!" Audrina menangis sekuat tenaga. Untung saja saat itu ia memakai helm dan pengaman dipersendiannya sehingga tidak terluka parah, hanya goresan kecil di telapak tangannya yang terseret jalan. Ibu Audrina dengan cepat mendekati anaknya dan mengendong anaknya pulang kerumah.

Terlihat air mata masih menempel di pipi Audrina kecil yang tertidur lelap dengan sesengukan, setelah kelelahan menangis hampir tiga jam. Ibu Audrina mengelus pelan rambut anaknya itu sambil sesekali menatapnya sedih dan menyesal dengan kecerobohannya. Kalau saja ia tidak membelikan sepeda baru mungkin Audrina tidak akan terluka, pikirnya.

Wanita itu mencium Audrina kecil lalu keluar dari kamar anak itu. Baru saja keluar, tamparan keras mendarat di pipi wanita itu hingga ia terjatuh ke lantai.

"Kamu ini! Baru sehari saja bermain bebas dengan cucu saya, kamu sudah hampir membunuhnya ya, Kena!" Teriak wanita paruh baya itu.

Kena memegang pipinya yang memanas dan menatap wanita tua itu dalam diam. "Maaf, bu." Ucapnya lirih.

"Maaf? Mudah sekali kamu berkata seperti itu ya!" Ucap wanita itu dengan sedikit berteriak dan hendak masuk ke kamar Audrina.

"Audrina sedang tidur bu."

"Tidak usah ngatur-ngatur saya! Mulai besok, jauhi cucuku!" Wanita tua itu masuk kedalam kamar Audrina meninggalkan Kena yang masih tersungkur di lantai.

Kena yang menerima tamparan mengejutkan itu hanya diam membisu sambil menatap punggung mertuanya dengan sendu. Sempat terpikir di benaknya tentang perlakuan yang sangat keji, tapi ia kembali menerima walau mendapatkan serangan fisik dan verbal yang sangat kelewatan.

...****************...

Sudah hampir sebulan sejak kejadian Audrina jatuh dari sepeda, kini Audrina dan ibunya sedang asik menikmati teh di halaman belakang rumahnya. Terlihat Audrina yang tertawa kecil sambil memainkan pistol gelembung kesayangannya.

"Mama lihat! Gelembungnya banyak sekali." Ucap Audrina kegirangan sambil menunjukkan gelembung yang ia hasilkan.

Kena terlihat antusias. "Iya benar, kira-kira ada berapa ya?" tanyanya sambil pura-pura berpikir.

Audrina kecil sedikit berpikir, "ada seratus gini." Ucap Audrina sambil membuka kedua tangannya melebar. Tangannya yang mungil membuatnya terlihat sangat menggemaskan saat ini.

"Hahaha.. Banyak ya." Kena tertawa gemas melihat keimutan Audrina yang sangat lugu itu. "Ayo sini, makan dulu kuenya."

"Iyah." Audrina meletakkan pistol gelembungnya di meja lalu mendekati ibunya sambil membuka mulut kecilnya menerima suapan kue yang diberikan. Terlihat gerakan kecil dari kepala Audrina saat mengunyah kue manis itu.

"Enak?"

"Eng!" Audrina mengangguk dengan semangat sambil terus mengunyah membuat pipinya menggembung karena kue yang penuh dimulutnya.

"Papa kenapa belum balik ya ma?" Tanya Audrina lagi sambil menerima suapan dari ibunya.

Kena terlihat tersenyum kecut. "Sepertinya sedang bersama klien," ucapnya sendu. Raut muka Kena terlihat memudar, seperti sedang menahan tangis. Seperti tau perubahan dari raut wajah ibunya itu, Audrina menatap ibunya dengan sedih pula.

"Mama kenapa?" ucapnya tiba-tiba dengan suara merendah.

Kena tersenyum simpul sambil merapikan rambut anaknya itu dengan sayang. "Tidak apa-apa, sayang."

Audrina masih menatap mamanya dengan raut wajah sedih, "tidak apa-apa mama. Ada Ody disini. Ody akan selalu menemani mama kapanpun." hiburnya sambil menggenggam tangan ibunya itu.

Kena hanya tersenyum dan memeluk anaknya itu dengan perasaan yang sulit diartikan. Ia memiliki firasat buruk yang tidak bisa dipastikan, hal ini sudah terjadi enam bulan belakangan ini. Perasaan khawatir, takut dan selalu gelisah terus menerus menghantuinya.

Ting...tong..

Ting...tong..

Ting...tong..

"Audrina?" Terdengar suara yang sangat familiar yang membuat Audrina terperanjat kegirangan.

"Papa!"

Audrina dengan cepat berlari ke pintu untuk membukakan pintu kepada ayahnya. Kena hanya duduk saja, hatinya sepertinya terenyuh dan sakit mengetahui suaminya pulang. Entahlah, perasaan itu tiba-tiba saja muncul.

"Audrina, papa kangen banget!" ucap lelaki itu sambil memeluk dan mencubit hidung kecil Audrina dengan gemas.

Audrina tertawa kecil sambil memeluk ayahnya itu, "Ody juga kangen papa!"

"Papa bawa oleh-oleh untuk Audrina."

"Oleh-oleh?" Audrina terlihat antusias. "Apa oleh-olehnya?"

Lelaki itu menurunkan Audrina dan menarik tas kecil yang diikat dengan tas kopernya. Audrina memandang tas itu dengan mata yang berbinar, ia sangat senang saat ayahnya memberikan tas itu kepadanya.

"Wah..." Kagum Audrina saat membuka isi dari tas kecil itu. Baju biru keabuan yang sangat manis dan pita rambut yang serasi dengan bajunya membuat Audrina tersenyum lebar sekali.

"Mama, liat!" Audrina mengembangkan baju itu untuk ditunjukkan kepada Kena yang sedari tadi hanya berdiri saja di sana.

"Wah, cantik sekali." Puji Kena dengan tulus.

"Coba Audrina pakai," seru ayahnya itu dengan antusias.

Audrina menggelengkan kepalanya, tidak seperti harapan kedua orang tuanya. "Ody pakai habis mandi saja, hehe.." sahutnya polos dengan menampilkan senyuman manis dan gigi munggilnya yang memberikan kesan imut.

Seketika kedua orang tuanya tertawa kecil mendengar ucapan Audrina yang sangat polos itu. Ayahnya mengusap pelan rambut anaknya itu lalu melirik kearah ibunya Audrina yang masih senantiasa mendengar ocehan Audrina sambil diiringin dengan tertawa kecil.

"Ini handuknya," Kena memberikan handuk bewarna hijau kepada lelaki itu.

"Terimakasih," balasnya singkat.

Saat Kena hendak meninggalkan kamar, tangannya malah langsung ditarik, "Ken, kamu tidak senang aku pulang?"

Kena diam mematung. "K-kata siapa?" celetuknya gugup.

"Buktinya kamu tidak menyambutku tadi," lanjut lelaki itu.

Kena terlihat gelisah. "S-selamat datang kembali, Key," ucapnya walau telat.

Lelaki yang bernama Key itu menarik Kena mendekatinya dan menangkup pipi Kena sambil melihat manik mata Kena dalam. "Hanya seperti itu?"

Kena yang terkejut hanya bisa diam dan menatap balik mata itu. Mata lelaki yang sangat dicintainya. Mata lelaki yang sangat meneduhkan hati dan sangat ramah kepadanya. Mata yang selalu ia rindukan. Tapi, itu dulu. Sebelum ia memiliki 'klien' itu.

Key memegang pinggang Kena lalu memegang dagu Kena seraya mendekati wanita itu, berniat ingin menciumnya. Seakan tersadar, Kena mendorong Key hingga ia tersandar di tembok.

"J-jangan!" tegas Kena sambil menatap nanar lelaki itu.

Key mengeluarkan smirk yang sulit diartikan. "Hm?"

"Jangan sentuh aku!" seru Kena lagi.

Key hanya menatap Kena dalam diam. Lalu berjalan masuk ke kamar mandi, meninggalkan Kena yang berdiri di sana. Saat pintu kamar mandi telah ditutup, Kena terduduk di lantai sambil menangis lirih. Ia menutup mulutnya berusaha menyembunyikan isakannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, artinya waktu tidur Audrina sudah tiba. Audrina berlari kecil dan naik keatas tempat tidurnya dengan cepat, diikuti kedua orang tuanya.

Kena duduk di sisi kasur dan merapikan selimut Audrina. "Selamat tidur, sayang."

"Selamat tidur juga untuk mama dan papa," sahut Audrina dengan senyumannya.

Key mencium kening anaknya itu. "Selamat tidur, Audrina. Sebelum kamu tidur papa ada kejutan lagi buat kamu."

"Kejutan?"

"Besok kita pergi ke Villa Daisy, udah lama kan kamu mau main di danau sana?" Key tersenyum lepas.

Audrina terlihat kegirangan sampai ia yang awalnya tidur langsung terduduk. "Benarkah?"

"Iya sayang, benar," jawab Key meyakinkan anaknya itu dan disambut pelukan kecil oleh Audrina.

"Yeay!" Audrina merasa sangat senang begitu pula dengan Key yang tertawa kecil melihat anaknya yang kegirangan itu. Setelah itu, Audrina langsung dituntun Key dan Kena untuk tidur hingga pagi menjelang.

Keesokan paginya, terlihat Kena sudah mulai menata dan merapikan isi tas yang akan dibawa oleh anaknya selama seminggu menginap di Villa. Setelah mengeluarkan beberapa tas dan memasukkannya kedalam mobil, Key mulai membuka gerbang dan memanaskan mobilnya.

"Papa, bola itu tidak dibawa?" Audrina menunjuk bola kuning yang terletak di rerumputan pada halaman rumahnya yang cukup besar.

Key menoleh kearah bola kuning itu. "Bawa saja, nak."

"Oke." Audrina mengambil bola kuning itu dan dibawanya masuk ke dalam mobil. Kena mengunci pintu rumahnya dan menyusul mereka masuk ke dalam mobil.

Sesampainya di Villa, Key langsung menyandarkan pungungnya di sofa ruang tamu untuk beristirahat. Tidak terasa sudah dua jam perjalanan mereka tempuh. Namun, Audrina masih segar dan berlari kegirangan di halaman Villa sambil bermain dengan bola kuning yang ia bawa tadi, sedangkan Kena mengangkat tas bawaan mereka masuk ke dalam Villa.

Audrina tampak kegirangan memainkan bola sambil berlari-lari kecil di sana. Hingga kemudian perhatiannya teralih saat mendengar suara percikan air dari danau, seperti ada yang jatuh ke dalamnya.

Audrina melihat ke arah danau dari kejauhan. Samar-samar ia melihat ada seseorang yang seperti melambaikan tangan kearahnya dari kejauhan. Audrina yang tidak curiga sama sekali membalas lambaian itu dengan tangan mungilnya.

"Kamu ngapain, nak?" tanya Kena yang datang dari belakang Audrina.

Audrina berbalik, "tidak ada, ma," jawabnya sambil berlari menuju ke arah ibunya.

Sore itu, Audrina dan ayahnya kembali bermain bola di halaman Villa. Audrina tampak sangat bahagia dan sesekali menendang bola kuning itu ke arah ayahnya. Kena hanya melihat mereka dan duduk disalah satu bangku dengan menikmati teh serta kue yang dibawakan oleh Key semalam.

Key menendang bola kuning sampai hampir ke danau. Audrina yang melihat itu berlari untuk mengambil bola itu. "Hati-hati Audrina." Pesan ayahnya.

Audrina berlari mengejar bola sambil berteriak. "Iya,pa."

Key melihat Audrina mengambil bola dan dirasa Audrina akan kembali, Key membalikkan badannya menuju Kena untuk beristirahat sebentar. Kena langsung menyodorkan minuman kepada Key saat ia sudah duduk disana.

"Terimakasih," ucap Key sambil menerima minuman itu.

Kena hanya tersenyum tipis. Saat Kena mengalihkan pandangannya ke arah Audrina, tiba-tiba ia tidak dapst menemukan anaknya di sana. Seketika rasa panik mulai melanda Kena.

"Key, Audrina mana?" Kena memegang tangan kanan Key. Key meletakkan gelasnya, sambil mencari keberadaan Audrina juga.

Audrina tidak ada.

"Key, Audrina kemana?!" Kena menaikkan sedikit oktaf suaranya dengan suara bergetar.

"Tenang, Ken. Dia pasti disekitar sini." Ucap Key menenangkan. Sampai pandangannya jatuh ke arah tepi danau, dimana bola kuning tadi berada.

Audrina tampak kegirangan mengambil bola kuning itu dan saat ingin berbalik, terdengar suara halus memanggil Audrina dari danau.

Audrina yang penasaran mulai mendekati danau itu hingga sampai di jembatan kayu yang berada diatas danau.

"Halo? Ada orang?" Tanya Audrina dengan polos.

Audrina tidak mendengar suara halus itu lagi, melainkan suara desiran halus dari danau. Saat hendak berbalik, tanpa disadari ada kayu yang patah dan bolong disana. Audrina yang terjatuh akhirnya mendarat diatas kayu, karena licin tangannya tergelincir dan menyebabkan dia masuk kedalam air.

Audrina yang masih kecil dan tidak bisa berenang berusaha mengapai atas air. Hanya saja, hal itu tidak bisa ia lakukan yang ada ia semakin masuk kedalam air meminum banyak air dan kehilangan oksigen.

Mama tolong Ody.

Saat Audrina sudah hampir kehilangan kesadaran, samar-samar ia melihat ada seseorang yang mendekatinya.

"Tenang, aku akan menyelamatkanmu..."

Suara lembut itu terdengar kembali dan menghilang perlahan beriringan dengar sentuhan yang menarik Audrina ke atas air.

...-----...

Terpopuler

Comments

artsiska

artsiska

awal ceritanya bagus

2023-04-11

0

Ryzen Mikása

Ryzen Mikása

dia kan anak si Kena sih, heboh

2023-04-09

0

PORREN46R

PORREN46R

bagus kali padahal masih pertama. semangat ya author . uda mampir ya

2023-04-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!