Key melihat bola kuning yang dimainkan Audrina tadi berada diatas air berlari panik. Ia memiliki firasat buruk Audrina tenggelam. Seketika napasnya tercekat.
"AUDRINA!" Teriak Key dengan panik kearah danau.
Setibanya disana, ia bisa melihat Audrina yang tiba-tiba muncul ke permukaan sambil mengibakkan air. Key dengan cepat menarik tangan Audrina dan membaringkannya diatas jembatan.
"Audrina, hei!" Key mengoyangkan sedikit badan anaknya itu.
"Ya ampun, Audrina!" Ucap Kena dengan suara bergetar, rasa takut mulai menjalar di tubuh Kena.
Uhukk..uhuk...
Key seketika bisa bernapas dengan sedikit lega. "Kena, cepat buatkan air hangat!" Perintah Key sambil menggendong Audrina dan mereka berlari masuk ke dalam rumah.
Kena dengan tangan bergetar mulai mengompres Audrina yang tertidur di atas kasur. Ia sesekali menangis melihat wajah Audrina dan merasa ngeri dengan kejadian tadi. Apa yang akan terjadi jika mereka terlambat menolong Audrina tadi? Ia tidak sanggup bila harus kehilangan anak kesayangannya ini.
Key mengelus pundak Kena perlahan berusaha menenangkannya yang khawatir. "It's okay. Audrina will be fine, okay." Ucapnya pelan.
Kena memegang tangan Key yang berada di pundaknya. "Aku takut," ucapnya dengan suara bergetar.
"It's okay. She will be okay, don't worry." Key kembali menenangkan Kena dan mencium puncuk kepalanya berusaha menenangkan Kena yang tampak sangat syok dan khawatir dengan apa yang baru saja terjadi.
Setelah dirasa Kena sudah cukup tenang, Key menarik tangan Kena untuk mengajaknya keluar dari kamar agar Audrina bisa beristirahat dengan nyaman. Kena yang semulanya menolak untuk meninggalkan Audrina sendiri di kamar, akhirnya mengalah dan menuruti kemauan Key. Tidak sampai hati untuk meninggalkan anaknya itu, namun ia juga ingin melihat Audrina sehat kembali sehingga ia harus membiarkan anaknya itu mendapatkan istirahat yang cukup.
Malam pun tiba, Audrina terbangun dan membuka matanya perlahan. Audrina menatap kesekeliling, ternyata dia sudah berada dikamar.
Tuk..tuk...
Audrina melihat kesekitar, dia seperti mendengar suara ketukan. Apa dari pintu? Audrina menatap pintu kamarnya dalam diam.
Tuk..tuk..
Audrina menoleh kearah kanannya, sepertinya suaranya bukan dari pintu. Melainkan dari jendela.
Tuk..tuk..
Audrina sedikit bersimpuh untuk melihat ke arah jendelanya. Betapa terkejutnya ia saat melihat ada seorang anak laki-laki yang seumuran dengannya sedang duduk tepat diluar jendelan kamarnya, padahal kamar Audrina sendiri berada di lantai 2, bagaimana mungkin ada anak kecil yang memanjat sampai setinggi itu.
Audrina memberanikan diri membuka jendela kamarnya, seketika terasa udara dingin malam mengenai tubuhnya. Anak laki-laki itu tidak memakai baju atasan, sehingga terlihat jelas warna kulitnya yang putih dan sedikit pucat. Dengan telinga yang sedikit lancip, mata agak kehijauan dan rambut hitam. Anak laki-laki itu tersenyum lebar hingga menampilkan gigi taringnya yang panjang.
Audrina menatap anak laki-laki itu dengan bingung. "Kamu siapa?" tanya Audrina ragu-ragu.
Anak laki-laki itu masuk melewati jendela kamar Audrina dan duduk diatas kasurnya, berhadapan. "Aku Aoihan."
"Ian?" Audrina memiringkan kepalanya.
"Aoihan. Kamu bisa panggil aku Aoi." Ucap anak laki-laki itu lagi.
"Aoi." Audrina mengikuti ucapannya.
Aoi mengangguk. "Kamu Audrina, kan?"
"Iya, aku Ody," seru Audrina yang sampai saat ini masih belum bisa menyebutkan namanya sendiri dengan benar.
Aoi tersenyum lagi. "Mari berteman!" Aoi mengulurkan tangannya kearah Audrina yang disambut dengan ramah olehnya.
"Kamu sudah baikan?" Tanya Aoi.
Audrina mengangguk. "Aoi kenapa tidak tidur? Sudah malam." Tanya Audrina penasaran.
Aoi menatap keluar jendela kearah danau. "Aku memang tidak pernah tidur". Jelasnya membuat Audrina bingung.
"Tidak tidur?"
Aoi tertawa kecil. "Iya, kami tidak tidur seperti kalian para ándras."
"Apa itu ándras?" Tanya Audrina lagi.
Aoi menoleh kearah Audrina. "Dalam bahasa kami, kalian kami sebut ándras. Mungkin dalam bahasa kalian, manusia." Jelas Aoi.
"Memangnya kamu bukan manusia?" Celetuk Audrina.
"Bukan, kami Siren." Aoi mendekatkan jari telunjuknya ke kening Audrina. "Seperti inilah kami, aku akan menunjukkannya kepamu karena kita sudah berteman."
Aoi menunjukkan kilasan singkat dengan berbagi pikirannya mengenai Siren dengan jarinya. Terlihat kawanan siren dengan ekor yang sangat indah dan berkilap sedang berenang di bawah air, beberapa dari mereka memiliki sisik yang berwarna biru keabuan. Setelah beberapa detik, Aoi menjauhkan jarinya, lalu menunjukkan telapak tangannya yang memiliki selaput di sela-selanya. Setelah disadari, ternyata banyak sisik disekitar wajah dan pinggang Aoi yang tadinya tidak terlihat dengan jelas.
Audrina menyentuh tangan Aoi tanpa rasa takut. "Lembut sekali," pujinya.
"Terimakasih." Aoi menutup tangannya kembali dan melihat kearah danau lalu menoleh ke arah Audrina lagi, "maaf, sepertinya aku harus pulang." Aoi kembali memanjat keluar jendela dan sempat ditarik oleh Audrina.
"Apakah Aoi yang ada di danau tadi?" Audrina masih memegang tangan Aoi dan mendapat anggukan kecil darinya.
"Sampai jumpa kembali, Ody." Aoi tersenyum menampakkan taringnya yang tajam itu.
"Apakah kita masih bisa bertemu lagi?" Audrina tampak tidak rela melepas Aoi, mereka baru saja berkenalan.
Aoi menurunkan kakinya dari jendela dan bersimpuh di depan Audrina. Ia kemudian memegang kedua bahu Audrina dan menempelkan kening mereka berdua hingga terlihat cahaya putih disana, lalu membuka matanya dan melihat langsung ke manik mata kecoklatan milik Audrina.
"Janji."
...****************...
Audrina seperti terbangun dari mimpi. Ia mengucek matanya dan melihat ke sekeliling lalu beralih melihat matahari pagi yang menerpa halus kulit wajahnya. Seketika arah pandangnya beralih menuju ke arah pintu kamar yang telah dibuka oleh ayahnya.
"Selamat pagi, sayang. Apakah sudah enakan?" tanya Key dengan lembut sambil mengelus rambut Audrina dengan sayang.
"Selamat pagi, pa. Sudah kok." Jawabnya sambil tersenyum manis kearah papanya. Dari wajahnya sudah terlihat jelas kalau Audrina sudah kembali sehat dan ceria seperti sebelumnya.
Key mengajak Audrina untuk beranjak dari tempat tidurnya dan membawanya untuk segera mandi dan bersiap-siap.
Audrina memainkan bebek kecil bewarna kuning yang mengapung di atas bak mandinya. Key dengan hati-hati mengusap rambut anaknya dengan sabun, sesekali ia juga memainkan rambut anaknya itu menjadi bentuk-bentuk aneh. Setelah asik memainkan rambut Audrina ia kemudian membilas rambut dan tubuh Audrina dengan air.
Key mengangkat tubuh Audrina lalu menghandukinya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia pun membawa anaknya ke depan lemari pakaian, mulai memakaikan baju dan mengeringkan rambut Audrina yang kemudian disisir rambut Audrina dengan lembut.
Kena sudah menyiapkan nasi goreng untuk sarapan mereka bertiga. Audrina menggandeng tangan ayahnya dan duduk disalah satu kursi untuk sarapan. Terlihat wajah terharu dari Kena, saat melihat Audrina makan dengan lahap dan tidak bersisa. Selesai makan, Audrina minta izin untuk memainkan plastisin yang ada di ruang tamu.
Sudah 6 hari mereka menginap disana, dengan melakukan berbagai kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang mereka. Kecuali ke danau, Key melarang mereka untuk melakukan kegiatan di danau. Ia tidak ingin kejadian yang sama terlulang kembali.
"Papa, liat biskuit Ody bentuknya bunga!" Audrina dengan antusias menunjukkan karya seninya.
Key dan Kena yang hanya melihat coretan asal diatas biskuit Audrina hanya tertawa sambil memuji-muji anaknya itu.
"Liat punya mama. Bentuk apa hayo?" Tanya Kena kepada Audrina.
Audrina tampak berpikir. "Pohon!" Teriaknya penuh semangat.
"Pinter!" Seru Key dan Kena berbarengan.
Mereka bertiga pun terlihat sangat menikmati kegiatan membuat biskuit ini, sampai tidak sadar akan bahaya yang menimpa mereka.
Setelah memasukkan biskuit yang mereka buat kedalam toples, terdengar suara bel yang membuat Kena segera membuka pintu. Sesampainya disana, ia hanya mendapati satu kotak coklat tanpa nama disana. Kena mengambil kotak itu, lalu membawanya masuk tanpa curiga.
Key terlihat sedang asik bermain dengan Audrina di ruang tamu. Tanpa ingin menganggu, akhirnya Kena membuka kotak coklat tadi dengan cutter. Saat dibuka, hanya ada beberapa benda disana. Parfum dan secarik kertas yang bertuliskan for you. Hanya itu saja tanpa penjelasan lain.
Kena mengambil parfum itu, lalu menciumi nya dengan perlahan. Tidak ada aroma apapun. Ia pun mencoba menyemprotkan ke atas tangannya, dan saat dicium ia mendapati aroma yang sangat menyakitkan dan bau menyengat sekali. Rasanya indra penciumannya mulai mati rasa dan lidahnya mulai kelu.
"Akh!" Pekik Kena tertahan.
"Ada apa, Ken?" Key terlihat mendekati Kena dari belakang dengan sedikit berlari.
"Ih, apa apaan ini? Bau banget!" Perintah Kena sambil menunjuk ke kotak coklat yang ada di atas meja.
"Apa ini, Ken?" Key hendak menyentuh botol yang dikira parfum itu, namun di pukul oleh Kena. "Aw!"
"Jangan dipegang, buang itu!" teriak Kena lagi sedikit sewot.
"Iya, iya.." Key akhirnya menuruti Kena lalu membuang kotak beserta isinya ke tempat sampah diluar.
Audrina menghampiri ibunya yang sedang mencuci tangannya dengan sabun di wastafel. "Mama gapapa?" Tanya Audrina kecil itu.
Kena mengelap tangannya dengan handuk lalu mengangguk. "Tidak apa-apa sayang."
Audrina tersenyum tipis sambil memeluk boneka biru ditangannya, hingga tiba-tiba ibunya jatuh tak sadarkan diri. Itulah kalimat terakhir yang didengarnya sebelum akhirnya Audrina menjadi piatu.
...****************...
Key dan Audrina bergandengan tangan dan tampak menatap kearah pemakaman yang bertuliskan nama 'Kena Ghania'. Key hanya menatap batu nisan itu dengan pandangan kosong, sedangkan Audrina hanya diam saja. Terlihat banyak orang berpakaian serba hitam memenuhi pemakaman. Audrina kehilangan ibunya diusianya yang ke 7 tahun.
'Ody..'
'Ody..'
Terdengar suara halus yang memanggil nama Audrina.
Audrina yang mendengar itu mulai menggoyangkan sedikit tangan ayahnya. Sudah hampir tiga kali dilakukan, sampai akhirnya ia menengadahkan kepalanya untuk melihat ayahnya yang tidak merespon goyangan tangannya. Ayahnya hanya menatap lurus ke arah pemakanan ibunya.
'Ody..'
Audrina akhir mengalihkan pandangan ke sekitar penziarah, tidak ada yang melihatnya saat ini. Mereka semua menundukkan kepalanya. Audrina menoleh ke belakang, dilihatnya ada seorang anak laki-laki yang sedang melambaikan tangannya dari balik pohon dengan senyuman yang menampakkan taringnya.
Anak laki-laki itu adalah Aoi.
...-----...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Ryzen Mikása
jadi seakan mimpi gitu ya, mantap juga sugesti Aoi
2023-04-09
0
վմղíα | HV💕
aoi siapa Thor
2023-03-28
0
VA♡😹
wkwk aku pikir itu duyung🤣🤣
2023-03-09
0