Blanc Carnations

Blanc Carnations

1. Born Gars

Sudah selama 2 tahun aku menemaninya. Perjalanan kali pertama ku ini benar-benar sulit. Ada kalanya aku berfikir untuk menyerah, namun itu hanyalah pikiran ego ku. Tetapi saat bersama anak-anak, beban ini dengan perlahan berkurang. Mereka tertawa bahagia karena tidak memiliki beban. Namun setidaknya mereka bisa mencairkan suasana.

Rafa masuk ke dalam ruangan dengan lemas. “Maa..” Panggilnya sambil menguap dengan manis.

Aku tersenyum lalu mendekat padanya, “Ada apa sayang?”

“Rafa ngantuk,” Suaranya semakin tidak terdengar.

Dia benar-benar kelelahan setelah bermain seharian penuh dengan kakaknya, Nathan dan juga dengan teman-temannya. Aku bergegas membereskan sofa yang terletak di pojok ruangan, lalu menidurkan Rafa yang sedari tadi matanya sudah tidak kuat untuk terbuka.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, baru kali ini Rafa puas bermain dengan teman-temannya hingga malam.

Handphone yang ku simpan diatas meja bergetar, aku melihat papan nama dilayar, ternyata Mama. Nathan membantu menyimpan ransel adiknya ke dalam mobil, dan aku selesai memindahkan Rafa ke dalam mobil untungnya ia tidak terganggu. Ku pasangkan sabuk pengaman pada Rafa, lalu mengecup keningnya dengan lembut.

“Selamat tidur sayang,” Ucap ku.

Tak hanya Rafa, aku juga mengecup keningnya Nathan, “jaga adikmu ya sayang," Nathan mengangguk.

Mama yang telah selesai mengeluarkan tas besar dari bagasinya segera menghampiri ku. “Kali ini kamu bakal pulang?” tanyanya sambil memberikan tas besar, aku langsung menerimanya dan mengangguk.

“Mungkin aku bakal pulang malam," jawab ku dengan senyum singkat. “Maa.. maaf buat mama jadi repot," lanjut ku.

“Mmm?” aku langsung memeluk hangat mama.

“Tidak apa-apa nak, yang penting kamu harus kuat dan sabar," Mama membalas pelukan ku sambil menepuk-nepuk pelan punggung ku.

"Nanti malam Mama Agha mau jenguk. Titipkan salam mama padanya ya,"

walaupun itu pelukan singkat, setidaknya itu menjadi kekuatan ku untuk bertahan. Tapi apa aku bisa lalui ini semua?

Tas besar yang kubawa kini sudah tergeletak dilantai. Aku menangis di dalam ruangan yang sepi ini bersama kehidupan yang tak kunjung memberi jawaban. “Aghaa....” aku memanggilnya lirih dalam tangisanku saat ini.

**

Bab 1, Bon Gars

**

“Waktu itu kenapa Agha bisa di sekolah Nana?”

“Agha ada sedikit urusan disana. Liat keadaan adek,”

“Oh ternyata dia sekolah di Hylab School juga?” Agha mengangguk.

Saat itu, wajah polos Nana yang hanya bisa mengiyakan saja. Nana masih belum melihat siapa adiknya itu. Ia masih merasa baik-baik saja dan tak ada hal yang membuatnya terganggu.

Dari perilakuan Agha pada adiknya saja sepertinya adiknya pembuat onar mungkin? Makannya Agha sampai rela ke sekolah. Eh yaampun? Pikiran buruk lagi Na, gaboleh.

Nana kembali menyeruput milkshake rasa red velvet. Sambil melihat luar jendela. Ia mendapati pria yang sedang membenarkan tali sepatu kekasihnya. Nana menjadi teringat dengan pertemuan pertamanya dengan Agha.

10 juni 2011

“Ibu sudah menjelaskan mengenai sistem koloid. Kalau begitu, sampai jumpa minggu depan!" ucap Bu Anah sambil membereskan laptopnya, lalu meninggalkan kelas.

“Oh ya! Jangan lupa untuk melengkapi buku catatannya!” Bu Anah langsung pergi menuju ruang guru.

Aku membereskan buku kimia lalu memberikannya pada temanku yang duduk dibelakang.

“Hei!”

Aku memanggilnya untuk segera mengambil buku catatan kimiaku yang masih ku pegang. Aku menengok kebelakang. Dia tertidur. Tak segan aku membangunkannya dengan buku catatan kimiaku.

“AW!!”

Dia terbangun dan meringis kesakitan. “Kalau saja bukan Nana yang duduk di depanmu, pasti kamu bakal kena marah sama bu Anah,” Aku menggerutu karena tingkahnya.

“Ya dehhh..Maap, Iby capek banget makannya baru bisa kebayar sekarang,"

Kemudian aku menyimpan buku catatan kimia ku di meja Iby. Ia melihat buku yang disimpan olehnya, lalu segera membukanya. Rajinnya sahabatku yang satu ini. Ia tersenyum senang.

“Makasii yaaa!" bisik Iby pada telingaku.

Aku hanya mengangguk.

Iby memasukan buku catatan kimia miliknya kedalam ranselnya. Aku bangkit dari bangku, dan pergi keluar kelas. “Kemana?” tanya Iby penasaran.

“Toilet?" kata ku.

Aku berjalan santai di koridor sambil melihat-lihat kelas lain. “Hai Nana!” sapa salah satu anak dari kelas IPA 3 yang kebetulan lewat. Aku hanya menjawabnya dengan tersenyum.

“Nana!” panggil salah satu anak dari kelas IPS 2.

Aku tersenyum padanya. Lalu iapun menghampiriku sambil membawa kantong plastik, yang berisikan cemilan dan minuman. “Aku mau minta tolong, bisa tolong kasihin ini ke Gilby?” ia menyodorkan kantong plastik itu padaku.

“Bisa dong,” aku mengambilnya, dan tersenyum padanya.

Raut wajahnya berubah menjadi senang “Terimakasih banyak Nana, pulangnya aku bakal traktir Nana,”

“Gausah gapapa, aku nggak berharap imbalan dari kamu,” Dia mengangguk.

“Kalau gitu, aku pergi duluan ya?”

Nama lengkapku Hana Amelia. Kebanyakan orang memanggilku Nana. Dan mereka banyak yang menyukaiku. Bukan hanya karena aku cantik, melainkan karena kelebihanku. Memang, secara fisik aku memiliki visual disekolah ini. Namun, aku tidak suka mereka memandangiku hanya karena penampilan. Itu semua membuatku risih. Bisa saja mereka memanfaatkanku. Tetapi, aku benar-benar bersyukur. Karena memiliki sahabat yang sangat baik sekali padaku, Gilby Ramadhan.

Gilby sangat apa adanya padaku, sikapnya yang membuatku terus terang. Nyaman. Itu semua sisi kebaikannya yang tidak seberapa, tapi benar-benar berarti bagiku. Oh ya, hanya aku yang memanggil dia Iby. Panggilan itu buatanku saat kita masih kecil. Yaps. Iby sahabat terbaikku dari kecil. Dulu rumah kami berhadapan. Tapi saat memasuki smp, aku pindah. Entah karena apa.

Iby terkadang bikin kesal banyak orang. Tapi dia baik pada semua orang meskipun memiliki tingkah yang menjengkelkan. Makannya kebanyakan gadis terpukau pada Iby.

Aku keluar dari toilet lalu kembali ke kelas,namun saat aku akan turun tangga, ada seseorang yang menghentikanku. Aku hanya bisa memandanginya. Tak salah lagi kalau bukan Jesy dan temannya, Resa.

“Kamu masih hidup ternyata,” Cetus Jesy.

Ah, dia melakukan hal yang kejam padaku waktu minggu lalu. Dia yang menabrakku dengan sepeda motornya saat aku sedang berjalan sendirian menuju rumahku. Luka yang aku dapatkan saat itu tak seberapa.

“Kenapa kamu jadi gini? Apa kamu punya masalah?” tanyaku.

Aku sedikit khawatir, dulu kita pernah duduk di bangku yang sama saat SMP. Dia ramah pada semua orang. Dia juga menjadi salah satu kebanggaan guru IPA di sekolah SMP. Namun saat kita menjelang SMA, tiba-tiba saja dia berubah. Mungkin ada beberapa kejadian dimasa lalunya ia bisa jadi seperti itu, terutama padaku.

Jesy merasa aku merendahkannya, Ia menjadi kesal, lalu mendorongku hingga aku terjatuh dari tangga. “Jangan berharap kamu hidup dengan baik selamanya!” Peringat nya.

Jesy memperingatiku, untung saja aku tidak luka parah, karena ada seseorang yang menolongku. Dia membawaku ke UKS dan mengobati lukaku.

“Aduh Perihh.." Aku meringis.

Kini dia mengobatiku dengan hati-hati. Aku tak bisa melihat wajahnya, Karena dia memakai hoodie yang berwarna abu-abu. Wajahnya yang tertutupi oleh tudungnya.

Tak lama kemudian dia selesai mengobati lukaku, dengan memakaikan plaster. “Pergilah ke rumah sakit. Mungkin ada luka lain selain ini,” katanya sambil membereskan kotak P3K dan menyimpannya kembali ke tempatnya. Gilby berlari menuju ruang UKS. Sesampainya disana, ia melihat sahabatnya.

“Nana!”

Aku terkejut karena panggilan Iby, dan tersenyum tipis padanya. Orang yang menolongku sudah pergi menginggalkan ruang ini, padahal aku belum bilang terimakasih.

“Kamu gapapa?” tanya Iby khawatir, aku mengangguk pelan. “Pasti Jesy, ya?" Gilby memeriksa bagian lukaku.

Aku meringis. “Maaf,” ucap nya.

“Siapa lagi kalau bukan dia," Cetusku. Gilby kini memeriksa kedua lenganku.

“Aw!"

Gilby sedikit terkejut karenaku. Wah, bener kata dia. Lengan kiriku sakit. Awalnya memang tidak terasa. Tapi semenjak Iby memeriksa kedua lenganku, mulai terasa sakitnya.

"Kita kerumah sakit ya Na?” Aku mengangguk. “YES!” Gilby menjitak dahiku.

“AW!” aku mengelus-ngelus dahi dan Gilby hanya tertawa kecil.

“Kalau gitu, Iby ke ruang guru ya. Izin sama bu Ratna,” Aku mengangguk sambil mengelus-ngelus dahiku yang masih terasa sakit.

Oh iya, Bu Ratna adalah guru walikelas kami. Beliau orang yang sangat baik pada semua murid. Tapi, bu Ratna juga termasuk orang yang tegas. Makannya kebanyakan murid disini menyukainya. Bisa dibilang, bu Ratna seperti ibu kita sendiri.

Iby mengantarkanku ke rumah sakit menggunakan sepeda istimewanya. Sebenarnya dia punya sepeda motor. Tapi kalau untuk bersekolah, ia lebih baik memakai sepeda istimewanya.

“Pegangan yang erat Na," Kata Iby, aku melingkarkan tanganku pada tubuhnya. Ah, aku hanya menggunakan tangan kananku.

Dalam waktu yang sama, tempat yang sama, juga situasi yang sama. Gilby begitu berharap kalau Nana bisa mengetahui isi lubuk hatinya. Tapi Nana terlalu polos untuk bisa mengerti. Ia juga bahkan tidak tahu sejak kapan ia merasakannya. Aku hanya ingin terus menjagamu, Na. Gilby hanya tersenyum singkat sambil mengayuh sepedanya.

“Iby..” kataku lirih.

Gilby hanya diam, bermaksud untuk membiarkan Nana berbicara. “Kalau Nana yang salah, apa Iby tetep percaya sama Nana?” aku menanyakan ini pada Iby karena aku takut. Kalau orang-orang disekitarku membenciku. Termasuk sahabatku.

“Nana, apapun yang kamu bilang, meskipun kamu berbohong pada Iby.. Iby tetep bakal percaya sama Nana. Iby pasti ngerti kenapa Nana begitu. Karena Iby tahu, Nana pasti punya alasannya,” Jawabnya dengan tersenyum dalam diam.

Aku lega, dia selalu berpikir positif. Kalau saja aku bisa bersamanya selamanya. Tapi aku juga tidak bisa menentukan masa depan yang belum pasti bisa sesuai dengan ekspetasiku.

Masa depan yang belum pasti bisa sesuai dengan ekspetasiku. -'Ibyyyy   

**

                                                                    21.00

Na.

Iby besok pagi gabakal jemput nana. Iby ada latihan band.

Maaf ya ):

Waa, baru inget kalo besok pagi dia harus latihan band dulu. Aku menghela napas. Mau bagaimana lagi, kalau Gilby tidak menjemputku aku kembali lagi menaiki bus sekolah, tapi memang sudah lama juga aku tidak menaiki bus sekolah. Terakhir kali saat aku masih duduk smp. Sejak itu Gilby masih belum ingin menggunakan sepeda istimewanya ke sekolah, katanya ia tidak ingin sepedanya rusak saat ia membawanya kesekolah. Aku sih hanya menyetujui pendapatnya saja, karena apa yang dilakukan saat itu tidak mempengaruhiku. Toh kita tidak tinggal berhadapan lagi.

Aku mematikan lampu dan langsung tertidur lelap, dia baik sekali saat itu. Menggemaskan juga. Sempat berfikir kalau aku akan bertemu dengannya lagi, entah kapan dan bagaimana.

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

Assalamu'alaikum
Kak Kidoo,salken...😉

2023-02-23

0

lihat semua
Episodes
1 1. Born Gars
2 2. NOM
3 3. Kepiting Rebus
4 4. Tak Berani
5 5. Catatan
6 6. Prime Park
7 7. Prike
8 8. Rusuh
9 9. Kunjungan
10 10. Wisuda
11 11. Menunggu Lama
12 12. Saling Mengasihi
13 13. Kejutan Kecil
14 14. Saudara, Jesy
15 15. Tentang Agha
16 16. Perkenalan Singkat
17 17. Iby
18 18. Sebatas Hati Yang Patah
19 19. Jangan Berucap
20 20. Rafa & Nathan
21 21. Undangan Pernikahan
22 22. Basseball
23 23. Alasan Agha
24 24. Rencana Pernikahan
25 25. Konser
26 26. Kecurigaan Jessy
27 27. Kebenaran Adik Agha
28 28. Kecerobohan Nana
29 29. Perasaan Lega
30 30. Kandungan Pertama
31 31. Rindang
32 32. Kekuatan
33 33. Liburan
34 34. Hal Yang Abadi
35 35. Supermarket
36 36. Cemburu
37 37. Rasa Suka
38 38. Sikap Agha
39 39. Tersentuh
40 40. Bandung
41 41. Nathan
42 42. Purwakarta
43 43. Waktu Luang
44 44. Berharga
45 45. Sikap Agha
46 46. Sikap Agha 2
47 47. Perawatan Intensif
48 48. Peduli
49 49. Keadaan Nana
50 50. Kejutan
51 51. Kejutan Special
52 52. Rencana
53 53. Menunggu
54 54. Pening
55 55. Kebohongan Nana
56 56. Kepulangan Jesy
57 57. Dibalik Kedekatannya
58 58. Informasi
59 59. Masa Lalu
60 60. Paruh Waktu Nathan
61 61. Rafa
62 62. Rasa Rindu
63 63. Pergi Sekolah
64 64. Sadar
65 65. Sekolah
66 66. Musik
67 67. Kekhawatiran
68 68. Bermain
69 69. Bianglala
70 70. Foto Box
71 71. Hari Pertama
72 72. Bertengkar
73 73. Bantu
Episodes

Updated 73 Episodes

1
1. Born Gars
2
2. NOM
3
3. Kepiting Rebus
4
4. Tak Berani
5
5. Catatan
6
6. Prime Park
7
7. Prike
8
8. Rusuh
9
9. Kunjungan
10
10. Wisuda
11
11. Menunggu Lama
12
12. Saling Mengasihi
13
13. Kejutan Kecil
14
14. Saudara, Jesy
15
15. Tentang Agha
16
16. Perkenalan Singkat
17
17. Iby
18
18. Sebatas Hati Yang Patah
19
19. Jangan Berucap
20
20. Rafa & Nathan
21
21. Undangan Pernikahan
22
22. Basseball
23
23. Alasan Agha
24
24. Rencana Pernikahan
25
25. Konser
26
26. Kecurigaan Jessy
27
27. Kebenaran Adik Agha
28
28. Kecerobohan Nana
29
29. Perasaan Lega
30
30. Kandungan Pertama
31
31. Rindang
32
32. Kekuatan
33
33. Liburan
34
34. Hal Yang Abadi
35
35. Supermarket
36
36. Cemburu
37
37. Rasa Suka
38
38. Sikap Agha
39
39. Tersentuh
40
40. Bandung
41
41. Nathan
42
42. Purwakarta
43
43. Waktu Luang
44
44. Berharga
45
45. Sikap Agha
46
46. Sikap Agha 2
47
47. Perawatan Intensif
48
48. Peduli
49
49. Keadaan Nana
50
50. Kejutan
51
51. Kejutan Special
52
52. Rencana
53
53. Menunggu
54
54. Pening
55
55. Kebohongan Nana
56
56. Kepulangan Jesy
57
57. Dibalik Kedekatannya
58
58. Informasi
59
59. Masa Lalu
60
60. Paruh Waktu Nathan
61
61. Rafa
62
62. Rasa Rindu
63
63. Pergi Sekolah
64
64. Sadar
65
65. Sekolah
66
66. Musik
67
67. Kekhawatiran
68
68. Bermain
69
69. Bianglala
70
70. Foto Box
71
71. Hari Pertama
72
72. Bertengkar
73
73. Bantu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!