Aku tidak pernah mengaharapkan apapun, aku hanya ingin bersama keluarga kecil ini sampai aku tua. Sampai suatu saat nanti anak-anakku sudah ada yang menemani hidup barunya, cukup sampai situ harapanku. Namun mau bagaimana lagi, takdir berkata lain. Semua yang aku rencanakan kini tidak sesuai dengan ekspetasi.
17 November 2011
Iby memintaku menemaninya latihan, ia merajuk sampai merengek. Aku tidak mengerti kenapa dia bertingkah sampai seperti ini, jadi geli hiiih.
“Na makan yuk!” ajak Iby, udah gila!
Nana baru saja selesai makan bekal dari mama, masa makan lagi?
“Ngga ah, Nana masih kenyang. Iby aja sana sama yang lain makan duluan, Nana tunggu disini aja gapapa,” jawabku sambil membenarkan posisi duduk, kemudian mengambil komik dari ransel.
Iby sedikit kecewa mendengar jawaban Nana, ia berjalan lemas menghampiri teman-temannya. Di tengah-tengah perjalanan kami saat menuju warung kopi, tiba-tiba Rian bertanya. “Gilby! Lu sama Nana masih temenan?”
“Emang kenapa?”
“Bertahun-tahun lu masih temanan sama Nana awet banget. Kenapa ga pacaran? Padahal kalian lengket banget tuh kayak stiker," celetuknya.
Cih semudah itu Rian ngomong, belum tahu aja dia perasaan Iby selama ini.
Iby menggeleng sambil tersenyum sinis. “Lo kalo ngerasain jadi gue pasti paham,”
Oh iya, Gilby bukan tipe orang yang sering bercerita mengenai dirinya kepada teman-teman, apalagi mengenai perasaan. Ia lebih suka dengan memahami masalah orang lain yang berbau percintaan. Secara perlahan ia bisa mengerti, namun dibandingkan dengan permasalahan perasaannya pada Nana ia tidak tahu harus bagaimana. Jika ia bergerak lebih jauh, ia takut kalau Nana akan semakin menjauh dari langkahnya. Dan jika ia jujur dengan perasaannya, apa Nana akan memahaminya? Mungkin saja bisa, tapi entahlah, bisa saja diluar ekspektasi.
Ada seseorang yang mengetuk pintu studio, namun tidak ada satupun jawaban. Karena itu ia langsung masuk kedalam. “Permisi..” ucapnya sambil melangkah dengan pelan. Ia mendapati seorang wanita yang sedang tidur, makannya dia berjalan pelan karena takut membangunkannya.
Aku merasa risih dengan suara lembaran-lembaran kertas yang menurutku cukup mengganggu waktu tidurku, karena itu aku terbangun paksa. Lagian dia kayak sengaja buat ngeganggu waktu tidurku dih. Eh tapi kan wajar, ini bukan tempat privasi untukku hmm.
Karena penasaran siapa yang membuatku terbangun dengan paksa, aku menelusuri asal suara tersebut dan ternyata hanya seorang. Ku kira salah satu temannya Iby, tapi ini berbeda. Dia memakai pakaian yang berbeda dengan Iby dan teman-temannya yang masih berpakaian seragam sekolah.
Apa jangan-jangan dia pencuri? Segera ku ambil buku note mungkin? Ah apalah itu yang berada di dekatku, kemudian aku memukulnya, “Maling! Maling!” tanpa belas kasihan aku memukulinya dengan keras sampai-sampai ia meringis kesakitan.
Ia melindungi kepalanya dengan kedua tangannya, “Aduh tolong maaf saya bukan maling!” Ia menghentikan pukulanku dengan menahan kedua tanganku kesamping.
Mataku yang sedaritadi tertutup karena takut -biasalah perempuan kalo apa-apa pasti nutup mata takut, tahu lha ya hihii. Kini memberanikan diri membuka mata dengan perlahan. Aku benar-benar terkejut! Bagaimana mungkin aku bisa bertemu dengannya disini? “Kok? Kok Agha bisa disini?” aku mengernyit heran.
“Nana sendiri kok bisa disini?” malah balik nanya hmm. Tapi wajar juga sih, dia baru lihat aku di tempat ini.
“Nana disini karena nemenin Iby latihan band. Eh iya, Nana belum ngasih tahu Agha ya.. Iby itu sahabat Nana,” jawabku.
“Kebetulan orang tua Agha pemilik tempat ini, beliau meminta tolong Agha untuk mencarikan sebuah berkas. Katanya sih disini, tapi Agha ngga tahu pasti dimana letaknya.” jelas Agha.
“Mau Nana bantu carikan? Siapa tahu lebih cepat nemuinnya, lagian tadi juga Nana udah kenyang tidur, daripada bosan yaa Nana mending bergerak sedikit,” Agha hanya mengangguk pelan, ia tersipu malu.
Ya ampun!
Kenapa orang cakep kalo lagi tersipu malu tuh bawaannya gemes banget si, terus mana setiap sama Nana dia begitu mulu. Eh apa mungkin ke orang lain juga dia gitu ya? Hmm mungkin saja.. Nananya saja kali ya yang kegeeran.
“Oh iya, boleh kasih tahu detail berkasnya kayak gimana?” gini-gini juga kalo soal mencari barang aku ahlinya, karena mataku sangat jeli.
“Seingat Agha berkasnya tuh pakai tempat dokumen yang warnanya biru ada tulisan FY-97,” jelas Agha. Warna biru, terlihat mudah bukan?
Tapi nyatanya, tidak semudah yang aku kira, kebanyakan berkas disini memakai tempat berwarna biru juga huhu. Mau tak mau aku harus melihat secara rinci dengan nama-namanya yang tertera.
Entah kenapa aku ingin merasa lebih akrab dengan Agha dengan mencoba membuka topik pembicaraan, siapa tahu dia akan menjawabnya. Walaupun kemungkinan besar bakal sulit.
“Nana mau tanya, apa Agha ada niatan atau mungkin apa Agha punya hobi bermain musik?” sambil mencari barang, a tidak ada salahnya kan sambil mengobrol daripada sunyi kayak kuburan.
“Nggak,” satu kata doang? Wah bener-bener sih ini orang dinginnya.
“Loh? Orang tua Agha kan pemilik tempat ini, berarti salah satunya beliau musisi juga kan?” setahuku biasanya gitu sih, orang yang memiliki tempat seperti ini biasanya saling berhubungan dengan pekerjaan maupun hobinya dia.
“Bukan.” Bener-bener sih ini, aku ngga habis pikir.
“Ih Agha!” marahku.
“Ya?” ya Tuhan… kok ada sih orang yang sikapnya gini?
Seketika suasana menjadi hening. Ya gimana ya, respon dari Agha saja sesingkat dan sedingin itu buat aku ngerasa paling cerewet sendiri disini. Walaupun emang kenyataannya aku orang yang cerewet sih hmm.
“Orang tua Agha hanya sebatas pemilik tempat ini, katanya beliau hanya meneruskan warisan dari ayahnya," jelas Agha tiba-tiba. Nah gitu dong ngomong yang Panjang, bukan cuma satu kata doang
Aku ber-oh-ria mendengar penjelasannya. “Kakek Agha hebat ya punya tempat ini,” dengan sedikit memujinya tidak apa-apa kan? Toh memang tempat ini bagus, apalagi soal kenyamanannya hehe. Makannya aku sampai bisa tidur pulas disini.
Tidak lama kemudian aku menemukan berkas yang sesuai dengan penjelasan Agha. “Ketemu!” aku langsung menghampiri Agha lalu memberikan berkasnya.
Agha tersenyum tipis. “Terimakasih banyak, Na..”
“Iya sama-sama? jangan sungkan sama Nana, ya. Kalau ada apa-apa boleh minta tolong ke Nana aja, pasti siap bantu kok. Apalagi kalau soal mencarikan barang hehe..” wah aku sudah gila! Mana mungkin aku bisa bertemu lagi dengan Agha, toh semuanya kebetulan.
“Oh iya, ngomong-ngomong kita belum pernah tuker sosial media ya? Boleh ga, Gha?” bar-bar banget ngga sih, Na? hmm gapapa deh udah terlanjur ngomong juga.
Bukannya mengeluarkan ponsel, melainkan ia menulis dalam notes. Mungkin dia lupa bawa ponsel kali ya?
Agha memberikan notesnya padaku. “Agha ngga yakin kalau bakal aktif terus di akun ini, ngga masalah?” ya Tuhan..
Aku hanya bisa tersenyum tipis sambil mengangguk kecil.
“Agha tinggal, ya. Terimakasih banyak atas bantuannya,” pamit Agha.
“Iya sama-sama, sampai bertemu lagi Agha!” jawabku yang kemudian ia pergi meninggalkan Nana sendirian disini.
Suatu hal yang merasa aneh pada diriku sendiri, aku ngerasa seneng setiap kali ngobrol sama Agha. Aku tahu kalau dia itu baik, walaupun sikap dingin yang membuat Nana sebal sendiri. Tapi jatuhnya jadi gemes ngga si, hahha.. aku udah gila.
Iby membuka pintu studio lalu mendapati Nana yang sedang kegirangan sambil memegang sebuah kertas, mungkin itu notes? Tapi kenapa dia bisa senang begitu? Rian menyadari tingkah Nana lalu menghampirinya untuk menggodanya.
“Wah apenih girang-girang gini Na?” Nana yang menyadari perkataan Rian langsung menyembunyikan notes itu pada kertasnya.
Dia hanya menjawabnya dengan menggelengkan kepala sambil senyum-senyum kegirangan. Ada perasaan yang ganjal pada diri Iby. Ingin sekali bertanya padanya, namun Iby merasa tidak sopan jika langsung bertanya. Iby mengurungkan niatnya untuk bertanya.
Jari jempolku sibuk bermain di layar ponsel, melihat-lihat postingannya sambil berbaring di ranjang. Agha tidak banyak memposting sesuatu, dan itu juga dia mempostingnya buka foto dirinya. Unik sih. Aku jadi penasaran dengan sosok Agha, entahlah tiba-tiba aku penasaran saja dengan Agha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
abdan syakura
Semangat trusss,Thor!!!!
2023-02-23
0