4. Tak Berani

Nathan asik bermain dengan adiknya di kolam renang kecil, membantunya berenang menggunakan pelampung yang kaki kecilnya sibuk bergerak dibawah air. Wajah Rafa berseri-seri, ia sangat senang bermain air. Nathan yang membantunyapun terlihat sangat senang dengan tingkah adiknya, membuat dirinya tertawa. Kami yang memantau mereka tak jauh dari kolam terbawa senang. Lucu sekali melihat adik dan kakak akur bermain.

“Rafa bisa seseneng itu main sama kakaknya,” ucap Nana tiba-tiba.

“Di umur segitu Rafa pasti bakal ngerasa seneng sama hal yang baru, Na. Biasanya juga kalo masih kecil suka banget main air,” sambung Agha sambil memberikannya segelas coklat panas.

“Nana penasaran waktu Nana kecil kayak gimana ya? Eh atau Nananya aja yang lupa kali ya?” Nana menyeringai, Wajar saja sudah berumur jadi kadang suka lupa.

Agha hanya menanggapinya dengan menggeleng-geleng kepala. “Oh iya, Agha waktu kecil kayak gimana? Nana sampai sekarang belum pernah denger cerita masa kecil Agha,” ada perasaan tidak enak pada Agha setelah Nana bertanya mengenai masa kecilnya.

Ia masih segan untuk membicarakan masa lalunya, banyak hal yang Agha tidak ingin mengingatnya kembali. Agha hanya bisa memandang Nana sebentar dan memberikannya senyum hangat kemudian menarik tangan Nana menuju kolam renang.

“Kakang! Bantu ayah jeburin nda ke kolam!” dengan senang hati Nathan membantu Ayah. Ia segera naik lalu berlari menuju Nana untuk menariknya ke kolam.

“Loh? Tiba-tiba? Jangan kakang, Nda masih pake baju dinas ya ampun..” rengek Nana.

Tidak ada satupun yang mendengarkan Nana, begitupun Rafa hanya bisa tertawa melihat tingkah kami. Kaki kecilnya yang semakin banyak bertingkah karna gemas. Nathan menarik Nana dengan sekuat tenaganya. Aduh gimana ngga gemes, dia narik menggunakan tenaganya yang kecil membuat Nana menjadi tersenyum senang melihatnya. Anak sama ayah sama aja, sama sama punya tingkah yang usil.

Pasrah aja deh sama apa yang mereka mau selagi mereka bahagia, Agha dan Nathan berhasil mendorong Nana ke kolam renang, membuat seluruh tubuhnya basah. Mereka hanya tertawa melihat Nana kebasahan, sebel banget deh.

Nana tak mau kalah, Ia diam-diam menarik Agha ke kolam renang. Jadi impas deh basah juga, Nathan semakin terbahak-bahak melihatnya. Nana turut ikut senang.

04 November 2011

Terlihat Jesy sedang melihat papan pengumuman, aku langsung menghampirinya diam-diam. Ternyata ia melihat sebuah poster pengumuman yang berisi lomba fotografi.

“Wah bagus ya fotonya,” Jesy bergidik karena keberadaanku tiba-tiba.

Aku menyengir padanya, dan Jesy hanya membalas dengan raut wajahnya yang menyebalkan kemudian ia pergi meninggalkanku. Aku langsung mengejarnya.

“Selama ini Jesy suka foto-foto toh?”

“….” langkah Jesy sedikit lebih cepat, melihat tingkahnya membuatku ingin semakin menggodanya hehe. Kalau dia tertarik kenapa ga ikut kan? Lumayan juga punya pengalaman ikut lomba fotografi.

“Nana ga pernah lihat orang yang suka foto-foto bagus disini, Hmm tapi kalo gasalah ada sih ana kips. Tapi Nana gatau kalau dia serius sama hobinya atau ngga. Katanya juga apapun yang dia foto hasilnya bakal bagus, Nana jadi penasaran. Tapi ngga ada salahnya kan nambah orang yang gemar foto-foto? Apalagi kalau sampe nyoba lomba, toh siapa tahu sekolah kita bisa juara.” jelas Nana Panjang lebar.

Langkah Jesy berhenti. "Na, Lagian gue gada niatan ikut lomba fotografi, kebetulan aja gue lagi lewat, terus cuma liat poster pengumumannya aja," jawab Jesy ketus.

“Halah Jesy bohong, cuma liat tapi sampe di foto posternya tuh buat apa coba?” Nana semakin curiga dengan tingkah Jesy. “Lagian foto Jesy bagus kok,” lanjutnya.

Aku tak sengaja melihat lockscreennya Jesy tadi. Fotonya bagus, ia memilih tempat dan posisi yang tepat. Walaupun aku bukan ahli dalam hal fotografi, tapi aku bisa menganalisis melalui gambarnya. Sebenarnya itu hal yang mendasar, orang-orang bisa melihatnya juga kalau mereka teliti.

“Itu bukan jepretan gue, lagian ini bukan buat gue,” jawab Jesy ketus lalu pergi meninggalkanku. Eh? Mungkin itu hasil foto dari pacarnya Jesy kali ya? Tapi Jesy orangnya tidak tertarik dengan laki-laki, Wah mencurigakan.

Aku berjalan lemas selama perjalanan. Bete banget, engga bete juga sih, gimana ya moodku lagi naik turun. Mana Iby hari ini ada latihan bandnya, bosen banget  Padahal awalnya aku ingin ajak Iby buat makan cuanki di dekat sekolah, tapi malah ngga jadi karena Iby ada jadwal latihan. Aku gabisa ngelak, akhir-akhir ini Iby bakal sibuk banget sama latihan bandnya. Wajar juga sih, mereka akan tampil di acara festival setelah ujian akhir lalu ada jadwal tampil juga di Jogja.

Mereka memiliki kesempatan untuk tampil di acara besar di Jogja. Keberuntungan yang bagus bukan? Andai saja aku punya kesibukan dalam hobiku, tapi aku takut mama marah lagi. Emang apa ada salahnya dengan hobiku? Membuat kerajinan kulit. Aku pernah bilang meminta mama belikan kulit untuk bahan kerajinanku, namun beliau menolaknya mentah-mentah sambil marah-marah pula huaaa gapaham deh. Apa mungkin mama jadi teringat dengan mendiang ayah gitu ya? Huft gatau deh Nana pusing.

Terdapat sebuah toko minuman kecil yang tak jauh dari halte sekolah berada, aku segera kesana lalu memesan minuman milk red velvet. Aku duduk di kursi kecil bermaterial kayu jati senada dengan mejanya juga. Sambil menunggu pesanan jadi, aku membaca komik dengan menidurkan kepalaku pada meja. Bukan hal yang baik, namun ini menjadi kebiasaanku. Posisi pw hehe.

Setelah membukan halaman kali kedua selanjutnya tiba-tiba ponselku bergetar, ternyata Iby.

“Iya By, ada apa telfon Nana?”

"Nana sekarang dimana?"

“Nana di Miru-Time yang deket sekolah,”

"Iby jemput ya, pulang bareng, Nana udah kenyang belum?"

“Belum.. tadinya mau ngajak Iby buat makan cuanki. Tapi sekarang Nana udah ga mood makan cuanki,"

"Oke tunggu disana ya. Iby baru beres latihan, sebentar lagi berangkat menuju tkp,"

“Iya By, hati-hati ya, Nana tunggu!” aku langsung mematikan telfonnya.

“Milk red velvet!” panggil pelayan. Aku langsung menghampirinya dan mengambilnya lalu duduk kembali di tempat yang sama dan melanjutkan membaca komik sambil menunggu Iby datang.

Agha menunggu seseorang di halte depan sekolah, matanya sibuk melihat-lihat keadaan sekitar hingga ia tertuju pada salah satu wanita si seberang sana. Wanita yang ia selalu temui, tak salah lagi kalau bukan Nana? Benar bukan panggilannya itu? Kalo tidak salah sih itu.

“Abang!” Aghapun menoleh dan memberikannya senyum hangat pada adiknya.

“Abang nunggu lama ya?”

“Ngga kok,” Notif ponsel Agha berbunyi, Ia segera membukanya.

“Jesy kirim abang poster lomba. Siapa tau abang mau ikut lomba, abang kan seneng foto-foto. Oh iya temen Jesy bilang foto yang ada di lockscreen ponsel Jesy bagus. Tuh abang udah dapat pujian dua kali nih. Ayo dong ikut lombanya,” bujuk Jesy memelas.

Agha sangat terima baik niat adiknya dan tahu bahwa itu kesempatan yang bagus untuknya, namun Agha masih ragu karena ia tidak ingin menyebabkan masalah dengan ayah yang keras kepala. Lelah jika Agha bergelut dengan ayah sendiri untuk kesekian kalinya, jadi Agha kemungkinan tidak untuk lomba fotografi.

“Udah ah, ayo pulang!” Agha dan Jesy segera menaiki bus.

Teman Jesy, Jesy sampai saat ini belum pernah memperkenalkan temannya secara langsung pada Agha. Ia selalu cerita panjang lebar tanpa menyebutkan namanya. Agha saja tidak tahu teman adiknya itu wanita atau pria, namun selama teman Jesy memperlakukannya baik padanya itu tidak menjadi masalah bagi Agha. Tapi tetap saja Agha harus tetap waspada, Ia takut kalau ada orang yang ingin melukai adiknya. Bahkan ia lebih rela kalau orang melukai dirinya.

“Maaf By, Nana jadi ngerasa canggung," ucap Nana pelan.

Iby merasakan ada hal yang aneh pada Nana, keadaan Nana kali ini cukup berantakan. Pandangannya yang tidak fokus. Ia berfikir kalau Nana Mungkin saja habis lembur, jadi wajar Mungkin?

“Nana gapapa?” suatu pertanyaan yang membuat seseorang menjadi runtuh seketika.

Air mata Nana mulai menetes perlahan.

“Nana gapapa, By. Nana gapapa," walaupun Nana berusaha memberikan senyum pada Iby, ia tetap wanita yang lemah saat beban atau suatu masalah besar yang menimpanya dan membuatnya hilang akal.

“Na-Nana gapapa by, Nana gapapa. Tapi kenapa air mata Nana keluar terus? Padahal Nana gapapa,” air mata Nana berhasil membanjiri pipinya yang gembul. Nana menangis tersedu-sedu.

Iby menjadi runtuh melihatnya Nana menangis seperti ini. Selama mereka berteman, Nana tidak pernah menunjukan sisi lemahnya pada Iby. Ada suatu kejadian Nana menangis karena mamanya tidak diberi bahan kulit untuk kerajinannya. Ia hanya bisa memberi Nana pelukan lalu mengelus-ngelus kepalanya dengan lembut. Sebagai teman, walaupun ini sebenarnya tidak sopan, tapi Iby tidak kuat melihat Nana dengan keadaan yang runtuh ini.

“Agha By… Na-Nana ga kuat…” ucap Nana tiba-tiba. Setelah mendengar perkataan Nana, pikiran yang terlintas di Iby membuatnya menjadi kesal sendiri.

Episodes
1 1. Born Gars
2 2. NOM
3 3. Kepiting Rebus
4 4. Tak Berani
5 5. Catatan
6 6. Prime Park
7 7. Prike
8 8. Rusuh
9 9. Kunjungan
10 10. Wisuda
11 11. Menunggu Lama
12 12. Saling Mengasihi
13 13. Kejutan Kecil
14 14. Saudara, Jesy
15 15. Tentang Agha
16 16. Perkenalan Singkat
17 17. Iby
18 18. Sebatas Hati Yang Patah
19 19. Jangan Berucap
20 20. Rafa & Nathan
21 21. Undangan Pernikahan
22 22. Basseball
23 23. Alasan Agha
24 24. Rencana Pernikahan
25 25. Konser
26 26. Kecurigaan Jessy
27 27. Kebenaran Adik Agha
28 28. Kecerobohan Nana
29 29. Perasaan Lega
30 30. Kandungan Pertama
31 31. Rindang
32 32. Kekuatan
33 33. Liburan
34 34. Hal Yang Abadi
35 35. Supermarket
36 36. Cemburu
37 37. Rasa Suka
38 38. Sikap Agha
39 39. Tersentuh
40 40. Bandung
41 41. Nathan
42 42. Purwakarta
43 43. Waktu Luang
44 44. Berharga
45 45. Sikap Agha
46 46. Sikap Agha 2
47 47. Perawatan Intensif
48 48. Peduli
49 49. Keadaan Nana
50 50. Kejutan
51 51. Kejutan Special
52 52. Rencana
53 53. Menunggu
54 54. Pening
55 55. Kebohongan Nana
56 56. Kepulangan Jesy
57 57. Dibalik Kedekatannya
58 58. Informasi
59 59. Masa Lalu
60 60. Paruh Waktu Nathan
61 61. Rafa
62 62. Rasa Rindu
63 63. Pergi Sekolah
64 64. Sadar
65 65. Sekolah
66 66. Musik
67 67. Kekhawatiran
68 68. Bermain
69 69. Bianglala
70 70. Foto Box
71 71. Hari Pertama
72 72. Bertengkar
73 73. Bantu
Episodes

Updated 73 Episodes

1
1. Born Gars
2
2. NOM
3
3. Kepiting Rebus
4
4. Tak Berani
5
5. Catatan
6
6. Prime Park
7
7. Prike
8
8. Rusuh
9
9. Kunjungan
10
10. Wisuda
11
11. Menunggu Lama
12
12. Saling Mengasihi
13
13. Kejutan Kecil
14
14. Saudara, Jesy
15
15. Tentang Agha
16
16. Perkenalan Singkat
17
17. Iby
18
18. Sebatas Hati Yang Patah
19
19. Jangan Berucap
20
20. Rafa & Nathan
21
21. Undangan Pernikahan
22
22. Basseball
23
23. Alasan Agha
24
24. Rencana Pernikahan
25
25. Konser
26
26. Kecurigaan Jessy
27
27. Kebenaran Adik Agha
28
28. Kecerobohan Nana
29
29. Perasaan Lega
30
30. Kandungan Pertama
31
31. Rindang
32
32. Kekuatan
33
33. Liburan
34
34. Hal Yang Abadi
35
35. Supermarket
36
36. Cemburu
37
37. Rasa Suka
38
38. Sikap Agha
39
39. Tersentuh
40
40. Bandung
41
41. Nathan
42
42. Purwakarta
43
43. Waktu Luang
44
44. Berharga
45
45. Sikap Agha
46
46. Sikap Agha 2
47
47. Perawatan Intensif
48
48. Peduli
49
49. Keadaan Nana
50
50. Kejutan
51
51. Kejutan Special
52
52. Rencana
53
53. Menunggu
54
54. Pening
55
55. Kebohongan Nana
56
56. Kepulangan Jesy
57
57. Dibalik Kedekatannya
58
58. Informasi
59
59. Masa Lalu
60
60. Paruh Waktu Nathan
61
61. Rafa
62
62. Rasa Rindu
63
63. Pergi Sekolah
64
64. Sadar
65
65. Sekolah
66
66. Musik
67
67. Kekhawatiran
68
68. Bermain
69
69. Bianglala
70
70. Foto Box
71
71. Hari Pertama
72
72. Bertengkar
73
73. Bantu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!