Mulut manis seorang Lutfhi sudah siap membuat seorang Tini luluh. Dia sudah siap membuat Tini rela melepaskan janin di dalam rahimnya untuk di tumbalkan pada mahluk ghaib yang ada di dalam peliharaan di keris tersebut.
Luthfi yang sudah tidak sabar untuk menjadi seorang milyarder, terus mengucapkan kata-kata manis yang siap meluluhkan hati Tini. Tak hanya sekedar kata saja, Lutfhi juga menunjukkan menggunakan sikap yang begitu perhatian pada seorang Tini. Dia benar-benar memperlakukan Tini sebagai seorang ratu.
Tini di minta Lutfhi untuk tidak masak, Lutfhi yang mengerjakan itu. Begitu juga dengan pekerjaan rumah lainnya seperti mencuci piring dan baju. Semua itu dikerjakan oleh Lutfhi. Dia hanya meminta Tini untuk menumbalkan janin dalam kandungannya itu pada mahluk peliharaan yang ada di keris. Dengan begitu, Lutfhi akan segera mendapatkan kekayaan yang dia inginkan.
Melihat suaminya itu bersungguh-sungguh. Akhirnya Tini menerima permintaan dari Lutfhi akan janinnya tersebut. Dia merelakan janin yang ada di kandungannya saat itu untuk di tumbalkan. Sebenarnya Tini juga tidak menyukai dirinya memiliki anak lagi. Tapi masa Tini rela menumbalkan darah dagingnya sendiri. Walaupun akhirnya Tini menumbalkan juga darah dagingnya tersebut.
Lutfhi seketika bahagia menyambut keinginan Tini untuk menumbalkan janin yang ada di kandungannya tersebut. Usaha dari seorang Lutfhi dalam merayu Tini akhirnya berhasil. Meskipun Lutfhi harus susah payah untuk membuat Tini luluh dengan segala cara yang di lakukan oleh Lutfhi pada Tini.
Lutfhi dan Tini segera mendatangi kembali dukun Kancil atau mbah Prio. Mungkin saja mbah Prio sudah menunggu kedatangan dari Lutfhi dan Tini. Ini akan jadi hari yang paling membahagiakan bagi Lutfhi. Cita-citanya untuk menjadi orang kaya akan segera tercapai. Lutfhi akan segera mewujudkan keinginan dari dirinya untuk segera kaya.
Di perjalanan menuju rumah mbah Prio, Lutfhi sudah menceritakan keinginannya dari dirinya jika menjadi orang kaya. Mungkin Lutfhi akan membeli banyak hal dengan uang yang akan segera mereka dapatkan secara cuma-cuma tersebut. Lutfhi ingin membuat rumah mewah dengan kolam renang dan halaman yang luas. Dia juga ingin membeli kendaraan untuk dirinya pergi kemana saja. Mulai dari kendaraan roda dua, hingga roda empat. Mungkin akan di beli oleh Lutfhi dengan uang tersebut. Hingga Lutfhi akan di pandang oleh orang kampung sebagai orang paling kaya.
Tak hanya Lutfhi yang menghayal demikian, Tini juga mulai membayangkan dirinya yang akan menjadi seorang sosialita yang hidupnya mewah. Mungkin Tini tidak akan lagi menggunakan anting murah yang selama ini sering menyakiti telinganya. Tini akan menggunakan anting berlian yang mahal dari produk luar negeri. Mungkin itu yang akan Tini gunakan saat dia menjadi orang kaya nantinya.
Semua khayalan yang sudah ada di otak Tini dan Lutfhi, membuat keduanya lupa daratan. Keduanya seakan sudah melupakan hidup yang sementara. Namun keduanya mengorbankan semua akhirat dengan kesenangan duniawi yang sementara. Sungguh sebuah kerugian bagi Lutfhi dan Tini akan aksinya tersebut. Sebab mereka mengorbankan kehidupan akhirat yang kekal dengan dunia yang sifatnya hanya sementara saja. Kehidupan yang tidak ada artinya.
Keduanya tidak ragu untuk bersekutu dengan seorang dukun yang merupakan budak dari setan. Mereka seolah bangga telah bersekutu dengan setan yang telah menjerumuskan keduanya pada sebuah kesesatan semata.
Tiba di rumah dukun kancil, keduanya langsung merasa aura mistis yang begitu terasa. Bulu kuduk keduanya seketika berdiri dengan begitu cepatnya. Berbarengan dengan angin halus yang tiba-tiba berhembus dengan begitu kencangnya. Semakin tak masuk akal, pintu dukun kancil yang awalnya tertutup dengan begitu rapatnya. Tiba-tiba pintu tersebut terbuka dengan sangat lebarnya. Tini yang ketakutan, tak henti melepaskan pelukan kuatnya dari tubuh Lutfhi.
"Apa kamu tidak merasa takut?" Tanya Tini yang terus bersembunyi di tubuh kekar Lutfhi.
"Sepertinya tidak, untuk apa kita takut. Kita akan bertemu dengan mereka. Bahkan kita akan bersekutu dengan mereka." Jawab Lutfhi yang mulai terbiasa.
Dengan menggandeng Tini, Lutfhi masuk kedalam rumah dukun kancil. Aroma bau menyan langsung terhirup begitu kuat. Hingga Lutfhi dan Tini benar-benar ingin muntah dengan bau aroma menyan tersebut.
Tini dan Lutfhi pun harus terus menutup hidung mereka rapat-rapat untuk mengindari bau menyan yang terus menerobos hidung mereka berdua. Sampai keduanya tiba di ruangan yang biasa di gunakan oleh dukun kancil untuk melakukan praktek ilmu hitamnya. Baru, Tini dan Lutfhi melepaskan tangan mereka dari hidung masing-masing.
Tini dan Lutfhi pun langsung duduk di hadapan dukun kancil. Keduanya langsung tersenyum pada dukun kancil saat sang dukun tersebut menatap wajah Tini dan Lutfhi. Keduanya begitu antusias untuk bertemu dengan dukun tersebut. Apalagi Tini dan Lutfhi akan segera menjadi orang kaya dengan keris sakti yang telah ada di genggaman mereka berdua. Sekali pun Tini harus mengorbankan bayi dalam kandungannya untuk di persembahkan sebagai tumbal pada genderuwo yang ada di dalam keris tersebut.
"Apa kamu sudah bersedia untuk mengorbankan janin yang ada di dalam kandungan kamu untuk genderuwo yang ada di keris tersebut?" Tanya dukun kancil menatap tajam Tini.
"I-I-Iya mbah. Saya siap mengorbankan janin saya sebagai tumbal." Jawab Tini ketakutan.
"Kamu tidak perlu takut, kamu akan jadi budak dari genderuwo nantinya. Jadi kamu harus berani. Paham!" Tegas dukun kancil.
"Iya Mbah. Paham." Jawab Tini dengan tegas.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Lutfhi penasaran.
Mbah Prio mengajak Lutfhi dan Tini untuk masuk kedalam sebuah ruang khusus. Di ruangan tersebut, terdapat sebuah ranjang. Dimana nantinya Tini di minta Mbah Prio untuk berbaring.
Tini yang masih ketakutan, nampak tidak yakin untuk naik ke atas ranjang berbahan busa tersebut. Dia terlihat ragu saat akan menaiki ranjang busa tersebut. Hingga Tini sempat menolak untuk naik ke atas ranjang tersebut.
Lutfhi pun harus kembali merayu Tini untuk dapat naik kembali ke atas ranjang tersebut. Dengan begitu Tini akan segera mengorbankan janin yang ada di rahim miliknya pada genderuwo tersebut. Ini akan menjadi tumbal pertama yang akan di tumbalkan oleh Tini dan Lutfhi.
Tini pun akhirnya menuruti perintah dari Lutfhi untuk naik ke atas ranjang tersebut. Dia yang masih ketakutan, terus memegangi tangan Lutfhi saat sudah berada di atas ranjang tersebut.
"Apakah kamu sudah siap untuk melakukan ritual pengambilan janin kamu?" tanya Mbah Prio.
"Si-si-siap Mbah. Saya siap." Jawab Tini yang masih terlihat ketakutan.
Dengan sebuah kelapa muda di tangan kirinya. Serta sebuah dupa yang menyala di tangan kanannya. Mbah Prio mulai membacakan mantra yang nantinya akan membuat janin di dalam rahim Tini di santap oleh genderuwo tadi.
Perlahan suasana di ruangan itu pun mencekam. Lampu-lampu yang awalnya begitu terang menyorot ke arah Tini dan Lutfhi. Kini satu persatu mulai padam. Hanya ada lampu utama yang masih menyala dengan nyala remangnya.
Tini pun mulai merasakan kesakitan yang teramat. Perutnya terasa seperti sedang di aduk menggunakan sebuah sendok besar. Hingga Tini merasakan sebuah kesakitan tersendiri. Tini pun mengerang kesakitan. Sementara Lutfhi yang mulai panik melihat kondisi Tini yang terlihat begitu kesakitan. Hanya mencoba membuat Tini lebih tenang lagi. Mungkin dengan cara tersebut, Tini akan semakin tenang.
Perlahan bagian bawah Tini pun mengeluarkan darah. Darah itu seketika membasahi kedua kaki Tini yang awalnya begitu kering. Tini semakin terlihat kesakitan dengan kucuran dari yang keluar dari tubuhnya tersebut. Perlahan Tini pun akhirnya pingsan. Berbarengan dengan kondisi ruangan yang kembali normal.
"Apakah istri saya akan baik-baik saja Mbah?" Tanya Lutfhi dengan paniknya.
"Tidak akan terjadi apa-apa dengan istri kamu. Dia akan baik-baik saja. Jadi kamu tidak harus khawatir dengan kondisi istri kamu tersebut." Jawab Mbah Prio.
Mbah Prio pun meminta Lutfhi membawa tubuh Tini untuk pergi ke ruangan lainnya. Sebab darah yang mengucur dari bagian sensitif tubuh Tini. Akan di gunakan Mbah Prio untuk keperluan ritual lainnya. Sehingga genderuwo dalam keris tersebut akan semakin menuruti perintah seorang Lutfhi.
Tanpa pikir panjang, Lutfhi yang sudah tidak sabar untuk bersekutu dengan genderuwo tersebut. Membawa tubuh Tini ke ruangan yang sudah di persiapkan oleh Mbah Prio. Lutfhi pun menuruti perintah Mbah Prio untuk membersihkan darah yang mengotori bagian kaki dari tubuh Tini. Darah itu lalu di kumpulkan oleh Lutfhi kedalam sebuah wadah untuk di jadikan bahan ritual dari seorang dukun kancil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 287 Episodes
Comments