Menikahi Putri Kecil Bestie

Menikahi Putri Kecil Bestie

01. Kabar Kehamilan

"Aku hamil."

Binar melempar alat tes kehamilan itu di atas meja, sementara pria itu membenahi kacamata. Belum ada air muka terpancar dari wajahnya, pria itu hanya menatap Binar datar.

"Itu sudah alat yang kelima, jadi jangan bilang kalau ada kesalahan. Haidku juga terlambat dua bulan, dan seharusnya kamu yang paling paham dengan maksudku sekarang."

Kini pria itu melepas kacamatanya. Riswan Darmawangsa, kepala eksekutif perusahaan IndoGood, pewaris tunggal Wangsa Group. Ia memandang Binar dengan kening yang dikerutkan.

"Kamu sendiri yang bilang kalau malam itu nggak terjadi sesuatu di antara kita, kenapa jadi hamil tiba-tiba?"

Binar berdecak, ia memutar bola mata malas. Hari itu ia berbohong. Binar terlalu malu mengaku pada pria itu bahwa memang terjadi sesuatu. Bodoh memang, kenapa juga ia mau bercinta dengan pria mabuk?

"Kalau nggak percaya ya sudah. Kita tes DNA saja setelah bayinya keluar!"

"Bukan begitu maksudku," Riswan bangkit dari duduknya.

Ia berjalan menuju sofa di dalam ruang kerja, sambil mengajak Binar supaya mau mengikutinya. Kini mereka duduk berhadapan. Riswan memandang perempuan yang masih berseragam sekolah itu dengan saksama.

"Kenapa bohong padaku? Ini nggak akan terjadi seandainya kamu bicara jujur."

Ya, Binar masih ingat betul. Malam ketika Riswan datang ke rumahnya dalam keadaan mabuk. Ketika itu mama dan papanya sedang sibuk, perjalanan bisnis orang tuanya melancarkan kejadian malam itu.

"Kalau tau lebih awal juga bisa apa? Mau kasih aku obat penggugur kandungan?" ketus Binar.

Riswan memijat pelipisnya, "Yakin, kamu nggak tidur sama laki-laki lain?" tuduhnya skeptis.

Binar langsung mendelik, "Itu pertama dan terakhir! Aku kan sudah bilang, kalau memang nggak percaya ya kita tunggu saja sampai lahiran!"

"Bukan masalah percaya atau tidak, Binar! Fakta bahwa kamu bohong saja, sudah membuatku ragu dengan kebenarannya!" cecar Riswan tak mau kalah.

Pandangan Binar pun menajam. Ia menatap Riswan dengan penuh amarah.

"Ini anak kita. Itu kebenaran yang perlu kamu percaya!" tandasnya.

Tak gencar dengan ucapan Binar, Riswan membuang napas panjang. Pria itu tidak pernah membayangkan bahwa beginilah akhir dari jalan hidupnya.

Binar adalah putri tunggal dari sahabatnya, bagaimana mungkin mereka bercinta? Hal itu terus mengganggu kepala Riswan.

Hari itu memang ia terbangun di kamar Binar, tapi bukan berarti terjadi sesuatu, kan? Riswan sungguh tak mengingat satupun adegan percumbuan mereka. Lantas bagaimana bisa menyebabkan kehamilan?

Kalau sudah begini, apa yang akan terjadi dengan hubungan persahabatan dirinya dengan Ned dan Tria?

Lagi-lagi Riswan mendengus berat. Ia merasakan atmosfer di sekitarnya menjadi begitu panas dan menyesakkan. Kewarasan Riswan telah menghilang, dan ia kembali memandang Bimar yang masih pada ketenangannya.

"Gugurkan saja," tandas Riswan kemudian.

Tentu ucapan itu bukan tidak ada dalam prediksi Binar. Ia sudah menduganya. Pria berusia empat puluh tahun yang tak kunjung menikah, seharusnya semua orang sadar dengan apa yang terjadi dengannya, bukan?

"Pengecut," ejek Binar. "Sudah berapa banyak perempuan yang kamu suruh begitu?"

Isu yang beredar tetang Riswan memang demikian. Gonta-ganti wanita demi memuaskan nafsu birahinya. Binar sudah sering mendengarnya, ia hapal di luar kepala.

Tapi malam itu adalah ulang tahunnya, dan ia tidak bisa menolak Riswan. Pesona tubuh Riswan yang basah akibat terguyur hujan, juga aroma alkohol yang keluar dari mulutnya, Binar tergoda.

Ia yang sengaja membiarkan Riswan menyentuhnya. Dia juga yang secara sadar mengijinkan Riswan masuk ke kamar. Jadi, Binar sudah siap dengan konsekuensi yang menimpanya sekarang.

"Aku sedang berusaha memikirkan masa depanmu, Binar. Delapan belas tahun dan berniat menjadi ibu? Konyol kamu!"

Akal sehat Riswan sudah hilang ketika suaranya memenuhi ruangan. Tentu Binar tidak memikirkan apapun kecuali melahirkan bayinya. Binar hanyalah anak remaja yang belum sepenuhnya sadar dengan kondisi yang menimpa mereka.

Tapi bagaimana dengan Riswan? Dia paham betul dengan keadaan yang dihadapinya. Ia belum ada rencana menikah, apalagi tertarik untuk melakukannya. Sama sekali tidak, pilihan hidup seperti itu tak pernah ada di kamus Riswan.

Pikiran Riswan kian kacau begitu menyadari bahwa dirinya sudah merusak anak dari sahabatnya. Lantas bagaimana mungkin Riswan berani untuk punya anak? Ia tidak berani membayangkan jika dirinya ada di posisi Ned dan Tria.

Kini Riswan mengacak rambutnya sembarangan. Helai-helai yang semula rapi pun menjadi berantakan. Riswan mengambil satu kesimpulan yang tidak bisa diganggu gugat.

"Sekarang kita ke rumah sakit. Aku punya kenalan dokter yang bisa mengurus masalah ini," kata Riswan tegas.

Mereka tidak perlu diskusi atau pertimbangan. Dalam konteks ini, Riswan bertanggung jawab penuh dengan hal yang menimpa Binar. Kalau benar Binar mengandung buah hatinya, maka Riswan berhak pula untuk mengugurkan.

Pria itu buru-buru meraih dan mengenakan jas formalnya. Sementara Binar masih tenang di sofa sambil mengikuti gerak Riswan. Perempuan itu bisa membaca dengan jelas kegelisahan Riswan, ia tampak terguncang.

Sama persis dengan reaksi Binar ketika mendapati dirinya hamil untuk pertama kalinya. Ia tidak nafsu makan, berharap bayi itu bisa mati dengan sendirinya jika tak diberi asupan.

Namun usaha itu tak memberikan hasil yang maksimal. Aktivitas Binar justru terganggu hingga nyaris pingsan. Sejak saat itu Binar menyerah, dan ia bisa maklum dengan reaksi Riswan sekarang.

"Aku sudah ke rumah sakit sebelum menemuimu ke sini," ujar Binar menjelaskan dengan hati-hati.

"Bayinya sehat, sudah masuk minggu kesepuluh dan jantungnya berdegup dengan sempurna. Aku datang hanya untuk memberitahukannya, dan kalaupun kamu nggak ada niat baik untuk bertanggung jawab, maka keputusanku tetap sama."

Binar melemparkan tatapan tajam yang membuat Riswan terdiam seribu bahasa, "Aku akan melahirkannya."

Binar bangkit dari duduknya. Ia membenahi tas ransel dan berniat meninggalkan ruangan. Namun ia sekali lagi menoleh pada Riswan, Binar memberikan satu penegasan yang sejak tadi membuat pria itu gusar.

"Akan aku rahasiakan dari mama dan papa kalau itu bisa membuatmu tenang."

Tidak ada jawaban.

Riswan hanya mematung di tempat sambil memandangi kepergian Binar. Sebetulnya apa sudah ia lakukan pada remaja yang seharusnya dilingkupi kebahagiaan? Penat benar kepala Riswan.

Ekor matanya beralih pada alat penguji kehamilan. Lantas kembali mendengus panjang ketika menyadari sebuah kebenaran.

Sepertinya, malam itu telah menjadi kesalahan terbesar bagi Riswan.

Sementara itu, Binar yang sudah sampai di lobi mengusap air di sudut matanya. Sejenak perasaan ragu menyelimuti keputusan yang telah ia buat.

Mampukah ia menjadi ibu tunggal diusia muda?

Boleh jadi Riswan ada benarnya. Ia masih terlalu muda, dan menjadi ibu adalah hal konyol yang ia lakukan.

Binar menyentuh perutnya sambil memejamkan mata. Sayup-sayup degup jantung dengan irama pelan itu digemakan telinganya. Bagaimanapun juga, Binar tidak boleh menyerah.

Sebab kini ada nyawa yang butuh perlindungannya.

Episodes
1 01. Kabar Kehamilan
2 02. Restu Orang Tua
3 03. Jadi Menantu Sahabat Karib
4 04. Menemui Greg Darmawangsa
5 05. Diusir Dari Rumah
6 06. Hari Pernikahan
7 07. Resmi Menjadi Darmawangsa
8 08. Kehidupan Baru Dimulai
9 09. Tiada Harapan
10 10. Mereka Berantakan
11 11. Pergulatan Di Rumah
12 12. Sesaknya Pikiran
13 13. Prosesi Makan Malam
14 14. Terkapar Lemah
15 15. Resiko Hamil Muda
16 16. Binar Keguguran?
17 17. Perhatian Kecil Riswan
18 18. Manis, Sepah Dibuang
19 19. Cemas dan Sisa Rasa
20 20. Rhea, Yang Begitu Dicinta
21 21. Keluarga Alvero
22 22. Memohon Kembali
23 23. Sumpah Tengah Malam
24 24. Dendam Terpendam
25 25. Cemburu Buta
26 26. Ragu Yang Mengembang
27 27. Tentang Kopi Hitam
28 28. Mengantar Kepergian Riswan
29 29. Kehadiran Teman Belajar
30 30. Telpon Darurat
31 31. Alasan Mengapa
32 32. Satu Lelaki dan Wanita
33 33. Bayang-bayang Rhea
34 34. Terbuai Cinta Masa Silam
35 35. Hutang Budi Pada Sean
36 36. Pesta Tahunan Sekolah
37 37. Sidang Dadakan
38 38. Jadwal Konsultasi
39 39. Huru-Hara Rumah Tangga
40 40. Ned dan Tria
41 41. Pro-Kontra Dua Permintaan
42 42. Dilema Batin Seorang Riswan
43 43. Ikatan Sebab Akibat
44 44. Hubungan Antar Karib
45 45. Penyesalan Tiada Akhir
46 46. Keluarga Kecil Alvero
47 47. Sepasang Yang Terpaksa Tuntas
48 48. Berita Duka
49 49. Pemakaman Terkasih
50 50. Melepas Hasrat
51 51. Rumah Kaca
52 52. Hubungan Suami-Istri
53 53. Duka Kedua Setelahnya
54 54. Bilik Kamar
55 55. Zue dan Yan
56 Surat Cinta ~ Setelah Kematian
57 BAB 01 - UPACARA PEMBUKA (BRIDE WITH BENEFITS)
58 BAB 02 - PANGGUNG SANDIWARA (BRIDE WITH BENEFITS)
59 BAB 03 - JADI PENGANTIN BAYARAN (BRIDE WITH BENEFITS)
Episodes

Updated 59 Episodes

1
01. Kabar Kehamilan
2
02. Restu Orang Tua
3
03. Jadi Menantu Sahabat Karib
4
04. Menemui Greg Darmawangsa
5
05. Diusir Dari Rumah
6
06. Hari Pernikahan
7
07. Resmi Menjadi Darmawangsa
8
08. Kehidupan Baru Dimulai
9
09. Tiada Harapan
10
10. Mereka Berantakan
11
11. Pergulatan Di Rumah
12
12. Sesaknya Pikiran
13
13. Prosesi Makan Malam
14
14. Terkapar Lemah
15
15. Resiko Hamil Muda
16
16. Binar Keguguran?
17
17. Perhatian Kecil Riswan
18
18. Manis, Sepah Dibuang
19
19. Cemas dan Sisa Rasa
20
20. Rhea, Yang Begitu Dicinta
21
21. Keluarga Alvero
22
22. Memohon Kembali
23
23. Sumpah Tengah Malam
24
24. Dendam Terpendam
25
25. Cemburu Buta
26
26. Ragu Yang Mengembang
27
27. Tentang Kopi Hitam
28
28. Mengantar Kepergian Riswan
29
29. Kehadiran Teman Belajar
30
30. Telpon Darurat
31
31. Alasan Mengapa
32
32. Satu Lelaki dan Wanita
33
33. Bayang-bayang Rhea
34
34. Terbuai Cinta Masa Silam
35
35. Hutang Budi Pada Sean
36
36. Pesta Tahunan Sekolah
37
37. Sidang Dadakan
38
38. Jadwal Konsultasi
39
39. Huru-Hara Rumah Tangga
40
40. Ned dan Tria
41
41. Pro-Kontra Dua Permintaan
42
42. Dilema Batin Seorang Riswan
43
43. Ikatan Sebab Akibat
44
44. Hubungan Antar Karib
45
45. Penyesalan Tiada Akhir
46
46. Keluarga Kecil Alvero
47
47. Sepasang Yang Terpaksa Tuntas
48
48. Berita Duka
49
49. Pemakaman Terkasih
50
50. Melepas Hasrat
51
51. Rumah Kaca
52
52. Hubungan Suami-Istri
53
53. Duka Kedua Setelahnya
54
54. Bilik Kamar
55
55. Zue dan Yan
56
Surat Cinta ~ Setelah Kematian
57
BAB 01 - UPACARA PEMBUKA (BRIDE WITH BENEFITS)
58
BAB 02 - PANGGUNG SANDIWARA (BRIDE WITH BENEFITS)
59
BAB 03 - JADI PENGANTIN BAYARAN (BRIDE WITH BENEFITS)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!