02. Restu Orang Tua

Ned dan Tria kehabisan kata.

Sepasang suami istri itu menatap Binar penuh harapan. Mereka menagih kebohongan dari pengakuan Binar barusan. Untuk kali pertama, mereka berharap kalau anaknya adalah pendusta.

Tapi usaha itu sia-sia. Nihil yang mereka dapatkan. Binar tak memberi penjelasan. Tandanya justru menegaskan bahwa putri mereka mengungkap kebenaran.

Gelagat Binar yang menunduk pasrah memperkuat ucapannya. Detik itu juga Tria menjerit histeris sambil memegangi sudut meja.

Memangnya siapa yang bisa mengendalikan rekasi dalam situasi seperti sekarang?

Wanita itu merasa gagal. Sebagai seorang ibu, Tria gagal melindungi putri sematawayang mereka dari pergaulan bebas. Hatinya porak poranda, hancur sudah hidup mereka.

Ned sang ayah berulang kali mengusap wajah dengan kasar. Dia begitu mencintai Binar. Putri tunggal yang dibesarkan layaknya ratu kerajaan, siapa yang berani menjamahnya tanpa pernikahan?!

"Jadi kamu bersikeras merahasiakannya?"

Binar mengangguk mantap, "Melahirkan bayi ini adalah keputusanku, Pa. Terlepas dari kesepakatan mama, papa, dan ayah biologisnya."

Tria sudah tidak kuasa menahan tangisnya. Wanita bertubuh langsing dengan pakaian modis itu tak peduli lagi pada keanggunan. Akal sehatnya sudah tidak berguna.

"Beritahu papa atau kita gugurkan sekarang juga!" tandas Ned tanpa keringanan.

Ned tidak bermaksud mengatakannya. Pria itu terlampau frustasi dengan keadaan yang menimpa putrinya. Ia tidak sanggup menyaksikan kehancuran hidup Binar.

Medengar ucapan sang papa, mata Binar membulat. Ia tidak mengira jika pria itu akan berkata demikian. Wajar jika Riswan yang melakukannya, tapi sebagai seorang ayah, Ned seharusnya tidak.

"Laki-laki mana sih yang berusaha kamu lindungi itu, Binar? Kami juga tidak mungkin melabrak keluarganya meski sangat murka," keluh Tria tak lepas mengelus dadanya.

Adegan dramatis yang sejujurnya tidak ingin Binar saksikan. Raut kekecewaan tampak jelas mengakuisisi wajah kedua orang tuanya. Namun Binar terlanjur janji untuk tetap merahasiakan kebenaran.

"Masuk kamar! Renungkan ucapanku selagi aku masih sabar!" Ned kembali bertitah.

"Ingat, Binar. Jangan berpikir untuk keluar kamar sebelum papa dengar nama lelaki itu! Camkam baik-baik dalam pikiranmu!" teriak Ned mengiringi langkah Binar.

Binar pernah melihat adegan seperti ini lewat serial televisi atau drama, tapi tak pernah mengira jika sesakit ini rasanya. Momen dimana keluarga tak bisa lagi menjadi tempat perlindungan. Kondisi di mana ia merasa terbuang.

Ia tak punya pilihan selain meringkuk dalam pelukan selimut tebal. Binar mengusap lagi air di sudut mata sebelum berjatuhan.

Ya, Binar tidak boleh lemah. Keputusan ini telah menjadi bagian dari pilihan hidupnya.

Tangannya kembali menyentuh perut yang tidak lagi rata, dan Binar terlelap beberapa saat kemudian.

***

Di ruang kerjanya, Riswan dibuat tidak tenang. Masalah sesepele kertas yang jatuh tanpa sengaja saja, bisa memancing amarah. Ia bukan hanya sekadar gusar, melainkan sudah menggila.

Ia amat penasaran dengan kondisi Binar sekarang. Apakah perempuan itu sudah bicara dengan Ned dan Tria? Atau masih memendam sendirian?

Riswan juga tidak bisa mengabaikan artikel tentang kehamilan yang tidak sengaja ia baca. Bagaimana jika Binar mengalami kelelahan fisik dan mental? Ia pasti mengalami banyak tekanan.

Belum lagi kalau dia merasakan mual dan muntah berlebihan. Riswan juga khawatir jika nyeri pada bagian tubuh Binar malah mengganggu kesehatannya.

Kalau dipikir-pikir, perempuan itu kemarin juga terlihat pucat. Apakah Binar sampai di rumah dengan selamat? Riswan tidak mungkin tiba-tiba menelpon Ned atau Tria hanya untuk memastikan kabar.

Lagi-lagi ia berdecak dan mendengus gelisah. Bahasa tubuh yang tidak bisa lagi didiamkan oleh lelaki yang tengah duduk di sofa. Dia Adrian, sekertaris sekaligus tangan kanan Riswan.

"Apa sudah saatnya untuk pesan ****** lagi? Aku muak melihatmu gelisah sejak pagi!" keluhnya sudah tidak tahan.

Sebagai orang kepercayaan Riswan, tentu Adrian hafal dengan segala kegiatannya. Adrian bahkan tahu gejala-gejala khusus ketika Riswan butuh sentuhan wanita.

Namun pria itu kembali berdecak. Ia bertolak pinggang sambil menatap Adrian yang sudah muak.

"Bukan ****** lagi, ini perkara bocah delapan belas tahun yang lagi hamil!"

Adrian memutar bola matanya malas, "Apa lagi? Kau baru baca berita? Ya, emang sih, kelakuan anak jaman sekarang di luar kendali. Nggak heran kalau bocah tujuh belas tahun sudah hamil."

"Masalahnya dia hamil anakku, Adrian! Keturunan Darmawangsa! Aku juga nggak niat menghamilinya, asal kau tahu saja!"

Sontak Adrian tersedak saliva. Saluran pencernaan dan pernapasannya mendadak enggan diajak kerjasama. Matanya membelalak tidak percaya.

"Kau meniduri bocah tujuh belas tahun?" tanya Adrian sembari menutupi mulutnya yang setengah terbuka itu dengan punggung tangan.

Entah takjub atau menghina, yang jelas Riswan sudah kembali mengacak-acak rambutnya. Ia memandang Adrian yang masih mematung di tempat. Membuatnya semakin putus asa.

"Tidak sengaja. Aku mabuk dan tidak ingat apa-apa. Aku sungguh tidak berniat melakukannya pada Binar."

"Si-siapa kau bilang? Binar? Maksudmu Binar putri Ned dan Tria?" mata Adrian mendelik kian lebar, "Nggak waras!"

"Aku mabuk!"

"Dan kau hanya diam saja?! Aku sudah membunuhmu kalau jadi Ned dan Tria!" tukas Adrian geram.

"Nggak bisa menghakimi begitu dong!" protes Riswan masih berusaha keras membela dirinya.

Secara logika, ia tidak benar-benar tahu posisinya. Bagaimana kalau dia sama sekali tak bernafsu dan malah Binar bersikeras menggoda? Dalam kasus seperti ini jelas bukan salah Riswan sepenuhnya.

Ia hanya terjebak.

Namun tak mengindahkan pembelaan dari Riswan, Adrian yang masih tidak habis pikir dengan Riswan pun kembali bersuara panjang kali lebar.

"Dengar, apapun yang terjadi malam itu, seharusnya kau bertanggung jawab, Riswan! Gila namanya kalau membiarkan bocah tujuh belas tahun menanggung semua sendirian!"

Riswan sama sekali tak bermaksud melimpahkan seluruh tanggung jawab pada Binar. Ia hanya tidak siap menghadapi kenyataan.

Bagaimana mungkin ia menghadapi Ned dan Tria? Apa kata kakeknya jika mendengar kabar pernikahan Riswan dengan perempuan 18 tahunan?! Lansia itu bisa-bisa terkena serangan jantung seketika.

Napas yang diembuskan oleh Riswan kian berat. Bersamaan dengan itu Adrian kembali melanjutkan ucapan.

"Temui mereka. Aku akan batalkan seluruh jadwalmu dua hari ke depan. Aku juga akan mengurus beberapa jadwal yang bisa kugantikan untuk sementara. Dan jangan berniat untuk melarikan diri ke luar kota!"

Adrian melengangkan langkah, menyisakan Riswan dengan sesak pikirannya. Apakah memungkinkan jika Riswan bertanggung jawab tanpa menikahi Binar?

Riswan amat tidak siap dengan pernikahan. Hidupnya bebas, ia bercinta dengan sembarang wanita dengan tunjuk tangan. Pernikahan adalah kata kerja yang bertolak belakang dengan hidup Riswan Darmawangsa.

Sudut mata Riswan kembali memandang alat tes kehamilan yang sama sekali belum beranjak dari mejanya. Kemudian ia membanting tubuh pada kursi kerja.

Sekarang, apa yang akan dia lakukan?

Terpopuler

Comments

Nur Kholifah

Nur Kholifah

Ayolah bertanggung jawab riswan apalg anak sahabat sendiri,kasihan anak org hamil biarpun kamu g sengaja tp kamu pasti menikmatix wkwkwk

2023-01-15

2

lihat semua
Episodes
1 01. Kabar Kehamilan
2 02. Restu Orang Tua
3 03. Jadi Menantu Sahabat Karib
4 04. Menemui Greg Darmawangsa
5 05. Diusir Dari Rumah
6 06. Hari Pernikahan
7 07. Resmi Menjadi Darmawangsa
8 08. Kehidupan Baru Dimulai
9 09. Tiada Harapan
10 10. Mereka Berantakan
11 11. Pergulatan Di Rumah
12 12. Sesaknya Pikiran
13 13. Prosesi Makan Malam
14 14. Terkapar Lemah
15 15. Resiko Hamil Muda
16 16. Binar Keguguran?
17 17. Perhatian Kecil Riswan
18 18. Manis, Sepah Dibuang
19 19. Cemas dan Sisa Rasa
20 20. Rhea, Yang Begitu Dicinta
21 21. Keluarga Alvero
22 22. Memohon Kembali
23 23. Sumpah Tengah Malam
24 24. Dendam Terpendam
25 25. Cemburu Buta
26 26. Ragu Yang Mengembang
27 27. Tentang Kopi Hitam
28 28. Mengantar Kepergian Riswan
29 29. Kehadiran Teman Belajar
30 30. Telpon Darurat
31 31. Alasan Mengapa
32 32. Satu Lelaki dan Wanita
33 33. Bayang-bayang Rhea
34 34. Terbuai Cinta Masa Silam
35 35. Hutang Budi Pada Sean
36 36. Pesta Tahunan Sekolah
37 37. Sidang Dadakan
38 38. Jadwal Konsultasi
39 39. Huru-Hara Rumah Tangga
40 40. Ned dan Tria
41 41. Pro-Kontra Dua Permintaan
42 42. Dilema Batin Seorang Riswan
43 43. Ikatan Sebab Akibat
44 44. Hubungan Antar Karib
45 45. Penyesalan Tiada Akhir
46 46. Keluarga Kecil Alvero
47 47. Sepasang Yang Terpaksa Tuntas
48 48. Berita Duka
49 49. Pemakaman Terkasih
50 50. Melepas Hasrat
51 51. Rumah Kaca
52 52. Hubungan Suami-Istri
53 53. Duka Kedua Setelahnya
54 54. Bilik Kamar
55 55. Zue dan Yan
56 Surat Cinta ~ Setelah Kematian
57 BAB 01 - UPACARA PEMBUKA (BRIDE WITH BENEFITS)
58 BAB 02 - PANGGUNG SANDIWARA (BRIDE WITH BENEFITS)
59 BAB 03 - JADI PENGANTIN BAYARAN (BRIDE WITH BENEFITS)
Episodes

Updated 59 Episodes

1
01. Kabar Kehamilan
2
02. Restu Orang Tua
3
03. Jadi Menantu Sahabat Karib
4
04. Menemui Greg Darmawangsa
5
05. Diusir Dari Rumah
6
06. Hari Pernikahan
7
07. Resmi Menjadi Darmawangsa
8
08. Kehidupan Baru Dimulai
9
09. Tiada Harapan
10
10. Mereka Berantakan
11
11. Pergulatan Di Rumah
12
12. Sesaknya Pikiran
13
13. Prosesi Makan Malam
14
14. Terkapar Lemah
15
15. Resiko Hamil Muda
16
16. Binar Keguguran?
17
17. Perhatian Kecil Riswan
18
18. Manis, Sepah Dibuang
19
19. Cemas dan Sisa Rasa
20
20. Rhea, Yang Begitu Dicinta
21
21. Keluarga Alvero
22
22. Memohon Kembali
23
23. Sumpah Tengah Malam
24
24. Dendam Terpendam
25
25. Cemburu Buta
26
26. Ragu Yang Mengembang
27
27. Tentang Kopi Hitam
28
28. Mengantar Kepergian Riswan
29
29. Kehadiran Teman Belajar
30
30. Telpon Darurat
31
31. Alasan Mengapa
32
32. Satu Lelaki dan Wanita
33
33. Bayang-bayang Rhea
34
34. Terbuai Cinta Masa Silam
35
35. Hutang Budi Pada Sean
36
36. Pesta Tahunan Sekolah
37
37. Sidang Dadakan
38
38. Jadwal Konsultasi
39
39. Huru-Hara Rumah Tangga
40
40. Ned dan Tria
41
41. Pro-Kontra Dua Permintaan
42
42. Dilema Batin Seorang Riswan
43
43. Ikatan Sebab Akibat
44
44. Hubungan Antar Karib
45
45. Penyesalan Tiada Akhir
46
46. Keluarga Kecil Alvero
47
47. Sepasang Yang Terpaksa Tuntas
48
48. Berita Duka
49
49. Pemakaman Terkasih
50
50. Melepas Hasrat
51
51. Rumah Kaca
52
52. Hubungan Suami-Istri
53
53. Duka Kedua Setelahnya
54
54. Bilik Kamar
55
55. Zue dan Yan
56
Surat Cinta ~ Setelah Kematian
57
BAB 01 - UPACARA PEMBUKA (BRIDE WITH BENEFITS)
58
BAB 02 - PANGGUNG SANDIWARA (BRIDE WITH BENEFITS)
59
BAB 03 - JADI PENGANTIN BAYARAN (BRIDE WITH BENEFITS)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!