Satu tetes obat merah mengaliri pelipis Riswan. Tetes berikutnya juga meresap pada titik yang sama. Dan ketiga kali benda itu menjamahnya, Riswan mendesis pelan.
"Awhh..."
"Makanya! Lain kali langsung ke rumah sakit!" seru Adrian sambil sedikit menekan luka Riswan yang dibalas dengan pukulan.
"Obati yang benar!"
Riswan sengaja langsung kembali ke kantor usai menghadapi insiden di rumah Ned. Dia tidak cukup tangguh untuk menghadapi pukulan Tria. Jadi Riswan memutuskan untuk melarikan diri dari sana sebelum amarahnya melonjak.
Lagipula, apa yang Riswan katakan kalau datang ke rumah sakit? Ia tidak mungkin mengakui kalau dirinya dipukul karena menghamili. Ia pun terpaksa memilih jalur efektif.
"Terus rencananya mau bicara ke kakek gimana? Ned dan Tria kan juga sudah dianggap seperti cucunya," sahut Adrian setelah mendengar penjabaran cerita dari Riswan.
Embus napas berat keluar dari mulutnya, "Ned tahu betul kelemahanku, aku sendiri juga bingung. Pria tua itu pasti mengamuk. Bagaimanapun, dia nggak berekspektasi aku akan menikahi anak tujuh belas tahun."
Mereka sama-sama tahu bahwa Greg pasti tidak setuju. Pria yang merupakan adik bungsu dari kakek Riswan itu terlalu pemilih. Sebab ia tahu bahwa Riswan berhak mengambil alih seluruh kekayaan Wangsa Group setelah menikah nanti.
Greg tidak mau jika pendamping Riswan bukan perempuan dengan kapabilitas tinggi. Baginya, tidak ada partner terbaik selain istri.
"Setidaknya kau sudah mengabarkan dua kebahagiaan, menikah dan akan segera dapat keturunan. Apa yang bisa kakekmu lakukan sekipun nggak sepakat?"
Adrian menutup obat merah, kemudian meraih plaster terakhir untuk wajah Riswan. Tampilan pria itu sungguh berantakan, benjolan dan luka biru keunguan mengambil alih ketampanannya.
"Dicoba dulu saja. Aku dengar jadwal bisnisnya kemarin sudah kelar, pria itu ada di rumah utama sekarang," sambung Adrian.
"Maksudmu aku harus ke sana sekarang? Dengan muka begini?" sanggah Riswan, "Tidak."
"Katamu batasnya dua hari saja! Memangnya kau siap menanggung resiko kalau kakek Greg menolak? Kau tidak lupa dengan kejadian Rhea, kan?"
Rahang bawah Riswan mengeras. Mendadak ia lupa pada rasa sakit yang menyelubungi dirinya ketika nama Rhea disebutkan. Wanita itu adalah cinta pertama Riswan yang hilang saat hari pertunangan. Belakangan Riswan baru tahu kalau kakeknya merupakan dalang yang berperan.
Kepergian Rhea menimbulkan banyak luka. Sejak saat itu Riswan tidak pernah lagi merasakan cinta. Itulah yang membuat Riswan akhirnya pergi dari rumah utama dan tinggal di apartemen mewah. Sebab ia begitu marah, namun tak bisa membenci siapapun kecuali dirinya.
"Aku tidak bermaksud menyinggung, maaf, tapi kau perlu waktu lebih lama untuk merayunya. Atau paling tidak, kau masih punya waktu untuk membuat rencana jika kakek Greg tak mau datang," kata Adrian lagi kala mendapati reaksi Riswan yang berubah derastis.
"Apapun yang terjadi aku harus menikahinya, kan?" gumam Riswan yang langsung dijawab Adrian dengan anggukan kecil.
Riswan sadar bahwa dirinya tak sebodoh itu sampai membiarkan Binar dan calon buah hati mereka bersama pria lain. Walau tidak ada cinta, bukan berarti Riswan bisa merelakannya, kan? Mau tidak mau ia harus memperjuangkan Binar di hadapan kakeknya dan melepas masa lajang akibat dosa satu malam.
Ia juga tak akan membiarkan kejadian Rhea terualang. Karena berpotensi menyebabkan luka Ned dan Tria semakin dalam. Adrain benar, kalau bukan sekarang, mau kapan? Riswan tidak punya waktu banyak untuk sekadar memikirkannya.
Sore itu juga, Riswan menemui Greg Darmawangsa.
***
Mansion mewah di pinggir kota itu menyajikan pemandangan yang luar biasa indah. Dari gerbang menuju halaman utama, mata pengunjungnya akan disambut oleh tanaman hias seharga milyaran rupiah.
Kemudian air mancur dengan ikan koi berkualitas yang terhampar luas di halaman utama itu akan memberikan sambutan selama datang. Bangunan dengan ukuran berhektar-hektar yang berisi lebih dari sepuluh kamar, merupakan tujuan terakhir Riswan.
Sejak Riswan pergi dari sana, bangunan itu hanya ditinggali oleh Greg serta jajaran pelayannya. Pelayan-pelayan itu sudah seperti pemilik rumah. Sebab sang kakek hanya menghabiskan waktunya di ruangan paling belakang. Rumah kaca.
Lansia yang memasuki usia delapan puluh lima itu tidak gagap teknologi atau kemajuan jaman. Ia duduk seharian di rumah kaca untuk memperhatikan nilai saham dan mengerjakan laporan perusahaan yang masih di bawah kendalinya. Selalu begitu, sejak Riswan meninggalkan rumah.
Riswan mengembuskan napas kasar, pikirannya berkelana sejenak. Ia dan Greg punya hubungan yang lebih dari sekadar istimewa.
Kemalangan yang sempat menimpa keluarga Darmawangsa telah menewaskan semuanya, kecuali mereka. Greg yang saat itu juga masih muda, memutuskan untuk fokus membesarkan Riswan dan melindungi bisnis Wangsa Group.
Dengan demikian, maka mustahil Riswan membenci Greg karena Rhea. Greg renta dan sebatang kara, pria tua itu mengorbankan seluruh hidupnya agar Riswan bisa kembali memegang tahta yang telah digariskan sebelumnya. Hutang budi itu yang membuat Riswan diam, dan merelakan orang yang paling ia cinta.
Tanpa memberi pertanda, Riswan masuk ke rumah kaca menghampiri kakeknya. Kehadiran tersebut langsung disambut oleh senyum hangat. Lansia itu langsung menampakan lekuk bibir yang sumringah. Ia meletakkan tablet pintar ke atas meja. Lantas mengernyit heran seiring dengan jarak Riswan yang kian dekat.
"Ada apa dengan wajahmu, Nak?" tanyanya khawatir, "Memangnya siapa yang memukul pria seusiamu? Kemalingan?"
Lewat garis kerutan di wajahnya, Riswan melihat cemas yang terlukis jelas. Riswan memeberikan senyum lembutnya, Ia berlutut dan mencium tangan Greg lalu menengadah.
"Kakek besok ada jadwal?" Riswan langsung bicara ke intinya. Ia tidak biasa menanyakan kabar, atau basa-basi soal tanaman peliharannya. Tepatnya setelah insiden Rhea.
Riswan telah menarik semua fasilitas. Ia menghukum Greg dengan cara menghukum dirinya.
"Memangnya ada apa? Bukankah kau sudah terlalu tua untuk membuat masalah?" cibir Greg asal. Dia tidak pernah lupa pada keluakuan nakal Riswan semasa sekolah.
Kekeh ringan Riswan pun terdengar. Ya, memang tidak ada yang paling mengenal Riswan selain Greg Darmawangsa. Meski dalam artian yang sama, juga berlaku sebaliknya. Meski saling mengandalkan, kesibukan Greg menyita banyak kebersamaan mereka.
Greg tidak benar-benar mengenal Riswan.
Namun kembali lagi pada masalah utama. Pengorbanan Greg untuknya lebih besar dari segala bentuk pengorbanan. Riswan tidak bisa menyalahkan pria itu hanya dengan satu penilaian.
"Aku akan menikah, dan butuh restu kakek secara langsung sebagai wali sah."
Sudah Riswan pastikan sebelum menemui Greg, bahwa obat jantung pria itu telah dikonsumsi. Pernyataan Riswan tak mungkin memantik penyakitnya kambuh. Ia jadi sedikit lebih tenang ketika mengungkapkan kalimat itu.
Greg membelalakkan mata. Ia berusaha mencari kebenaran dari ucapan Riswan. Berita itulah yang selalu ia nantikan seumur hidupnya. Menyaksikan pernikahan Riswan dan memiliki keturunan. Ia bisa menunaikan surat wasiat almarhum kakaknya dengan menyerahkan Wangsa Group setelah Riswan menikah.
Greg bisa pensiun sekarang.
"Sungguh?" Greg berusaha mempertegas kalimat tersebut.
Riswan mengangguk tegas, "Aku menikahinya bukan karena tergiur pada harta warisan, Kek. Jadi tolong jangan buat aku menyerah."
Iris mata Greg bergerak mengikuti Riswan. Pria tua itu merasakan kejanggalan, "Kau minta aku merestui siapa? Tidak akan kumaafkan jika perempuan itu lagi yang kau bawa."
Dengan segenap kerendahan dirinya, Riswan meraih punggung tangan Greg pelan. "Besok, temani aku menemui orang tuanya. Percaya padaku kalau bukan perempuan itu yang akan kakek lihat."
Pria itu membuang pandangan, kemudian memincing pada Riswan. "Apa kau mencintainya?"
Pertanyaan itu sempat membuat Riswan tercekat. Sejak kapan pria tua itu peduli dengan rasa cinta? Greg pernah memisahkan Riswan dengan orang yang paling dicintainya, atas dasar apa dia bertanya demikian?
"Menginaplah," tukas Greg lagi sebelum Riswan bicara, "Akan aku pertimbangkan lagi pertemuan itu kalau kau serius mencintainya."
"Ini adalah bentuk sopan santunku sebagai cucu, sekaligus pria yang hendak menikahi anak perempuan dari keluarga seseorang," papar Riswan sambil berdiri.
"Besok pagi aku akan datang lagi, jadi kuharap kakek sudah mempersiapkan diri," tandas Riswan tepat sebelum berlalu pergi.
Riswan meninggalkan rumah kaca tanpa memperdulikan reaksi Greg padanya. Ini adalah cara terbaik yang bisa ia lakukan untuk meluluhkan seorang Greg Darmawangsa. Ia tidak sedang tawar menawar, pernikahan ini sudah menjadi sebuah ketetapan.
Kalau saja saat bersama Rhea, ia keras kepala dengan cara yang sama, kira-kira apa yang terjadi dengan dirinya sekarang? Selintas pikiran itu tiba-tiba singgah.
Barangkali, Riswan sudah membangun bahtera rumah tangga yang penuh cinta. Dikarunia satu atau dua orang putra yang meramaikan rumah utama. Dan yang paling penting dari itu semua adalah malam terlarang bersama Binar tidak akan pernah terlaksana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments