Bukan Wanita Penggoda

Bukan Wanita Penggoda

I. a

Proses nya teramat cepat, besok aku resmi akan di pinang laki-laki pilihan kedua orang tuaku. Laki-laki itu adalah Marsel, teman masa kecilku yang sudah berbelas-belas tahun kita tidak pernah bertemu. Jangankan bertemu, hanya sekedar berbalas pesan di aplikasi hijau saja tidak pernah, karena memang kita berdua tidak memiliki nomor handphone satu sama lain, atau follow memfollow satu sama lain akun.

Aku dan Marsel merupakan teman masa kecil saat aku tinggal di Bandung, usia kita memang terpaut tiga tahun, saat aku memasuki Sekolah Dasar dan Marsel adalah Senior kelas tiga, Seingatku Marsel adalah sosok penyayang dan baik kepada semua orang, termasuk padaku. Padahal saat kecil aku salah satu anak yang kena bully karena postur tubuhku yang gempal.

***

Pertemuan pertama kita setelah sekian lama adalah dua minggu lalu, ia datang bersama kedua orang tuanya, anggap saja itu adalah lamaran sederhana antara kedua belah pihak keluarga. Karena memang kedua orang tua kami tidak ingin menunda-nunda rencana baik ini, hari itu juga kami langsung menentukan tanggal pernikahan.

Jujur saja saat kecil aku sempat menaruh hati kepadanya, maka saat kedua orang tuaku berkata akan menjodohkan aku dengannya, sama sekali tidak ada penolakan dariku.

Selain karena kita adalah teman masa kecil, Marsel juga merupakan sosok pria yang memenuhi kriteria calon suamiku, kata baik sudak tidak perlu di ragukan lagi, Marsel memiliki postur tubuh tinggi, aku perkirakan tingginya 170cm berkulit putih bersih, serta wajah yang rupawan dan menawan. Dan yang terpenting dia bisa menerima semua kekuranganku yang masih memiliki tubuh gempal ini, dan dia sama sekali tidak mempermasalahkan semua itu, atau memintaku untuk menurunkan berat badan, seperti pria-pria sebelumnya yang pernah bertahta di hatiku.

pertemuan pertama kita bisa di bilang satu sama lain meninggalkan kesan baik. Dan di pertemuan itu juga aku dan Marsel bertukar nomor handphone.

Aku tidak menaruh rasa curiga apapun, kupikir Marsel menerima aku apa adanya tanpa ada paksaan, sama seperti aku yang menerimanya dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan apapun. Karena saat pertama kali bertemu pun, ia tidak menunjukkan sikap aneh seolah-olah terpaksa.

***

Hari pernikahan aku dan Marsel di gelar secara mewah di salah satu hotel bintang lima di Jakarta. Awalnya aku meminta pernikahan itu di gelar sederhana saja di Medan, tetapi kerena calon mertuaku tinggal di Jakarta dan kebanyakan koleganya di Jakarta, maka pernikahan itu di gelar di Jakarta dan yang mengatur semuanya juga calon Ibu mertuaku.

Marsel merupakan anak tunggal maka mungkin ini akan menjadi kali pertama dan terakhir untuk calon Ibu mertuaku mengadakan pesta pernikahan. Maka aku tidak terlalu ikut andil dalam proses persiapan pesta. Aku terima beres saja.

Ibu dan Ayah calon mertuaku juga merupakan sosok orang tua modern maka aku sudah tidak sabar untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari keduanya. Terutama dari pria yang akan menghalalkan ku, hehe...

***

Setelah acara selesai aku dan Marsel segera pulang menempati rumah sederhana yang sudah di persiapkan oleh Ibuku dari jauh-jauh hari, karena memang sebelumnya aku sudah berencana akan tinggal disini, maka semua kebutuhanku sudah tersedia di rumah itu. Sebenarnya Ibu mertuaku melarang keputusanku itu, katanya rumah Ibu mertuaku akan terlalu sepi jika di tinggalkan oleh Marsel.

Tetapi karena aku sudah menjelaskan dengan detail kenapa ingin tinggal di sana, Alhamdulillah Ibu mertuaku akhirnya mengerti.

***

Semuanya berjalan dengan lancar, tapi di hari ke lima setelah pernikahan kita, aku baru mengetahui nya, bahwa Marsel telah mempunyai seorang kekasih. Dan wanita itu adalah teman kuliahnya.

Dan yang lebih mengejutkan nya lagi, Marsel memintaku untuk menerima keputusannya yang akan menikahi wanita itu.

Aku terpaku, membisu. Seketika duniaku terasa runtuh. Belum genap sepekan ia berjanji di depan penghulu dan kedua orang tuaku serta saksi-saksi yang datang di hari pernikahan kita, ia telah mengkhianatiku.

Janjinya yang akan mencintaiku sepenuh hati, menjagaku dalam keadaan sehat maupun sakit. ia berjanji tidak akan pernah membiarkan satu tetespun air mata keluar dari pelupuk mataku, namun apa yang terjadi kini? ialah penyebab aku menangis dalam diam seperti ini.

rasa sakit yang teramat sakit kini tengah aku rasakan, dan dengan egoisnya Marsel tidak meminta persetujuan atau izinku atas keputusannya itu, lebih tepatnya ini adalah pemberitahuan bahwa besok ia akan menikahi wanita pujaan hatinya, kemudian wanita itu akan ia bawa ke rumah ini.

padahal rumah yang saat ini tengah kami tempati adalah hadiah pernikahan dari kedua orang tuaku. Rumah yang tidak terlalu besar memang, tapi cukup untukku dan suami sebagai pasangan pengantin baru. Heh ... miris sekali jika pada akhirnya aku harus menempati rumah itu dengan istri baru dari suamiku.

***

Hari yang di nanti-nanti nya telah tiba, aku tidak diharuskan ataupun dia tidak memintaku untuk datang di pesta pernikahannya dengan wanita "penggoda" itu. Tapi aku putuskan untuk datang, tentu saja sebagai tamu undangan. Karena rasa penasaranku yang menggebu-gebu.

Aku memakai pakaian dress putih selutut dengan lengan panjang berbahan berukat, tidak lupa aku pun menambahkan makeup agak tebal, ku keluarkan seluruh kemampuan bermake-up ku, alhasil yang terjadi adalah aku terlihat lebih dewasa dari usiaku yang sebenarnya.

Tibalah aku di pesta pernikahan suamiku. Dan apa kalian tahu? seperti apa sosok wanita yang di cintai suamiku itu? wanita seperti apa yang mau menikah dengan laki-laki yang sudah beristri itu?

Dia wanita yang terlihat baik-baik saja, dengan pakaian sederhana serta riasan tipis tapi kecantikannya menyilaukan mata, dan yang lebih mengejutkan nya lagi ia memakai kerudung syar'i. seketika itu juga aku merasa malu dan lemas.

malu karena kupikir, Marsel tergoda oleh wanita cantik, seksi, sosok wanita penggoda yang sering aku lihat di sinetron - sinetron. Tetapi ternyata tidak, justru akulah yang terlihat seperti wanita penggoda itu.

***

Disaat aku tengah termenung, Sosok wanita anggun berbalut pakaian pengantin itu, berjalan menghampiriku, dengan senyuman tulusnya.

"Hai?". Sapa nya padaku dengan ramah.

"Maaf". Ucapnya lagi sembari menunduk. Seketika itu juga hatiku kembali terasa tercubit rasa sakit.

"Maaf.." kali ini suaranya terdengar bergetar.

"Maaf, karena aku telah mengambil kebahagiaan mu, sungguh aku minta maaf". Ucapnya lagi sembari meraih kedua tanganku.

"Aku tahu, ini berat untuk mu". Ucapnya, kali ini air mata keluar dari pelupuk matanya yang indah.

Seketika aku merasa kalah. "kenapa?"

~[kenapa ? kenapa kamu mau menikah dengan laki-laki yang sudah memiliki istri?]. ucapku dalam hati.

ia mendongkak, mendengar kalimat yang keluar dari mulutku, ia menatap wajahku yang sama-sama tengah berkaca-kaca.

"Maaf...". Ucapnya lagi dengan air mata yang semakin banyak bersemayam di pelupuk mata.

Kemudian wanita paruh baya yang tengah memakai kebaya senada dengan dekorasi ruangan pengantin itu menghampiriku, dan memelukku. seketika itu juga tangisannya pecah.

"tolong maafkan anak Ibu". Ucapnya terisak di telingaku.

"Hah?". Aku merasa menjadi orang paling bodoh, semua orang dari keluarga si perempuan tahu, bahwa dia akan menikahi pria beristri.

bersambung...

Terpopuler

Comments

Endang Supriati

Endang Supriati

bodohnloe

2024-03-18

1

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

aku mampir thor

2024-03-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!