Cinta Terakhir
Sebuah tamparan mendarat tepat di pipi kanan Mikha. Sesaat setelah Mikha membuka pintu rumahnya.
“Dasar wanita murahan! Beraninya kamu melanggar kata-kata saya!” teriak Ranti penuh emosi, seraya menarik rambut Mikha hingga terhuyung ke belakang. Dengan mata yang melotot tajam.
“Aduh, sakit Bu,” rintihan Mikha lirih sambil memegangi tangan Ranti yang menjambak rambutnya dengan kasar.
“Kamu pikir, kamu siapa, Hah! Beraninya kamu melawan peringatan saya. Sudah merasa hebat kamu. Karena Devan membela kamu!, Iya?” geramnya seraya menguatkan cengkeramannya di rambut Mikha.
Sembari tangan kanannya memukuli seluruh tubuh Mikha tanpa ampun dengan sangat keras.
Mikha hanya bisa meringis sakit, merasakan kulit kepalanya yang terasa perih akibat tarikan kuat di rambutnya.
Juga rasa sakit di tubuhnya akibat pukulan Ranti yang memukuli dirinya dengan sekuat tenaga.
Rasa sakit di tubuh dan kepalanya. Masih tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya. Kekecewaan itu membuat Mikha membenci Devan dan juga orang tuanya.
Meski sudah seperti itu, Mikha juga tak bisa berbuat apa-apa. Perempuan tersebut juga tak mungkin melawan Ranti. Sebab wanita paruh baya tersebut adalah Ibu dari Devan, cinta pertama dan kekasihnya saat ini.
“Aduh, sakit, Bu! Ampun, maafkan aku, Bu, sakit,” rintih Mikha lirih seraya menatap nanar Ranti dengan linangan air matanya. Ia sungguh tak menyangka, bahwa ibu dari kekasihnya akan datang ke rumahnya dan mempermalukannya di depan rumah seperti saat ini.
Mikha melirik ke segala arah. Terlihat beberapa orang tetangganya berkerumun di depan rumah dan melihatnya dengan tatapan penasaran, juga jijik. Serta kasak-kusuk yang terdengar menjelek-jelekkan dirinya. Meski mereka tak tahu apa penyebabnya, namun tak ada seorang pun yang menolong perempuan tersebut.
Mungkin bagi mereka, ini sebuah tontonan gratis. Tanpa tahu apa akibat dari hal tersebut. Tidak hanya luka fisik yang Mikha dapatkan, tapi juga luka batin. Yang mana nantinya akan membuat gadis tersebut takut di tempat keramaian.
Widya yang mendengar keributan dari depan rumahnya, segera menuju ke depan. Wanita tersebut begitu terkejut saat melihat keponakannya di Jambak oleh seorang wanita paruh baya yang tidak dikenalnya.
“Mikha, ada apa ini? Tolong lepaskan tangan anda dari keponakan saya!” Tante Widya mencoba untuk menarik tangan Ranti dari rambut Mikha dan berhasil.
Ranti sedikit terhuyung ke belakang akibat dorongan Widya yang menolong Mikha. Wanita tersebut menatap nyalang Tante Mikha tersebut.
Widya memeluk Mikha dari samping. “Siapa anda? Kenapa membuat keributan di rumah saya?” tanyanya sembari mengedarkan pandangannya ke segala arah. Melihat orang-orang yang berkumpul di depan rumahnya dengan tatapan tak suka sekaligus marah. Sebab, semua orang hanya menjadi penonton, tanpa ada yang mau membantu keponakannya saat tengah di aniaya oleh orang tak di kenal.
“Saya adalah istri dari pria yang di goda oleh keponakan anda. Apa anda tidak bisa mendidik keponakannya dengan baik? Sampai menjadi perebut suami orang,” cibir Ranti dengan seringainya.
Ranti tahu ini adalah kesempatan yang bagus untuknya dalam mempermalukan Mikha. Tujuannya adalah agar gadis miskin itu meninggalkan anaknya. Lalu ia bisa menjodohkan Devan dengan Fellyshia.
Ranti tersenyum puas kala mengingat rencananya yang sebentar lagi akan berhasil. Di liriknya beberapa orang yang mulai terhasut oleh kata-katanya.
Mikha menggelengkan kepalanya keras, menolak apa yang baru saja Ranti sampaikan. Bahkan sampai tega menghina tantenya yang begitu baik dalam mendidiknya.
“Anda jangan bicara sembarangan. Mikha tidak mungkin menggoda suami orang. Terlebih lagi orang yang sudah berumur seperti suami anda,” balas Widya yang geram karena keponakannya di fitnah seenaknya.
“Halah, mana ada maling yang mau ngaku, penjara pasti penuh nantinya,” cemooh Ranti seraya mengibaskan tangannya di depan wajah Widya dan Mikha.
Ranti membalikkan tubuhnya, membelakangi Mikha dan tantenya. “Bapak-bapak, Ibu-ibu, semuanya yang ada disini. Jangan sampai kalian tertipu wajah polosnya. Dia itu pintar menggoda pria-pria tua yang kaya untuk di jadikan ‘Sugar Daddy-nya’ supaya semua kebutuhan hidupnya terjamin dari uang para pria kaya itu. Hati-hati Ibu-ibu, nanti suaminya di godai sama dia,” sindirnya seraya melirik ke arah Mikha yang kini hanya diam dan terisak-isak dalam pelukan tantenya.
“Pergi dari rumah saya!” teriak Widya penuh emosi. Matanya menatap nyalang Ranti yang tersenyum mengejek ke arahnya.
“Nggak usah di usir, saya juga nggak sudi lama-lama ada di sini, rumahnya kumuh dan menjijikkan,” hina Ranti yang melangkah pergi dari hadapan Widya dan Mikha.
Sebelum jauh, Ranti menghentikan langkahnya dan berbalik. “Bapak, Ibu semua. Saran saya sih, lebih baik gadis penggoda itu di usir dari kampung ini. Bisa mendatangkan bencana untuk kampung ini nantinya, kalau masih di biarkan tinggal disini.” Setelah mengatakan hal itu, Ranti berbalik seraya tersenyum puas. Karena sepertinya rencananya berhasil.
“Benar apa yang di katakan Ibu tadi. Lebih baik kamu sama Tante kamu ini pergi saja dari kampung ini. Kami semua nggak mau terkena akibat dari perbuatan kamu yang menjijikkan itu. Bagaimana Bapak, Ibu, setuju kan kalau mereka di usir saja?” seru salah seorang bapak-bapak yang sejak tadi ikut berkerumun.
Terdengar semua orang tengah berbisik-bisik. Mungkin mereka juga memikirkan apa yang dikatakan oleh Ranti dan bapak tersebut.
Mikha dan Widya saling pandang. Melihat tantenya yang mengangguk. Mikha tak bisa berkata apa-apa lagi.
“Baik. Saya dan Tante akan pergi dari kampung ini. Tapi saya pergi bukan karena saya bersalah. Tidak. Saya sama sekali tidak seperti apa yang Ibu tadi tuduhkan. Saya bukan penggoda suami orang. Saya minta maaf jika ada hal yang membuat bapak-bapak dan ibu-ibu tidak nyaman.” Mikha segera mengajak Tantenya untuk masuk dan segera berkemas.
Tidak banyak memang yang mereka berdua bawa. Hanya dua tas yang berisi baju serta surat-surat berharga.
Mikha dan Widya hanya bisa menatap sendu wajah-wajah orang yang telah mengusirnya dari rumahnya sendiri. Terlebih mereka semua memandang Mikha dengan tatapan merendahkan.
Mikha tidak pernah berpikir akan di usir dari rumahnya sendiri, dari kampung tempat tinggalnya. Hanya karena ia berpacaran dengan Bosnya di kantor.
Perbedaan status sosial ekonomi seseorang yang membuat kisah cinta mereka berdua harus berakhir dengan cara tragis seperti ini.
“Sudahlah. Mungkin ini adalah yang terbaik untuk kamu dan Devan. Tante yakin jika Tuhan sudah menyiapkan jodoh yang terbaik untuk kamu. Jangan bersedih lagi,” hibur Widya sembari tersenyum tipis.
Mikha membalas senyum tantenya dan mengangguk setuju. Membenarkan apa yang dikatakan oleh Widya.
Bahwa benar jika ia dan Devan memang tak berjodoh.
Mereka berdua hanya di takdirkan untuk bertemu, tapi tidak di takdirkan untuk bersama.
Mikha berharap agar ia bisa melupakan semua kenangan buruk di kota ini. Mempersiapkan kehidupannya yang baru dengan baik lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments