Tak ada yang bisa menggambarkan bagaimana perasaan Mikha saat ini. Hancur, karena ia hamil anak dari laki-laki yang tak bisa menjadi miliknya.
Kecewa, sedih, marah dan putus asa. Mikha tak pernah menyangka jika apa yang ia dan Devan lakukan akan membuahkan hasil.
Menyesal pun sepertinya tiada guna lagi. Janin dalam kandungannya akan semakin membesar dan pastinya membutuhkan status yang jelas.
Mendengar permintaan Widya, Danu dan Sarah juga tidak tahu keputusan apa yang harus mereka ambil. Tidak mungkin juga menjadikan Arvin sebagai kambing hitam atas apa yang tidak ia perbuat.
Namun di sisi lain, ada bayi tak berdosa yang membutuhkan pengakuan baik di negara maupun di masyarakat. Agar jelas statusnya nanti.
Danu dan Sarah sengaja menunggu Arvin pulang dari kantor. Perusahaan Arvin memang tak sebesar milik Devan. Namun, ia mendirikannya seorang diri. Tanpa bantuan dari siapa pun. Termasuk Danu.
“Arvin, kemari sebentar. Paman dan bibi ingin membicarakan sesuatu denganmu,” panggil Sarah dengan lembut.
Arvin menurut, ia lantas duduk di sofa, di sebelah tantenya. “Ada apa, Bi?” tanyanya seraya membuka ikatan dasinya.
“Begini, em.... Apa benar kamu tidak mau memikirkan kembali permintaan Bu Widya?” tanya Sarah pelan.
“Tidak, Bi. Aku tidak bisa menikahi perempuan yang tidak aku cintai. Terlebih lagi ia mengandung anak pria lain. Aku tidak mau bertanggung jawab atas apa yang tidak aku lakukan, “ tegas Arvin dengan lantang.
Danu dan Sarah saling pandang, menghembuskan napasnya pelan.
“Vin, bibi tahu apa yang kamu pikirkan. Tapi, tidakkah kamu memikirkan bayi dalam kandungan Mikha? Kasihan anak itu, jika harus lahir tanpa ayah,” pungkas Sarah dengan pelan.
Arvin menghela napasnya berat, “Lantas siapa yang akan mengasihaniku? Jika aku menikahi Mikha? Bukankah aku juga korban dalam pernikahan itu?” balas Arvin.
Paman dan bibinya terdiam. “Kenapa tidak kekasih Mikha saja yang menikahinya? Mengapa harus aku?” keluh Arvin kesal.
Sarah akhirnya menceritakan kisah cinta Mikha dan Devan yang harus kandas. Karena terhalang restu orang tua Devan.
Terlebih penghalang itu adalah status Ekonomi yang masih Mereka junjung tinggi.
Tentang siapa yang kaya, maka harus mendapatkan jodoh yang sepadan pula.
Kini, Arvin mengerti kebencian Widya terhadap kekasih Mikha seperti apa. Setelah sebelumnya orang tua Mikha juga mengalami hal yang sama.
“Vin, Tante mohon sama kamu. Nikahi Mikha demi bayinya. Anggap saja kamu berbuat baik demi bayinya, bukan Mikha. Tante tahu trauma kamu, tapi apa kamu tidak ingin membantu bayi tidak berdosa itu? Agar tidak menghadapi apa yang dulu kamu alami, Tante mohon,” Sarah terisak sambil memegangi lengan Arvin.
Matanya menatap penuh permohonan. Berharap agar Arvin mau mengabulkan permintaannya yang ia tahu bahwa itu terlihat sangat jahat bagi Arvin.
“Apa bibi akan bahagia jika aku menikah dengan Mikha?” tanya Arvin dengan serius.
Sarah menoleh ke arah suaminya, melihat anggukan kepala Danu. “Tentu saja, sayang. Bibi pernah bilang bukan. Bahwa bibi ingin kamu menikah dengan Mikha. Tapi ternyata, Tuhan memberikan jalan seperti ini. Bibi hanya ingin semuanya bisa bahagia,” ungkap Sarah sambil tersenyum tipis.
Arvin terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia mengangguk setuju. “Baiklah. Jika itu bisa membahagiakan bibi dan paman. Aku akan menikahinya,” putus Arvin dengan senyum terpaksanya.
Sarah berhambur memeluk Arvin dengan senyum lega dan bahagianya. Ia yakin jika Arvin adalah anak yang baik.
Sesuai dengan rencana. Arvin dan Mikha menikah di depan Widya yang masih terbaring lemah di rumah sakit.
Pernikahan sederhana yang hanya di hadiri oleh kerabat dekat Arvin saja. Sebab, Mikha memang hanya memiliki Widya saja dari pihak ibunya.
Pernikahan yang tak pernah sekalipun terbayangkan oleh Mikha sebelumnya. Menikah dengan pria yang tidak ia cintai. Bahkan pria yang mau menikahinya karena bayi dalam kandungannya.
Sepanjang acara pernikahan. Mikha hanya diam, perasaannya campur aduk saat ini. Ada rasa bahagia dan lega. Sebab anaknya memiliki status yang jelas.
Namun, ada rasa sedih, karena ini bukanlah pernikahan impiannya. Bukan pula dengan orang yang ia harapkan ada disini bersamanya.
“Mikha, sini!” pinta Widya yang ingin Mikha lebih mendekat kepadanya.
“Ada apa Tante?”
“Sekarang kamu sudah menikah. Tante harap kamu bahagia dan langgeng sama Arvin. Tante lega bisa melihatmu menikah dengan pria yang baik. Jaga kandunganmu baik-baik, yah.” Nasehat Widya kepada Mikha.
Mikha mengangguk pelan sambil menggenggam erat tangan tantenya, sembari berlinang air matanya. Ia merasa akan ada hal buruk yang terjadi.
“Arvin, Tante sangat berterima kasih kepadamu. Kamu memang pria yang baik. Tolong jaga Mikha dan anaknya. Sayangi mereka sepenuh hatimu. Karena Mikha tidak memiliki siapa pun lagi di dunia ini. Tante titip Mikha sama kamu.” Suara Widya semakin melemah.
“Tante, jangan bicara seperti itu. Jangan tinggalkan Mikha sendiri. Tante pasti sembuh, Mikha mohon,” mohon Mikha dengan derai air matanya.
Tangan Widya menggenggam tangan Arvin dan Mikha. Menyatukan tangan mereka yang berada di atas perutnya.
“Janji sama Tante, bahwa kalian akan merawat anak itu dengan baik, Semoga pernikahan kalian di berkahi kebahagiaan dan kedamaian,” harap Widya tulus.
Perlahan tangannya mulai melemah. Mikha langsung berteriak histeris melihat hal itu. Ia sangat terpukul akan kehilangannya.
Arvin dengan sigap segera memeluk istri yang baru setengah jam lalu ia nikahi. Bagaimana pun, ia tahu seperti apa perasaan Mikha saat ini. Sebab, ia dulu pernah ada di posisi itu.
Mikha membalas pelukan hangat yang Arvin berikan. Ia memang sedang rapuh saat ini. Hanya pelukan ini yang ia butuhkan untuk menenangkan hatinya yang hancur karena kehilangan orang yang paling berharga dalam hidupnya.
Dua Minggu berlalu begitu saja, setelah kematian tantenya. Mikha kini sudah lebih baik lagi. Tidak murung seperti sebelumnya.
Arvin memang tak banyak melakukan hal yang berarti untuk istrinya itu. Tapi, setidaknya ia masih mau memberikan perhatian kepada Mikha dan anaknya.
Arvin merasa hari ini adalah saat yang tepat untuk membahas tentang perjanjian pernikahannya dengan Mikha. Melihat jika wanita itu telah bisa menerima kenyataan bahwa tantenya beristirahat dengan tenang di sana.
“Ini dokumen perjanjian pernikahan kita. Kamu baca dan pelajari. Lalu tanda tangani.” Arvin meletakkan dokumen di atas meja yang berisi perjanjian pernikahannya dengan Mikha di depan wanita itu.
Mikha segera membukanya dan membacanya dengan seksama. Ia tersenyum getir, mengingat kembali jika Arvin hanya menikahinya demi bayinya semata. Bukan karena hal yang lain.
Mikha mendatanginya lalu mengembalikannya ke atas meja. Dan bergegas bangkit dari duduknya. Masuk ke dalam kamarnya sendiri, lalu duduk di sisi ranjang dan menangis tersedu-sedu.
Meratapi nasibnya yang malang. Sepertinya ia memang harus kuat menghadapi ujian yang Tuhan berikan kepadanya.
Ya, pernikahan ini memang hanya untuk status anak dalam kandungannya.
Seorang pria mengendarai mobil mewahnya dengan kecepatan tinggi. Pikirannya kacau saat ini. Bayangan senyum manis wanita yang sangat dicintainya itu tergambar jelas dalam benaknya.
Setitik air mata, menetes di sudut matanya. Ia sangat merindukan sosok yang telah mengajarkan banyak hal tentang hidup kepadanya.
“Kembalilah, sayang. Aku merindukanmu,” lirihnya sambil mengusap foto seseorang yang tergantung di mobilnya.
Hingga ia tak memperhatikan jalannya. Akhirnya terjadilah kecelakaan tersebut. Sebuah truk menabraknya dengan kecepatan tinggi pula. Akibat hal itu, Mobilnya berguling beberapa kali.
Dengan sisa kesadarannya, sudut bibir pria tersebut tertarik sedikit. Ia tersenyum melihat foto dalam genggamannya. Foto perempuan yang sangat di cintainya.
Lalu semuanya berubah menjadi gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments