Penasaran dengan masalah yang menimpa gadis di hadapannya. Arvin bertanya dengan gaya juteknya, “Memangnya kamu punya masalah apa? Sampai linglung begitu,” cibirnya ketus.
Sebenarnya, bukan seperti itu caranya ingin bertanya. Namun, karena kekesalannya pada Mikha, perihal kejadian di jalan tadi. Akhirnya, hanya nada ketus yang keluar dari bibirnya.
Mikha mendongak dan bertemu pandang dengan Arvin. “Sepertinya itu bukan urusan anda, Tuan. Maaf jika karena kelalaian saya, membuat anda kesal. Saya pamit permisi, dan terima kasih untuk minumannya.” Mikha segera bangkit dari duduknya dan berlalu pergi tanpa menunggu jawaban Arvin.
Pria tersebut hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat reaksi Mikha. “Seberat apa masalahnya, sampai dia begitu kesal seperti itu.” Arvin berdecak sebal mendengar ucapan Mikha.
Mikha berjalan dengan langkah gontai menuju ke rumahnya. Teringat kembali dengan tanggungan biaya yang harus segera ia lunasi untuk pengobatan tantenya. Hanya helaan napasnya yang mengiringi langkahnya untuk sampai ke rumah.
Sesampainya di kamar kosnya. Mikha melihat ada tamu yang tampak sedang menunggu di depan kamar kostnya. Bergegas ia mendekati orang tersebut.
“Maaf, Ibu mencari siapa, yah?” tanya Mikha sopan.
“Ah, kamu pasti Mikha. Keponakan Bu Widya, kan? Perkenalkan, saya Sarah. Saya biasanya meminta bantuan Bu Widya untuk mencuci dan menyetrika baju di rumah saya. Saya kemari untuk memintanya bekerja di rumah saya. Apakah Bu Widya ada?” Sarah menjelaskan tentang tujuannya datang ke kost Mikha.
Mikha tersenyum, “Silahkan duduk dulu, Bu,” ajak Mikha dengan sopan.
“Oh, iya.” Sarah mengangguk dan duduk di samping Mikha. Memperhatikan raut wajah gadis tersebut yang sendu.
“Tante memang saat ini sedang tidak ada di rumah. Tante sakit dan sekarang di rawat di rumah sakit. Dan sepertinya tentang tawaran Ibu tadi, Tante tidak bisa bekerja di rumah Ibu dengan kondisinya yang lemah seperti ini. Bagaimana kalau saya saja yang menggantikan Tante bekerja di rumah Ibu?” usul Mikha yang tampak bersemangat.
“Tapi bukannya kamu sedang melamar pekerjaan di perusahaan? Memangnya kamu tidak malu bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah saya?” Sarah tidak tega melihat seorang gadis cantik yang terlihat berpendidikan harus bekerja di rumahnya sebagai asisten.
“Ah, pastinya Tante yang bercerita. Betul, saya memang melamar pekerjaan di perusahaan. Tapi, sejak dua bulan lalu. Belum ada satu panggilan interview yang datang kepada saya. Dan saat ini, saya sangat membutuhkan pekerjaan untuk membayar biaya pengobatan Tante di rumah sakit,” jelas Mikha dengan tatapan nanarnya ke arah depan.
Sarah nampak menimbang keputusan apa yang harus ia ambil untuk Mikha saat ini. Karena jujur saja, ia menyukai Mikha walaupun baru bertemu sekali dengannya.
Terlebih lagi dari cerita Widya, ia tahu jika gadis ini adalah gadis yang baik. Dan sepertinya cocok dengan keponakannya yang dingin itu.
“Baiklah, kamu bisa bekerja di rumah saya. Dan sekarang, ijinkan saya menjenguk Bu Widya. Apa boleh?” tanya Sarah.
“Oh, tentu saja Bu Sarah boleh menjenguk tante. Tapi saya harus membereskan barang-barang tante lebih dulu. Untuk di bawa ke rumah sakit. Sebentar ya, Bu. Silahkan menunggu di sini dulu.” Mikha bergegas masuk ke dalam kamarnya dan membereskan apa saja yang ia butuhkan selama menunggu di rumah sakit.
Sementara Sarah menghubungi seseorang sembari menunggu Mikha mengemasi barang-barangnya. Setelah selesai, Mikha dan Sarah secepatnya menuju ke rumah sakit.
Akhirnya, berkat bantuan Sarah, Mikha bisa bernapas lega. Pasalnya, Sarah yang telah melunasi semua biaya rumah sakit tantenya.
Mikha tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan untuk menebus kebaikan Sarah terhadapnya dan juga Widya.
Sarah mengajak Widya dan Mikha untuk tinggal di rumahnya. Bekerja sebagai asisten rumah tangga. Sebab, bibi yang biasanya bekerja telah mengundurkan diri karena sudah berumur.
Awalnya, semua berjalan baik-baik saja. Selama satu minggu, Mikha dan Widya tinggal di rumah arah.
Hingga saat siang hari, Mikha di buat terkejut. Dengan kedatangArvin ke rumah Sarah.
Bahkan lebih mengejutkan lagi. Kala Mikha tahu bahwasanya Arvin adalah keponakan Sarah yang selalu diceritakan olehnya.
Satu minggu ini Arvin memang sedang berada di luar kota untuk urusan pekerjaan. Maka dari itu, Mikha tak tahu siapa keponakan Sarah yang sesungguhnya.
“Kenapa kamu ada di rumah saya?” tanya Arvin ketus. Seraya menyilangkan kedua tangannya di depan. Dan bersandar di dinding. Menatap tajam gadis yang di hadapannya ini.
“Saya bekerja di sini, Tuan Arvin yang terhormat,” sahut Mikha jutek sambil menata makan siang di meja.
Arvin tak lagi bertanya. Pria tersebut naik ke lantai dua, di mana kamarnya berada.
Seusai makan siang, Arvin masuk ke dalam ruang kerjanya. Mengerjakan beberapa pekerjaan yang belum selesai.
Sarah mengetuk pintu ruang kerja Arvin. Setelah Arvin mengizinkannya masuk, Sarah tersenyum lembut ke arah keponakan yang telah ia rawat sejak masih berusia empat tahun.
“Kau ini, baru saja pulang dari luar kota. Sudah sibuk lagi mengerjakan pekerjaan. Lantas kapan kamu akan mengenalkan calon istri kepada bibi?” tanya Sarah yang duduk di sofa, seraya menatap sendu wajah Arvin yang sangat mirip dengan adiknya, Papa Arvin yang telah meninggal.
Arvin bangkit berdiri dan duduk di sebelah Sarah. Merangkul wanita paruh baya yang telah membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Selayaknya anak kandungnya sendiri.
“Bibi, kan tahu. Seperti apa kesibukanku? Lagi pula, kalau aku menikah. Kasihan istriku nanti yang akan kesepian. Karena aku abaikan dengan kesibukanku bekerja,” jawab Arvin pelan.
“Kau ini, lantas siapa yang akan mengurus semua kebutuhanmu? Kalau bibi sudah tidak ada lagi,” balas Sarah yang menggenggam tangan Arvin yang berada di atas pahanya.
“Bibi jangan bicara seperti itu! Sampai kapan pun, aku tidak membutuhkan wanita dalam hidupku. Cukup bibi saja. Masalah kebutuhan, aku bisa mengurus semua kebutuhanku sendiri. Bibi tidak usah khawatir.” Arvin meyakinkan Sarah bahwa ia bisa mengurus dirinya sendiri.
“Bagaimana kalau dengan Mikha saja? Bibi lihat dia gadis yang baik. Cantik pula, dan berpendidikan tinggi. Apa kau mau?” tawar Sarah antusias ingin menjodohkan Arvin dengan Mikha.
Arvin menggeleng cepat. “Tidak, Bi. Aku tidak suka pada gadis ceroboh seperti dia. Sudahlah, Bibi tidak usah memikirkan aku. Karena aku sudah cukup bahagia bersama paman dan bibi di rumah ini,” tolak Arvin dengan tegas.
Sarah hanya bisa menghela napasnya berat. Membicarakan tentang komitmen rumah tangga bersama Arvin memang tak akan pernah berhasil.
“Baiklah. Bibi mau istirahat dulu. Jika kau butuh apa-apa, minta tolong saja kepada Mikha. Jangan Bu Widya. Beliau habis keluar dari rumah sakit. Cepat istirahat juga, Vin. Kamu pasti juga capek.” Nasehat Sarah sembari keluar dari ruang kerja Arvin.
Meninggalkan Arvin yang masih memikirkan perkataan Bibinya barusan. Yakni menikah dengan Mikha. Gadis ceroboh yang jutek dan ketus setiap kali berbicara dengannya.
Arvin menghela napasnya panjang, “Apa yang di sukai bibi dari gadis jutek sepertinya? Bagaimana bisa bibi memintaku untuk menikahinya? Akan sepusing apa aku nantinya dalam menghadapi sikap juteknya dan cerobohnya. Ada-ada saja.” Monolog Arvin yang kembali menyelesaikan pekerjaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments