MENGUBAH TAKDIR MENANTU BUTA
“Asgar ... cepat kemari!” panggil Nyonya Jiang marah ketika mendapati pekerjaan menantunya tidak sesuai keinginan.
Asgar yang sedang mengepel berjalan tergopoh-gopoh hingga akhirnya sampai di depan ibu mertuanya. Tatapan nyalang diberikan padanya yang datang terlambat.
“Apa-apaan ini? Kamu sudah mulai berani, ya! Dasar menantu buta tidak berguna!”
Tanpa ampun, Nyonya Jiang langsung memukul tubuh Asgar Valeriil Carim tanpa mendengarkan penjelasan darinya.
“Beberapa tahun ini, kamu makan minum tidur pakai uang keluarga kami, kalau tidak ada Keluarga Jiang, kamu mungkin saja sudah mati karena kelaparan di luar sana, dan kamu bisa-bisanya menolak untuk mencuci kaos kaki ini?”
“Maaf, Bu, maaf ....” hanya itu kata yang mampu terucap dari bibir Asgar.
Sebenarnya Asgar sudah meminta maaf kepada ibu mertuanya, tetapi ia sama sekali tidak mendapatkan pengampunan justru semakin dimaki-maki dan dipukuli.
“Mulai berani kamu! Cuih!”
Nyonya Jiang juga meludahi Asgar.
“Cepat pergi dari rumah ini! Aurora tidak butuh suami pecundang sepertimu!”
Asgar digelandang hingga pintu gerbang. Akhirnya hari itu Asgar benar-benar diusir keluar rumah ibu mertuanya. Tanpa membawa apapun ia melenggang pergi dari rumah yang telah memberinya tumpangan selama beberapa tahun.
Kini ia harus memulai perjalanan untuk mencari tempat tinggal sementara. Pada saat itu pula ia mengenang kembali kehidupan masa lalunya.
Sebenarnya, Asgar adalah adalah cucu seorang dokter ajaib yang terkenal dengan kemampuan medisnya.
Pada saat berusia delapan belas tahun dirinya dijebak. Sepulang dari kampus ia diculik dan dipaksa menenggak sebuah minuman hingga membuat kedua matanya buta.
Demi melatihnya, Kakek Surya membiarkan Asgar mengobati matanya sendiri. Selama ia buta, Asgar sering mengalami kesulitan dalam hidupnya.
“Maafkan Kakek, semua ini demi melindungi identitasmu. Lebih baik kau tidak mengenal kakek dan menjadi orang lain agar tidak terlalu banyak orang lain lagi yang menyakitimu,” ucap Kakek Surya ketika berhasil menemukan cucunya yang menghilang sejak penculikan tersebut.
Saat mengetahui jika Asgar buta karena ulah mereka, semakin banyak ketakutan yang menyerang. Sehingga Kakek Surya seolah menjauhi Asgar.
Tujuan mereka sudah pasti adalah utusan dari beberapa pihak yang tidak suka dengan ketrampilan medisnya. Sampai suatu waktu akhirnya Kakek Surya berhasil menemukan Asgar kembali.
“Alhamdulillah, benarkah ini kakek?”
Tangan Asgar mencoba menyentuh struktur wajah tua sang kakek. Hanya untuk memastikan apakah benar dia kakeknya atau bukan.
“Iya, ini kakekmu Asgar. Maafkan kakek yang terlambat menemukanmu.”
“Tidak apa-apa, Kek. Hal yang terpenting saat ini kita bisa bertemu.”
Kakek Surya mengusap dan menyeka air matanya dan menormalkan suara agar Asgar tidak mengetahui jika ia baru saja menangis.
“Asgar, kakek tidak punya uang untuk membawamu berobat. Apakah kamu mempunyai keinginan untuk sembuh?”
“Tentu saja, Kek. Akan tetapi biarkan seperti ini saja dulu, karena hal itu pasti membutuhkan banyak uang.”
“Kamu tenanglah, karena saat ini ada sebuah keluarga yang sedang membutuhkan seorang laki-laki untuk merawat seorang wanita lumpuh.”
“Maksudnya?”
“Jadi begini, sudah lama Keluarga Jiang ingin mencari orang yang jujur. Namun, tidak ada yang mampu bertahan, dan ingin mencari orang yang mau merawat putrinya tersebut.”
Asgar tampak menolak permintaan kakeknya, ditambah lagi ia adalah seorang laki-laki buta. Jadi bagaimana mungkin bisa merawat orang sakit?
“Ta-tapi, Kek ....”
Tangan kakek mengatup sebagai permintaan jika ucapannya barusan sungguh-sungguh.
“Jangan khawatir, mereka berjanji akan memberimu sejumlah uang dan nanti bisa kamu gunakan untuk berobat.”
Baru saja bertemu dengan kakeknya, Asgar dihadapkan dengan pilihan sulit. Akan tetapi ia harus mengikuti permintaan itu sebagai tanda bakti pada sang kakek.
“Apakah hanya itu keinginan mereka?”
“Tidak, kamu juga harus menikah dengan wanita itu.”
“Kenapa begitu, Kek?” tanya Asgar tampak keberatan.
“Hal itu untuk melindungi status kalian yang tinggal serumah. Adat timur mengharuskan kita menjaga norma.”
Asgar tampak menghela nafasnya, hingga beberapa saat kemudian, menyetujui permintaan Kakek.
“Ya, sudah. Lakukan sesuai keinginan Kakek.”
Akhirnya pernikahan antara Asgar dan Aurora Adelaide terjadi. Sejak saat itu pula Asgar tinggal di rumah mertuanya. Setelah menikah beberapa tahun, karena Asgar tidak berkemampuan, keluarga Nyonya Jiang sering memukul dan menghinanya.
Sering melontarkan kata-kata kasar untuk menyakiti Asgar. Tidak jarang pula mereka memilihkan laki-laki kaya dan mapan yang lebih pantas bersanding dengan Aurora.
Mengingat hal itu, Asgar mengusap cairan bening yang menumpuk di sudut matanya.
Saat Asgar terusir, ia terpaksa berpindah ke suatu tempat dan mulai mengobati diri sendiri.
“Kedua mata ini harus segera disembuhkan agar bisa kembali hidup bersama Aurora,” ucap Asgar penuh dengan ketegasan.
Bagaimana pun, mereka telah hidup bersama selama tiga tahun dengan status suami istri. Hanya karena ia buta, selama rentang waktu sebanyak itu Asgar menerima hinaan dari keluarga Aurora dengan lapang dada.
Kini ia tinggal di sebuah gubuk kecil. Di tempat itu pula Asgar mencari cara untuk mengobati matanya.
Kemampuan medis yang didapat dari pengajaran sang kakek akhirnya digunakan. Berkali-kali gagal dalam uji coba tersebut, tetapi Asgar tidak menyerah. Hingga pada percobaan terakhir dan diujung pengharapan, akhirnya Asgar mendapatkan kembali penglihatannya.
“Ya Tuhan, benarkah ini a--?” Asgar tampak mengusap wajah dan beberapa bagian tubuhnya saat mematut dirinya di depan cermin bekas.
Serasa tidak percaya, ia bahkan sampai menampar pipinya berulang kali. Baru saja selesai pengobatan dan merasa senang, Asgar tidak sabar untuk segera melihat keindahan dunia luar yang selama ini ditinggalkan.
Naas, saat ia keluar dari gubuk, tanpa disadari beberapa orang berjalan ke hadapannya dan membawanya ke dalam sebuah mobil van.
“Hei, siapa kalian?” ucapnya panik.
Baru mau melawan ternyata tengkuknya dipukul benda tajam, hingga hampir pingsan. Beruntung kesadarannya tidak sepenuhnya hilang.
Asgar menebak jika para pelaku yang membawanya ini adalah ulah salah satu pengagum Aurora. Maka dari itu ia tidak berani asal bertingkah.
“Penglihatan ini memang sudah kembali, akan tetapi lebih baik tetap bersandiwara menjadi orang buta,” ucapnya di dalam hati.
Ternyata Asgar dibawa mereka ke sebuah hotel.
“Argh!” desis Asgar yang merasakan lehernya yang terasa nyeri.
Para penculik itu rupanya memukul Asgar hingga pingsan. Beruntung ia sudah berlatih keras merawat tubuhnya melalui ketrampilan medis yang diajarkan Kakek Surya, sehingga pukulan mereka tidak berarti.
Demi tidak membocorkan rahasia dirinya dan mengetahui tujuan mereka, Asgar masih berpura-pura pingsan. Saat ini tubuhnya diletakkan di atas ranjang tanpa sehelai pakaian atas.
Beberapa saat kemudian, Asgar diam-diam membuka mata dan menemukan seorang wanita cantik yang memunggungi dirinya sedang melepaskan pakaian.
Jantung Asgar berdetak cepat, bagaimana pun ia pria normal. Akan tetapi ia juga tahu kalau tujuan wanita ini tidaklah biasa. Maka dari itu ia semakin waspada.
Demi membuktikan dirinya tidak melakukan ini, Asgar buru-buru mengambil dan menyembunyikan ponsel miliknya di atas kepala ranjang. Tidak lupa ia telah menyalakan kameranya terlebih dahulu.
Benar saja setelah wanita itu melepaskan semua pakaiannya, ia berbaring di samping Asgar. Tubuh yang seksi cukup memberi serangan yang cukup kuat kepada Asgar.
Bagaikan tersengat aliran listrik, aliran darah Asgar memanas, bahkan Asgar junior mulai terbangun. Apalagi beberapa bagian tubuh wanita itu yang menonjol dan kenyal berhasil menyentuh lengannya yang kekar.
“Sabar, sabar ... tahan Asgar. Ingat masih ada Aurora yang lebih cantik dan mempesona di rumah,” ucapnya di dalam hati.
Sementara itu wanita cantik tersebut terus menggerakkan tubuhnya, menggeliat manja agar terlihat seolah-olah mereka sedang bergulat di atas ranjang. Lekuk tubuh wanita itu benar-benar sempurna, bagaikan gitar Spanyol. Padat, berisi dan kenyal di beberapa bagian.
“Ingat, buka segel yang halal saja, pasti lebih lezat daripada wanita di sebelahmu ini!” ujar Asgar masih berperang dengan hasratnya.
Demi tidak ketahuan orang, Asgar hanya bisa berpura-pura tenang. Mencoba berpikir logis dan memusatkan pikirannya agar ia tidak terpancing dengan ulah wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ
keren alurnya fan, semangat
2023-01-09
1
Leony2
nggak ada angin dan hujan justru mukul
2023-01-07
1
Lady
bisa ga sih ga usah menghina
2023-01-06
1