Part 5. MAAFKAN KAMI

Aurora merasa tidak senang akan sikap ibunya pada Asgar. Terpaksa ia membuka mulut untuk menegur ibunya yang selalu bersikap berlebihan pada suaminya.

“Bu, apakah kau tidak sadar dengan ucapanmu barusan. Jika bukan karena bantuan Asgar, ayah tidak akan bisa sampai di sini dalam waktu sepuluh menit.”

“Bisa-bisanya ibu mempermasalahkan Asgar yang menyetir ugal-ugalan dan membuat ibu mual. Apakah ibu tidak sadar dengan mengatakan hal seperti itu sama saja ibu hanya memikirkan pribadi dan justru tidak peduli dengan kondisi ayah sama sekali!”

Tentu saja ucapan Aurora barusan membuat mulut Nyonya Jiang seketika bungkam dan membisu karena terlalu malu. Namun, semua ini terjadi karena Asgar.

Lagi-lagi Asgar membuatnya semakin tidak dihargai sebagai seorang ibu. Kedudukannya justru tersaingi dengan kehadiran Asgar.

“Awas saja kau mempengaruhi perasaan putriku, bisa-bisanya ia justru menggurui ibunya sendiri,” ucap Nyonya Jiang di dalam hati sambil memicing pada menantunya, Asgar.

Apapun yang dilakukan Asgar selalu salah di mata Nyonya Jiang, sama seperti saat ini yang membuatnya menjadi semakin membenci Asgar.

Sebab hal itu pula, Asgar berpura-pura tidak melihat Nyonya Jiang yang melotot ke arahnya. Asgar lebih sibuk untuk menggendong Tuan Jiang berjalan ke IGD.

Melihat punggung belakang Asgar, Aurora tiba-tiba merasa kasihan akan suaminya yang begitu dipersulitkan oleh keluarganya. Pada saat yang sama, Aurora juga sedikit kebingungan, mengapa dirinya tiba-tiba memiliki perasaan semacam ini.

“Tunggu dulu, perasaan apa ini?”

Awalnya Aurora hanya merasa jika Asgar adalah suaminya, sehingga ia tentunya harus melindungi Asgar, namun sekarang malah merasa kasihan.

“Kenapa justru terjebak dalam perasaan yang rumit? Haruskah merasa bahagia atau membuang perasaan aneh ini?”

Tidak mau lama-lama dipusingkan dengan perasaannya sendiri, Aurora mengejar langkah kaki Asgar ke ruang IGD.

Asgar membawa Tuan Jiang pergi periksa, dan kepala dokter yang piket hari itu rupanya adalah salah satu murid Kakek Surya. Beruntung kepala dokter tersebut tidak tahu identitas yang sesungguhnya yang mengatakan jika Asgar adalah cucu dari Dokter Ajaib, yaitu kakeknya sendiri Kakek Surya.

Kepala dokter hanya mengira jika Asgar adalah murid kebanggaan Dokter Ajaib, sehingga ia menjadi penuh hormat kepada Asgar. Ia pun langsung mengatur pemeriksaan untuk Tuan Jiang karena kedudukannya yang sangat penting di sisi Kakek Surya.

“Tuan, silakan menunggu di luar. Pemeriksaan lengkap akan saya lakukan demi ayah mertua Tuan Asgar!”

“Terima kasih banyak, dok.”

Sembari menunggu hasil pemeriksaan, Asgar sengaja memberitahu bahwa orang yang menjebak dirinya masih belum ditemukan, dan meminta kepala dokter untuk tidak mengatakan identitasnya yang sesungguhnya.

“Ingat, dokter harus membantu untuk merahasiakan semua hal ini. Semua demi kebaikan dan keselamatan kita bersama.”

“Baiklah, jika memang ini jalan terbaik untuk kita semua,” ucap Kepala dokter dengan penuh keyakinan.

Kepala dokter pun menerimanya penawaran yang diberikan Asgar begitu saja. Hasil pemeriksaan sudah keluar dengan cepat, dan hasilnya ada sebuah pendarahan otak yang sangat serius di kepala Tuan Jiang.

Aurora segera berlari menghampiri Asgar dan juga merasa sangat senang melihat hasil pemeriksaan yang sudah keluar, kemudian ia berterima kasih kepada suaminya tersebut.

“Terima kasih, Asgar, tanpamu semua ini tidak bisa terjadi dan penuh dengan mukjizat.”

“Sama-sama.”

Namun siapa sangka, Aiden malah maju dan bilang dirinya kenal dengan wakil kepala dokter di sini.

“Kau tahu, jika wakil kepala dokter buru-buru mengatur pemeriksaan untuk ayahmu. Semua itu karena kami telah saling mendekat.”

Sambil memicing, Aiden mengeluarkan kekesalannya pada Asgar secara langsung.

“Memangnya dia, menjadi seorang lelaki yang tidak berkemampuan, tetapi justru mau merebut kontribusi di sini!”

Mendengar hal ini, orang yang di sebelah juga merasa setuju kalau Tuan Jiang bisa langsung diperiksa itu dikarenakan bantuan orang dalam. Aiden yang baru saja duduk, lalu ia menajamkan penglihatannya ke sekeliling.

Seolah mendapatkan celah, maka setelahnya ia justru semakin memaki Asgar yang tidak tahu malu sama sekali.

Merasa jika terus direndahkan membuat Asgar justru berdebat dengan Aiden.

Hingga Aiden kehilangan kata-kata dan lebih memilih pergi menjauh dari mereka.

Oleh karena kondisi yang memang cukup darurat. Asgar memberitahu Auora betapa seriusnya penyakit Tuan Jiang.

Raut wajah Aurora seketika memburuk. Saat ini, Aiden berpura-pura lagi, dan bilang jika Asgar adalah si pecundang yang tidak mengerti apa-apa.

“Bagaimana mungkin sekarang Asgar bisa tahu penyakit itu parah atau tidak? Ia pasti sedang berkata sembarangan, dan sengaja menakutimu, Aurora!”

Nyonya Jiang yang sehati dengan Aiden tentu saja masih setuju akan ucapan dari kandidat calon menantunya barusan.

“Apa yang dikatakan Aiden adalah kebenaran, jadi seharusnya kamu harus lebih percaya padanya.”

Demi berpura-pura keren dan memperoleh kesan baik dari Aurora, Aiden pun menelpon wakil kepala dokter, dan menyuruhnya untuk mengobati Tuan Jiang.

Tidak berapa lama kemudian, wakil kepala dokter tiba datang dengan cepat. Demi menjilat Aiden, Nyonya Jiang terus berterima kasih kepada teman Aiden yaitu wakil kepala dokter.

“Pak wakil kepala dokter, terima kasih karena Anda telah membantu Ayah Aurora dengan mengatur pemeriksaan darurat untuknya.”

Namun siapa sangka, wakil kepala dokter malah kebingungan ketika dihadapkan pada ucapan dari Nyonya Jiang barusan.

“Maaf Nyonya, sepertinya Anda salah orang.”

Wakil kepala dokter tersebut mulai menjelaskan duduk perkaranya pada orang-orang di sana. Beberapa waktu yang lalu dirinya memang menerima panggilan.

Dia mengatakan jika ada seorang pasien darurat yang tiba, jadi ia tidak ada waktu untuk memeriksa Tuan Jiang, serta memberitahu bahwa pemeriksaan Tuan Jiang bukanlah kontribusinya.

“Mungkin saja kepala dokter yang melakukannya, Nyonya.”

Tiba-tiba kepala dokter muncul dan menepuk pundak Asgar. “Maaf, sebenarnya kami sudah lama saling mengenal satu sama lain.”

Kepala dokter menjelaskan jika yang mengatur pemeriksaan untuk Tuan Jiang barusan, bukanlah wakil kepala dokter melainkan dirinya sendiri. Mendengar hal itu seketika ekspresi Aiden menjadi sangat buruk. Lagi-lagi Aiden dipermalukan oleh Asgar untuk kesekian kalinya.

“Kenapa dia selalu beruntung, siapa sebenarnya dia?” gumam Aiden menatap sinis ke arah Asgar.

“Bagaimana pula ia bisa mengenal kepala dokter di Rumah Sakit semewah ini?”

“Sungguh tidak bisa dibiarkan seperti ini!” ucapnya di dalam hati.

Dari hal sekecil itu rupanya pandangan orang-orang yang berada di sana seketika berubah dan memuji tindakan Asgar barusan. Tidak lupa ia berterima kasih karena sudah memprioritaskan kesehatan Tuan Jiang.

“Maafkan kami yang berpikiran buruk padamu, Asgar. Sekali lagi kamu mengucapkan terima kasih padamu.”

Asgar mengulas senyum pada mereka semua, meskipun Aiden sama sekali tidak menatapnya dan justru membuang muka karena malu.

Kini, Aiden yang merasa malu hanya bisa semakin menepi. Agar wajahnya tidak bisa terlihat secara langsung oleh Aurora dan Asgar.

“Maaf Aurora, kami tidak menyangka jika suami kamu justru mengenal orang-orang penting.”

Terpopuler

Comments

Lady

Lady

syukurin

2023-01-07

1

Leony2

Leony2

kapok nggak tuh

2023-01-07

1

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

makanya jadi orang Jangan sombong klu udah bgn kan malu jadinya

2023-01-06

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!