Kenapa Harus Selingkuh?

Kenapa Harus Selingkuh?

KENAPA HARUS SELINGKUH?

   

# RAINY Prov

  Ada sakit yang seolah tak berujung ketika ku pandangi foto pernikahan kami. Lelaki ganteng yg dulu begitu romantis itu tengah memelukku erat dengan segenap cinta nya. Tapi sekarang cinta itu telah menguar lenyap entah ke mana. Kehidupan kami yang sekarang serba ada telah merubah semua kata mesra dan harmonis dari kamus hidup kami. Padahal puluhan tahun lalu, ketika suamiku ke kantor masih menaiki vespa butut nya... atmosfir keluarga kami begitu penuh dengan tawa kebahagiaan. Anak anakpun bahagia karena setiap awal bulan bisa jalan-jalan bersama mama dan papanya. Lalu makan bareng di sebuah warung padang depan perumahan atau makan bakso diujung gang.

Tapi sekarang...meski setiap akhir pekan kami bisa menikmati makanan mahal di resto-resto siap saji dan jalan jalan ke mall tapi semua seakan hampa tak berarti. Semua tak lebih dari sebuah sandiwara agar anak anak tak merasakan kemelut yang tengah kami hadapi. Kebahagiaan yang ku gadang-gadang akan ku nikmati sampai tutup usia ternyata pupus di tengah jalan.  Ketika aku mengetahui bahwa ada wanita lain yang ada di hati suamiku. Dan yang lebih menyakitkan ketika aku mengetahui bahwa perempuan itu telah memiliki anak dari hubungan gelap mereka.

Semenjak aku tahu kenyataan itu hari demi hari rumah tangga kami hanya diwarnai oleh pertengkaran. Bahkan tak jarang tamparan dan tendangan telak mendarat di tubuhku. Berkali kali suamiku berkata akan menceraikanku. Dan aku hanya bisa menangis karena kalau hal itu terjadi harus kemana aku bersandar. Aku hanya seorang ibu rumah tangga yang tidak punya penghasilan apapun. Sementara anak-anakku masih membutuhkan biaya banyak untuk pendidikan mereka. Karena anak yang paling besar baru kelas 2 SMA dan yang paling kecil baru  kelas 1 SMP. Aku pun tidak punya siapa-siapa, kedua orang tuaku sudah meninggal dan saudara kandung pun aku tak punya. Jadi Sungguh Aku takut ketika suamiku mengancam akan menceraikanku, aku lebih memilih dipukuli dan ditendang daripada harus berpisah untuk saat ini.  Barangkali ini terdengar bodoh dan naif tapi hanya itulah satu-satunya pilihanku sebelum aku mampu berdiri sendiri diatas kakiku sendiri untuk menopang kebutuhan anak-anakku.

《 Mom Mitha, da beberapa kali kok gak ikut ngumpul arisan? Kemana aja?》

Tiba tiba ponsel ku berbunyi dan ketika ku buka...ada pesan wa dari Mommy Danish teman sekelas Mitha anakku yang bungsu.

Aku terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Karena memang sudah hampir 2 bulan ini aku tak lagi bisa ikut kumpul- kumpul arisan dan makan- makan bersama MomCa ( Mommy Cantik, nama gank kelas anakku). Aku lebih memilih pulang, setelah mengantar anakku sekolah. Dan merenungi nasib yang tak berpihak padaku. Aku juga berusaha sebisa mungkin menghindar dari bertemu dengan Gank itu...karena aku sangat takut jika mereka tau apa yang menimpaku dan akan dijadikan bahan gosipan sepanjang masa. Pasti itu akan sangat menyakitkanku. Aku bukan wanita tegar dan berpendidikan tinggi. Aku hanya wanita biasa biasa saja dengan latar belakang kehidupan yang biasa biasa pula. Kalaupun sekarang aku bisa menikmati kehidupan yang tergolong mewah, karena suamiku yang naik jabatan menjadi Manager General Affair di perusahaan keramik table ware. Semenjak itu kehidupan ekonomi kami mulai berubah drastis. Suamiku mendapat fasilitas rumah dinas dan juga mobil, otomatis berubah pula pergaulanku. Dulu yang tidak kenal istilah arisan sosialita mendadak jadi harus ikut terjun didalamnya.

Pola hidup sederhana yang dulu ku pegang dengan kokoh, perlahan mulai mencair. Aku lebih suka menghabiskan semua jatah belanjaku, ketimbang menyisihkannya untuk ditabung. Dan setiap bulan uang belanjaku selalu habis tak bersisa, karena aku lebih mementingkan ikutan arus berburu barang viral daripada menabung. Dan hari ini aku sangat menyesali kebodohanku. Disaat suamiku mulai mengurangi jatah belanja bulanan dengan berbagai alasan, aku baru tersadar. Padahal uang pendidikan anak anak saat ini makin melambung tinggi. Anak anakku sudah mulai harus diimbangi dengan berbagai les penunjang, dan itu membutuhkan uang yang tidak sedikit. Sementara secara sepihak suamiku mengurangi hampir seperempat uang bulanannya untuk kebutuhan rumah dan anak anak semenjak 3 bulan lalu. Padahal aku yakin, dia mendapat uang tunjangan yang selalu naik per 3 bulan sekali. Entah ke mana pergi nya uang uang itu. Mungkin untuk perempuan simpanannya. Setiap mengingat hal itu...ada perih yang makin menggigit hatiku.

Baru jam 11.30 ketika kudengar suara mobil terparkir di halaman rumah. Kemudian disusul dengan suara sepatu beradu di atas lantai dengan irama yang sangat cepat. Terdengar pintu dibuka dengan kasar. Tanpa melihatpun aku sudah tau siapa yang datang. Setengah berlari aku menghambur ke luar dari kamar, mencoba menyambut kepulangan suamiku. Agar tak ada lagi cacian dan tamparan yang akan ku terima jika aku terlambat menyambutnya.

"Sudah pulang pa? Mau disiapin minum apa?"

"Kamu gak liat aku buru buru? Hari ini aku akan menemani Emil dan Bima ke pantai. Cepat siapin beberapa baju ganti yang cocok dengan suasana di pantai".

Bukan tamparan dipipi yang kuterima, tapi hujaman ribuan mata pisau yang langsung menancap dan merobek robek hatiku. Aku terdiam kaku, melangkahpun serasa tak lagi punya tenaga. Habis sudah energiku mendengar perkataan suamiku.

"Hei. . . Kamu tuli?" Lalu sebuah tamparan panas mendarat dipipiku. Aku turhuyung... hampir jatuh kalau tidak reflek tanganku meraih handle pintu kamar.

Pipiku sudah basah, tanganku gemetar. . Entah rasa apa yang sekarang dihatiku.

"Jangan pergi pa..kasihan anak anak. Mereka butuh kasih sayang papa". Aku bersimpuh dibawah kaki suamiku.

"Katakan kekuranganku apa. .. aku akan memperbaikinya pa. Tapi tolong, tinggalin perempuan itu", pintaku memelas.

"Apa kamu bilang? Kamu minta saya ninggalin Emil? Itu sesuatu yang tidak mungkin, yang ada justru aku akan meninggalkanmu. Dan hidup bahagia bersama Emil dan anakku".

" Apa Papa begitu mencintainya? Apa papa lupa kalo dia juga sudah bersuami?"

"Hei itu bukan urusanmu. Cepat kerjakan perintahku atau kamu ingin merasakan ciuman sepatuku?!" Hardiknya kasar.

Belum sempat aku berdiri dari posisi memohonku, sebuah tendangan mengenai kakiku. Aku menangis... tapi tak berani bersuara. Aku sudah tidak punya pilihan, aku memang harus menerima semua ini sebagai salah satu takdir Tuhan.

"Papa...kenapa papa selalu menyakiti mama? Apa salah mama?" Ada suara lain yang sontak menyita perhatianku. Didepan pintu kamar ada Alfa yang menatap kami dengan mata yang sudah basah. Sakit sekali rasa hatiku, karena anak sulungku melihat kejadian yang tak seharusnya dia lihat.

"Mama... aku akan melindungi mama". Lalu dia menghambur dalam pelukanku. Menumpahkan tangis yang sungguh sangat menyakitkan hatiku. Entah apa yang terjadi sebelumnya, kenapa anakku tiba tiba sudah ada di rumah. Padahal ini belum waktunya dia pulang sekolah.

Dari ekor mataku dapat ditangkap bahwa suamiku segera membuka lemari pakaian kami. Memasukkan beberapa pasang baju ke dalam tas jinjing. Lalu pergi begitu saja, membiarkan aku dan anakku yang masih menangis sambil memohon padanya untuk tetap bersama kami.

Terpopuler

Comments

Mom La - La

Mom La - La

Awal yang bagus.
tetap semangat

2023-01-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!