EPISODE 2

Kupeluk Alfa dengan erat. Seolah hendak ku katakan bahwa aku baik-baik saja. Bahwa mamanya ini bukan perempuan yang cengeng. Sekuat tenaga ku coba menahan tangisku, agar Putra sulung ku memgerti bahwa mamanya adalah perempuan yang kuat.

"Sayang, mama tidak papa. Mama baik-baik saja, Alfa jangan sedih ya", sambil ku elus mesra punggung anakku.

Perlahan pelukannya mengendur, lalu kepala itu mendongak menatapku.

"Alfa janji akan rajin sekolah Ma. Nanti kalo Alfa sudah kerja, mama sama adik ikut Alfa. Kita tinggalin papa. Papa jahat, Alfa benci papa", dengus anak sulungku. Ada amarah yang jelas tersirat disana. Makin kupeluk tubuh nya, menenggelamkan luka yang sempat tergores dihatinya. Tidak, anakku tidak boleh membenci ayahnya. Ayahnya harus tetap menjadi super hero dihatinya.

"Kakak ga boleh bilang seperti itu. Papa itu baik, papa tidak jahat, papa sayang sama kita. Hanya saja, saat ini papa sedang khilaf nak", kucoba mengikis sakit yang kurasa ketika mengatakan hal itu. Kata-kata klise yang sebenarnya juga sangat melukai hatiku. Karena aku tau, seperti apa sekarang suamiku.

"Kakak, coba ceritakan pada mama. Kenapa kakak kok udah pulang jam segini? Padahal ini bukan hari sabtu lho...", kucoba mengalihkan topik pembicaraan ketika keheningan sekejap melingkupi kami.

Putra sulungku mendongak, dihapusnya sisa air mata itu dengan punggung tangannya.

"Alfa terpilih mewakili Jawa Tengah untuk mengikuti Lomba Design Rumah sehat ma. Senin besok Alfa harus berangkat ke Jakarta", ada pancaran kebahagiaan dimata elangnya.

"Alhamdulillah kak", ucapku bahagia. Kembali kupeluk tubuhnya erat. Anak sulungku memang dari kecil sangat menyukai dunia ke Arsitek an. Beberapa kali dia mengikuti lomba design bangunan dan pulang sering membawa piala dan uang pembinaan.

"Untuk lomba kali ini, jika Alfa bisa juara maka Alfa akan dapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah ma. Dan Alfa bisa magang di sebuah perusahaan yang menjadi sponsor lomba kali ini ma. Mama do'a in Alfa bisa juara ya Ma. Alfa akan jagain mama dan adik", jelas putra sulungku. Kulihat ada genangan air mata disana.

Ya Allah, terimakasih karena dibalik cobaan yang Kau berikan ada nikmat yang terselip disana.

"Iya, mama selalu berdo'a untuk kakak dan adik. Doa terbaik untuk kita semua. Kak, tadi mama masak balado telor kesukaan kakak. Kakak pasti laper, kita makan dulu yuk".

Lalu kuajak anak sulungku menuju meja makan, sekedar menghapus kenangan buruk yang telah terjadi beberapa menit lalu.

"Mama nanti istirahat aja ya. Biar kakak yang jemput Mita di sekolah. Nanti sepulang jemput Mita, baru kakak prepared buat keperluan ke Jakarta. Kakak tadi juga sudah dikasih uang oleh pihak sekolah untuk beli kebutuhan lomba ma". Ujarnya dan tak kudengar nada luka disana. Aku tersenyum menanggapi ucapan anak sulungku. Ya Allah, beri aku kekuatan untuk melewati ini semua.

# Hary Prov

   《Pipi...Bima pengin ke pantai hari ini. Mumpung akhir pekan. Pipi bisa nemenin kami?》

  《Tentu Mimi...buat kalian apa sih yang enggak. Si Budi ke mana?》

Balasku sesegera mungkin ketika mendapat wa chat dari perempuan seksi nan genit yang telah merubah semua kehidupanku. Entahlah...wanita itu begitu menggodaku, sehingga aku tanggalkan akal sehatku demi mengejar cinta nya. Wanita seksi yang merupakan istri resmi dari Budi Wicaksana lelaki yang semenjak SMP dulu selalu menjadi rivalku dalam segala hal.

《Budi lagi pulang ke Yogja, emak nya koma...》

Jawaban Emil perempuan pujaanku membuyarkan lamunanku.

Entahlah... aku selalu tak bisa menolak permintaan wanita seksi itu. Bahkan aku rela meninggalkan anak dan istriku di rumah demi memuaskan keinginannya.

"Mas nanti saya nebeng ya".  Seseorang menyentuh pundakku dari belakang ketika aku masih asyik berkutat dengan komputerku. Tanpa menengokpun aku sudah tau siapa pemilik suara genit dan sentuhan menggoda itu.

"Boleh asal sebelum turun cipika cipiki dulu", godaku sembari meremas tangannya yang masih dipundakku.

"Lebih dari itu juga boleh", bisiknya teramat lembut dan membuat bulu kudukku meremang tanpa komando. Seandainya tidak dikantor...mungkin aku sudah akan menerjang pipi dan bibirnya dengan sentuhan tanganku. Berdekatan dengannya...membuatku enggan melakukan apapun selain menikmati senyum dan kerling matanya. Entah sudah berapa banyak lelaki yang terkapar tak berdaya oleh pesona kegenitan dan kemanjaannya. Dan sudah berapa banyak lelaki dikantor ini yang rela melupakan istri di rumah demi untuk sekedar bersenang senang dengannya. Wanita seksi yang tak pernah mau melepas senyumnya dimanapun dia berada. Dan itu membuat kaum adam rela bertekuk lutut dihadapannya. Termasuk aku, yang sudah beberapa bulan semenjak diumumkan posisiku sebagai Manager General Affair, selalu ditempel oleh wanita seksi ini. Padahal ketika dulu aku masih berstatus driver, sedikitpun tak pernah dia melirikku. Tapi akhir-akhir ini, dia selalu memperhatikanku mulai dari sekedar membawakan gorengan di pagi hari atau hanya sebuah sapaan lewat pesan wa. Tapi apa yang dilakukannya sungguh bisa merubah segalanya dimataku.

"Har, inget anak istri di rumah. Jangan main api sama Emil, kamu tau kan trade record dia di kantor ini", singgung Abu Manager Kantin siang itu ketika aku mampir ke kantin sekedar ber say hello padanya.

Aku tersenyum menanggapi ucapannya. "Nah ini yg bikin gue penasaran, seberapa hot tuh body kok ampe bisa bikin banyak jago di sini yang terkapar".

"Jangan main gila lu, kalo udah masuk perangkap susah keluar lu nanti", peringat Abu kembali. Lagi lagi aku hanya cengengesan menanggapi ucapannya. Untuk kemudian berlalu dan menuju pantry karena tiba-tiba aku membutuhkan secangkir kopi pahit.

Sekarang aku disini. Di sebuah villa yang berada tak jauh dari bibir pantai. Deburan ombak nya sangat kencang terdengar dengan jelas, bahkan angin laut yang sedari tadi berhembus kencangpun seakan berlomba lomba memberi kabar pada daratan tentang garangnya lautan di malam hari. Aku menatap wanita di depanku dengan sangat mesra. Tubuh seksi nya hanya terbalut gaun tipis selutut yang jika dia duduk dikursi maka akan tampak hot pan yang dikenakannya. Sementara Bima, lelaki mungil itu sudah lelap dalam kamarnya selepas adzan isya' tadi mungkin karena dia kelelahan setelah seharian asyik bermain dipantai.

Tangan mulus Emil mengambil anggur yang ada dimeja. Lalu memasukkannya ke dalam mulutnya, mengunyahnya dengan sangat nikmat. Karena kuperhatikan gerakan-gerakan mulutnya begitu berirama, membuat jakun ku turun naik. Sekuat tenaga ku mencoba menahan hasratku untuk ******* bibir seksinya. Kuseruput kopi pahit yang ada di meja, demi meredam gejolak hasra* ku yang tiba-tiba membumbung tinggi.

"Pipi hanya mau ngliatin aku atau pengin main-main sama aku?" suara seksi nya menggodaku dengan kerlingan mata genit nya.

Terpopuler

Comments

Sunmei

Sunmei

2luke hadir. mampir y k semangt

2023-02-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!