Aku Bertahan Demi Anakku
Hari ini aku sengaja pulang ke rumah lebih cepat dari biasanya.
betapa terkejutnya aku saat aku memasuki rumah, samar-samar aku mendengar ******* dari kamar paling belakang, masak sih adikku mengigau sampai segitunya,
aku penasaran dan buru-buru menuju sumber suara, aku buka pintu kamar adikku yang tak terkunci.
"Astaghfirullah, apa yang kamu lakukan mas? bajingan, apa kamu tidak punya otak, hah? Bisa-bisa nya kamu indehoi di rumahku, bersama dia mas?" aku menunjuk adikku sendiri.
"segitu gatalnya dirimu adikku, cepat pakai baju kalian, aku tunggu di ruang keluarga, cepattt kataku." sambil berteriak aku memerintahkan mereka untuk memakai baju.
"Ya Alloh ya Robbi," ujian apakah ini, batinku.
"Kuatkan aku ya Alloh, masih banyak yang membutuhkan bahu ku untuk bersandar." Tak berapa lama mereka datang berdua ke hadapanku.
"Duduk" kataku pada mereka.
"boleh aku bertanya kepada kalian?" tanyaku lagi
"Iya dek," jawab suami ku.
"Iya mbak," jawab adikku.
"Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan? jawab Mas," kataku tegas.
"Apa perlu aku jawab dek? jika aku jawab, aku takut semakin melukaimu."
"Baik, apa alasan kalian menghianatiku?" tanyaku lagi.
"Aku tak bisa menjawabnya dek."
"Baiklah, kamu pilih diam kan Mas? ku harap kamu pun diam saat aku bertanya ke adikku, jangan keluar sepatah kata pun saat aku menanyainya, bisa mas?" hanya helaan nafas yang ku dengar dari suami ku itu.
"Dek," kataku,
"boleh Mbak Yani tau, sejak kapan kalian menghianati mbak? dan apa alasan adek menghianati mbak? segitu tidak berharganya kah hubungan kita dek hingga kamu tega sama mbak? jawab dek, Mbak Yani mau dengar dari mulut adek sendiri." kataku bertanya kepada adikku tersebut.
"Baik akan aku jawab, persiapkan hati Mbak Yani untuk mendengar ucapan adek, jangan sampai Mbak Yani jantungan terus mati, aku nggak sudi merawat Nabila anak Mbak Yani yang manja itu," jawab umi atas pertanyaanku.
"Ummi, teriak suamiku ke adikku.
"Diam mas, biarkan adikku mengeluarkan isi hatinya, sudah ku katakan kan Mas? saat aku bertanya ke adikku aku mau kamu diam Mas ,, faham?" tekanku ke Mas Cahyo suamiku.
"Udah lah Mas, nggak usah kita tutupi lagi, toh Mbak Yani sudah mengetahuinya jadi kita tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi,
aku capek mas selalu jadi yang ke dua. Bntah adikku atas perkataan suamiku.
Dengar ya kakakku tersayang, kami menjalin hubungan jauh sebelum Mbak Yani menikah dengan Mas Cahyo, Mbak yang sudah merebut Mas Cahyo dariku. kenapa harus Mas Cahyo sih Mbak yang Mbak pilih untuk jadi suami? kenapa Mbak?
sudah habiskan stok laki-laki di dunia ini, hingga Mbak Yani memilih kekasihku.
Bagaikan di sambar petir, pernyataan adikku begitu menusukku.
sebegitu jauhnya mereka menyakitiku, ternyata Mas Cahyo adalah kekasih adikku. kenapa aku tidak mengetahuinya?
"Tuhan, sungguh sangat berat rasanya." keluhku dalam hati
"Terus mau kamu apa dek? kamu mau Mas Cahyo menjadi suami kamu? baiklah akan aku lepaskan untuk mu" aku berkata penuh kepasrahan kepada adikku itu.
Umi tertawa terbahak-bahakdl dengan mengejekku.
"Naif sekali kamu mbak, kamu kira aku akan mengambil Mas Cahyo sekarang? dan membuat aku memiliki cap pelakor? Tidak kakakku yang cantik, aku tak sebodoh itu!/
Aku akan terus menyiksamu dengan hubunganku bersama Mas Cahyo, aku akan selalu menghantuimu dengan status tak jelasmu. Istri bukan janda juga bukan. kamu akan terus tersiksa dan akhirnya depresi. saat itu lah aku akan hadir seolah menjadi pahlawan dalam rumah tanggamu, faham sayang?"
Sejak hari itu, hubunganku semakin
hambar dengan suamiku
aku pun memutuskan untuk memulangkan adikku ke Bunda dan ayah di kampung, maafkan Yani Bunda, Yani tidak bisa memberikan tempat untuk Umi lagi, Mas Cahyo sedang tidak bekerja
dan hasil dari Yani berjualan belum terlalu banyak untuk mencukupi kebutuhan kami, maaf ya Bunda, kataku lewat telefon.
Aku putuskan untuk tetap bertahan di pernikahan yang menyakitkan ku ini, semua ku lakukan demi Putri ku Nabila, biarlah aku hancur asal putriku masih merasakan kasih sayang ayahnya, aku tersiksa dengan hubungan Mas Cahyo dengan Umi, aku tak bisa melupakan kejadian dimana aku memergoki mereka yang sedang bercumbu di rumahku, tapi aku harus tetap waras, ada Nabila yang masih sangat membutuhkanku. Aku tidak boleh egois, aku harus kuat.
Dua bulan telah berlalu, aku tak pernah mendengar kabar tentang adikku, aku berfikir, mungkin lebih baik begini. aku mencoba ikhlas dengan penghianatan mereka
aku mencoba memaafkan suamiku, walau masih belum bisa aku melupakannya.
Entah mengapa tiba-tiba perasaanku tidak enak hari ini, "ada apa ya?" kataku.
"Assalamu'alaikum, Yani
kamu di rumah nak?" seru suara dari luar.
Apa aku mimpi ya? kok aku seperti mendengar suara Bunda .
"Wa'alaikumsalam, iya sebentar"
buru-buru aku memakai pasmina instan, lalu keluar membukakan pintu.
"Loh bunda? kok tiba-tiba? ada apa bunda?" Langsung aku mencium tangannya kemudian memeluknya,
"Adek ikut juga Bun?" tanyaku.
"Iya Yan, Umi ikut, ada hal mendesak yang mau Bunda bicarakan tentang Umi, Bunda boleh masuk nak?" tanya Bunda kembali.
"kok firasatku aneh ya? semoga tidak ada apa-apa," batinku.
"Boleh bunda, masuk-masuk, maaf Yani malah lupa nggak ngajakin Bunda masuk. Ayo dek turun, masuk dulu sini." Meskipun aku sakit dengan penghianatan adikku itu, tapi aku tetap berusaha ramah dengannya, agar Bunda tidak mengetahuinya, ada perasaan Bunda yang harus aku jaga disini.
"kok ayah nggak ikut bunda? kenapa?" tanyaku heran kepada Bunda.
"Duduk dulu nduk, biar kita enak ngobrolnya," kata Bunda.
"Yani buatkan minum dulu ya Bun, Bunda mau jus? biar Yani buatkan." Belum juga Bunda menjawab pertanyaanku, Umi terlebih dulu menyambar.
"Aku juga mau Mbak, jus alpukat ya? biar kandunganku kuat," kata umi sambil cengengesan.
"Maksudnya? kandungan? kamu hamil?" tanyaku tak percaya."
"Iya aku hamil, kenapa? kaget? ini anaknya Mas Cahyo, asal mbak tahu itu." Aku lemas mendengarnya.
"Ada apa ini Bunda? tolong jelaskan." tanyaku lirih.
"Yani, maafkan adikmu, Bunda telah salah mendidiknya," jawab Bunda lesu.
"Apakah Ayah mengetahuinya Bunda?
apa yang ayah katakan setelah tau semuanya?" tanyaku mencari jawaban.
"Ayah belum tahu nduk, Bunda takut mengatakan nya. Bagaimana ini nduk, ini semua ulah suamimu yang telah merayu adikmu," Cerita Bunda menyalahkan Mas Cahyo.
"Benarkah bunda? Begitukah pengakuan adek ke Bunda? apakah bunda percaya
tanyaku ke bunda
"Apa kamu tidak percaya adekmu nduk? meskipun kalian tidak dari rahim yang sama, tapi kalian menempati posisi yang sama di hati Bunda.Tidakkah kalian punya ikatan yang kuat untuk itu nduk? kasian adekmu nduk, bagaimana kalau dia hamil tanpa suami? kali ini Bunda mohon keikhlasan mu untuk berbagi suami dengan adikmu, tolong ya nduk biarkan Cahyo menikahi adikmu, demi bayi tak berdosa di rahimnya Umi. Toh kalian bukan saudara kandung, jadi dalam agama kita tidak mengharamkan jika kalian hidup berdampingan sebagai madu."
kata Ibu meminta kepadaku.
"Duh Gusti, cobaan apalagi ini? jika aku memilih berpisah dengan Mas Cahyo, kasihan Nabila, jika aku memilih untuk di madu? aku takut tak bisa menjaga kewarasanku.aku membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang akan aku alami.
"Biar Mas Cahyo yang mengambil keputusan Bunda, Yani tidak bisa mengambil keputusan."
"Hallah sok banget, Mas Cahyo pasti mau lah bertanggung jawab atas kehamilanku ini, lawong kami saling mencintai." Jawab Umi enteng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments