Bab 03 Kedatangan Tuan dan Nya. Blanco

"Auh," rintih Maira sembari mengusap dahinya yang terbentur dengan benda keras.

Mendengar tuntutan Nyonyanya, Maid terkejut dan berbalik dengan cepat. "Astaga, Nyonya. Nyonya tidak apa-apa?" tanyanya melihat dahi Nyonyanya.

Maira tersenyum, menganggukkan kepalanya. "Iya, aku baik-baik saja," ujarnya lembut.

Maira mengangkat kepalanya menatap orang uang baru saja ia tabrak. "Maaf, Tuan, aku tidak sengaja," ujarnya tersenyum dan sedikit menundukkan kepalanya.

Pria yang Baru saja ia tabrak, sama sekali tak bergeming, hanya menampilkan wajah datar, menatap Maira. Membuat Maira merasa gugup dan canggung, karena berfikir orang yang di depannya marah. Di tengah rasa gugup Maira, tiba-tiba seseorang menarik ujung bajunya.

"Aunty cantik, Aunty cantik," panggil seorang anak usia 5 tahun

Maira mengalihkan pandangannya. "He. Oh ... hei, boy," ujar Maira terlihat sangat terkejut dan senang saat melihat anak kecil itu.

"Aunty cantik, ada di sini juga?" tanya anak kecil itu.

Maira tersenyum dan mengangkat tangannya menyentuh kepala anak itu. "Iya, Aunty lagi belanja. Kamu kesini ngapain, boy?" ujarnya lembut.

Anak kecil itu tersenyum. "Aku lagi beli susu buat aku bawa ke sekolah, Aunty," ujarnya girang memperlihatkan susu yang di pegangannya.

"Oiya?"

"Iya," ujar anak kecil itu mengangukkan kepalanya seneng.

"Huem, Lalu kamu sama siapa ke sini?, Tidak sendiri lagi kan?" tanya Maira, pasalnya saat pertama kali ketemu, anak itu tersesat karena berjalan sendirian.

Anak itu terlihat cengesan memperlihatkan gigi susu putih miliknya. "Hehehe, tidak kok Aunty, Lian, sama Uncle."

"Oiya ?, Lalu di mana Uncle-nya?" tanya Maira lagi.

"Ini," ujar anak kecil yang bernama Rian, menunjuk pria yang tadi di tabrak Maira.

"Oh, ini," ujar Maira sedikit terkejut tapi segera ia mengembalikan ekspresinya dan tersenyum canggung pada Uncle Rian.

"Iya. Gantengkan Uncel aku, Aunty. Uncle aku ini banyak cewek cantik yang mau jadi pacal Uncle," ujar Rian semangat memperkenalkan Unclenya pada Maira.

Maira tersenyum dan mengusap kepala Rian. "Really?"

Rian mengangukkan kepalanya dengan cepat. "Iya, tapi Uncle-nya tidak mau. Aku juga tidak mau," ujar Rian dengan ekspresi tak sukanya, namun sangat lucu dan gemesin.

"Loh, kenapa?"

"Kalena meleka, cuka pakek baju tidak cukup bahannya," ujar Rian dengan nada tak suka.

Maira tersenyum, dan mencubit gemes pipi Rian. "Tidak boleh ngomong seperti itu," ujar Maira lembut.

"Kenapa?" tanya Rian.

"Karena, itu namanya menghina orang lain, dan itu tidak baik," ujar Maira memberitahukan dengan sangat lembut.

Rian, memanyungkan bibirnya. "Baiklah, Aunty, Lian, janji tidak bilang sepelti itu lagi," ujarnya lalu kembali tersenyum.

Maira kembali mencubit pipi Rian dengan gemes. "Good, Boy."

Rian terkeke abis mendapat pujian dari Maira. "Hehehe."

"Maaf, Nya, Tuan sudah menelpon, katanya Anda harus pulang," ujar Pak Tono kembali masuk karena Nyonyanya tidak kunjung keluar, dan Arhand juga sudah menelponnya dan memerintahlannya untuk membawa Maira pulang segera.

"Huem, Biaklah," jawab Maira.

Maira kembali membungkuk mensejajarkan tubuhnya pada Rian. "Rian, Aunty, pulang dulu yah ... Rian belajar yang rajin di sekolah yah, jangan nakal, ok," ujar Miara lembut, dengan mengusap rambut Rian.

Rian mengangukkan kepalanya dengan semangat. "Siap, Aunty."

Maira terkekeh melihat tingkah gemesin Rian. Maira bangkit berdiri memperbaiki posisinya, lalu dia menatap Uncle Rian, lalu tersenyum. "Permisi, Tuan," ujarnya sembari membungkukkan badannya sedikit.

"Mari, Nya," ujar Pak Tono, mempersilahkan Nyonyanya berjalan lebih dulu.

"Huem," ujar Maira berlalu pergi.

"Bay, Aunty," teriak Rian.

Maira berbalik dan tersenyum, membalas lambaian tangan Rian. "Bay, Rian."

Rian menarik ujung jas Unclenya yang terus menatap punggung Maira. "Uncle, Aunty Cantik, cantik kan?" tanyanya tersenyum.

"Rian, sudah selesai belanjanya?, kalau sudah selesai ayo kita pergi, Rian sudah terlambat, Uncle juga sudah terlambat datang ke kantor," ujarnya mengalihkan pembahasan keponakannya.

Rian mengangukkan kepalanya. "Sudah Uncle."

"Yah sudah, ayo kita bayar dulu," ujarnya mengambil belanjaan Rian untuk di bawa ke kasir.

"Iya," ujar Rian, mengikuti Uncle-nya.

......................

"Maid," panggil Maira.

" Iya, Nyonya," sahut Maid, menoleh ke arah Nyonyanya.

"Maid simpan di mana yang itu," bisik Maira.

"Nyonya, tenang saja, Maid sudah menyembunyikannya di tumpukan belanjaan," ujar Maid, juga dengan berbisik.

"Huem. Terima kasih, Maid. Maid selalu mengerti aku," ujar Maira tersenyum manis.

"Iya, Nya, sama-sama."

......................

"Ngapain Papa datang kemari sih, bukankah di US jauh lebih baik, Papa juga bukannya sangat menyukai suasana di sana," ujar Arhand pada sang Papa.

"Tanyakan pada Mamamu," ujar Tuan Antonio Blancodingin, ciri khas darinya.

"Salah sendiri kenapa tidak membuat Mama mengendong cucu," sargas Nyonya Arsy Blanco.

"Ayolah, Mam. Mama tau sendirikan itu tidak mungkin," ujar Arhand menatap Mama-nya melalui Rear vision mirror.

"Kenapa tidak mungkin, ha," sargas Nya Arsy lagi.

Tuan Blanco yang merasa akan terjadi perdebatan antara putra dan ibu, langsung ngangkat bicara. "Sudah cukup!. Kalian jika ingin bertengkar, nanti setelah sampai di rumah. Jangan bertengkar di dalam mobil," ujarnya dengan dingin dan datar, tak terbantahkan.

"Anak, Papa tuh," ujar Nya Arsy pelang, karena tak ingin di salahkan.

"Ma," ujar Tuan Blanco melirik istrinya.

"Iya, iya," ujar Nya, Arsy ikut terdiam.

...#continue .......

...Jangan lupa Vote, sebagai dukungan buat Author. Biar Author semakin semangat up-nya....

...See you, the next episode...

Terpopuler

Comments

Embun Kesiangan

Embun Kesiangan

🌹 semangat ✍️Thor

2023-03-01

1

Embun Kesiangan

Embun Kesiangan

ketemu pria lain. klo ketauan Tuan Antonio bahaya ini

2023-03-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Izin Khumaira.
2 Bab 02 Belanja
3 Bab 03 Kedatangan Tuan dan Nya. Blanco
4 Bab 04 Pertemuan Menantu dan Mertua.
5 Bab 05 Harapan Seorang Istri.
6 Bab 06 Nyonya Arhand Blanco.
7 Bab 07 Amarah Arhand.
8 Bab 08 Terpesona.
9 Bab 09 Kulkas 12 pintu.
10 Bab 10 Rencana Nya. Arsy.
11 Bab 11 Pesta Tuan Smith.
12 Bab 12 Minum
13 Bab 13 Arhand Mabuk
14 Bab 14 Sikap lebih Dingin.
15 Bab 15 Kita Berteman
16 Bab 16 Siapkan makanan.
17 Bab 17 Singa kelaparan.
18 Bab 18 Lingerie.
19 Bab 19 Satu Restoran.
20 Bab 20 Arhand Vs Azlan.
21 Bab 21 Kebingunan Maira.
22 Bab 22 Sikap Berbeda.
23 Bab 23 Dapur
24 Bab 24 Hukuman Maira.
25 Bab 25 Bayaran.
26 Bab 26 Kantor.
27 Bab 27 Kedatangannya.
28 Bab 28 Rasa Canggung.
29 Bab 29 Lunch I
30 Bab 30 Lunch II
31 Bab 31 Lunch III
32 Bab 32 Kenapa Sesakit ini?
33 Bab 33 Janji Aditya.
34 Bab 34 Keberanian Maira.
35 Bab 35 Istri?
36 Bab 36 Deal
37 Bab 37 Kembalinya masalalu
38 Bab 38 Tak di Akui
39 Bab 39 Sarapan
40 Bab 40 Perjodohan.
41 Bab 41 Amarah Arhand.
42 Bab 42 Amarah Maira
43 43 Anya uring-uringan.
44 Bab 44 Kepergian Maira.
45 Bab 45 Ancaman Azlan.
46 Bab 46 Ketegasan Tuan Blanco
47 Bab 47 Hukuman Aditya.
48 Bab 47 Kepergian Aditya
49 Bab 49 Dua bulan kemudian.
50 Bab 50 Bumil
51 Bab 51. Penyesalan.
52 Bab 52 Menemukan Titik Maira.
53 Bab 53 Kunjugan Arhand ke Rumah Sakit
54 Bab 54. Tak Semuda itu Purgoso
55 Bab 55 Bayi Besar Qesya
56 Ban 56 Tiga Bocil
57 Ban 57 Kedatangan Arhand ke Rumah Qesya.
58 Bab 58 Acara Lamaran
59 Bab 59 Perencanaan.
60 Bab 60 Pernikahan AdiQes.
61 Bab 61 Nikah di atas Kertas.
62 Bab 62
63 Bab 63 Pampers.
64 Bab 64 Psikopat
65 Bab 65 Cobaan Apa ini.
66 Bab 66. Lamaran.
67 Bab 67 Kebencian Ny. Arsy
68 Bab 68 Rintihan Qesya.
69 Bab 69. Kekejaman Azlan.
70 Bab 70.
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab 01. Izin Khumaira.
2
Bab 02 Belanja
3
Bab 03 Kedatangan Tuan dan Nya. Blanco
4
Bab 04 Pertemuan Menantu dan Mertua.
5
Bab 05 Harapan Seorang Istri.
6
Bab 06 Nyonya Arhand Blanco.
7
Bab 07 Amarah Arhand.
8
Bab 08 Terpesona.
9
Bab 09 Kulkas 12 pintu.
10
Bab 10 Rencana Nya. Arsy.
11
Bab 11 Pesta Tuan Smith.
12
Bab 12 Minum
13
Bab 13 Arhand Mabuk
14
Bab 14 Sikap lebih Dingin.
15
Bab 15 Kita Berteman
16
Bab 16 Siapkan makanan.
17
Bab 17 Singa kelaparan.
18
Bab 18 Lingerie.
19
Bab 19 Satu Restoran.
20
Bab 20 Arhand Vs Azlan.
21
Bab 21 Kebingunan Maira.
22
Bab 22 Sikap Berbeda.
23
Bab 23 Dapur
24
Bab 24 Hukuman Maira.
25
Bab 25 Bayaran.
26
Bab 26 Kantor.
27
Bab 27 Kedatangannya.
28
Bab 28 Rasa Canggung.
29
Bab 29 Lunch I
30
Bab 30 Lunch II
31
Bab 31 Lunch III
32
Bab 32 Kenapa Sesakit ini?
33
Bab 33 Janji Aditya.
34
Bab 34 Keberanian Maira.
35
Bab 35 Istri?
36
Bab 36 Deal
37
Bab 37 Kembalinya masalalu
38
Bab 38 Tak di Akui
39
Bab 39 Sarapan
40
Bab 40 Perjodohan.
41
Bab 41 Amarah Arhand.
42
Bab 42 Amarah Maira
43
43 Anya uring-uringan.
44
Bab 44 Kepergian Maira.
45
Bab 45 Ancaman Azlan.
46
Bab 46 Ketegasan Tuan Blanco
47
Bab 47 Hukuman Aditya.
48
Bab 47 Kepergian Aditya
49
Bab 49 Dua bulan kemudian.
50
Bab 50 Bumil
51
Bab 51. Penyesalan.
52
Bab 52 Menemukan Titik Maira.
53
Bab 53 Kunjugan Arhand ke Rumah Sakit
54
Bab 54. Tak Semuda itu Purgoso
55
Bab 55 Bayi Besar Qesya
56
Ban 56 Tiga Bocil
57
Ban 57 Kedatangan Arhand ke Rumah Qesya.
58
Bab 58 Acara Lamaran
59
Bab 59 Perencanaan.
60
Bab 60 Pernikahan AdiQes.
61
Bab 61 Nikah di atas Kertas.
62
Bab 62
63
Bab 63 Pampers.
64
Bab 64 Psikopat
65
Bab 65 Cobaan Apa ini.
66
Bab 66. Lamaran.
67
Bab 67 Kebencian Ny. Arsy
68
Bab 68 Rintihan Qesya.
69
Bab 69. Kekejaman Azlan.
70
Bab 70.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!