"Ya, Allah sunggu hati ku terasa sangat sakit, saat mulut suamiku sendiri menyebut nama perempuan lain, di alam bawah sadarnya. Kenapa?, Kenapa Ya Allah?" Kenapa rasanya sakit banget," guman Maira memandangi suaminya yang tertidur sembari terus mengigaukan nama Anya.
"Sakit, sangat sakit," ujarnya lagi megang dadanya yang terasa sesak dan sakit.
"Anya, Anya jangan. Tolong jangan lakukan itu. Ak-aku mohon jangan, Anya," ngingau Arhand sembari terus mengelengkan kepalanya.
"Anyaaaaa," teriak Arhand bangun terduduk.
Maira mendekat dan mengusap pundak suaminya menenangkannya. "Mas, Mas. Kamu tidak apa?" tanya saat suaminya sudah mulai tenang.
Arhand menoleh, dan langsung menatap tajam istrinya. Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Arhand dingin.
Maira seketika menundukkan kepalanya, sembari meremas jari jemarinya, tak bersuara sama sekali, karena takut membuat suaminyabkembali terpancing emosinya.
"Turun dari ranjangku," ujar Arhand lagi dengan nada yang tak berubah, dingin.
"Maaf, Mas," ujar Maira takut-takut, lalu segera turun dari atas ranjang.
Maira kembali ke sofa, di mana menjadi tempat tidurnya setelah pernikahannya dengan suaminya, Arhand.
Arhand turun dari ranjang dan berjalan ke salah satu rak, yang berisikan berbagai merek minuman keras. Arhand mengambil salag satu botol dan menungkannya kedalam gelas.
Maira yang ingin kembali tidur, tidak jadi saat melihat suaminya akan minum di tengah malam. Ia bangkit dan berjalan ke arah Arhand, dan menahan tangan suaminya saat akan meminum minuman itu. "Mas, tidak."
Arhand menatap tajam istrinya. "Singkirkan tangan mu," ujarnya dingin, dan penuh emosi.
Maira tak menghirukannya dan ingin mengambil gelas itu dari tangan suaminya, namun Arhand meremas gelas itu dengan kuat, ada amarah yang begitu dalam di dalam cengkeramannya.
"Aku bilang singkirkan tangan mu," ujar Arhand penuh amarah.
"Auh, auh, Mas. Sakit," rintih Maira saat tangannya di gelintir ke belakang oleh Arhand.
Arhand dengan dingin berucap di dekat telinga Maira. "Dengarkan aku baik-baik, jangan pernah kamu sok melarangku, dan menganggu hidupku, paham!" ujarnya dan mendorong istrinya ke depan.
Maira terpental ke arah sofa. Maira menangis dan memegang siku kirinya yang sempat terbentur di sudut meja.
"Ck. Dasar wanita cengeng," umpat Arhand menatap dingin istrinya yang merintih ke sakitan, ia sama sekali tak peduli dengan luka di tangan istrinya.
Maira menangis, ia menjadi rapuh melihat suaminya sama sekali tak mempedulikannya, walau ia terluka sekalipun. "Hiks, hiks, hiks ...."
"Berhentilah menangis. Kau membuat ku pusing," sarkas Arhand dan menegak minumannya.
Maira mengatupkan bibirnya, agar suara tangisan tak keluar dan membuat suaminya semakin marah padanya. "Hiks, hiks, hiks ...."
Maira, menangis dengan memeluk dirinya, hatinya semakin sakit saat mendengar suaminya tak henti-hentinya menyebut nama perempuan lain. Anya.
"Anya, aku merindukan mu, aku menyayangimu, aku mencintaimu, apa kamu juga merindukanku, menyayangiku, dan mencintai aku?" racau Arhand yang semakin membuat Maira mengigit ujung selimutnya bahkan sesekali ia mengigit tangannya agar suara tangisannya tak terdengar.
"Iya, aku tau kamu pasti merasakan hal itu juga, iya kan?"
"Hahahaha, kau sangat cantik, baik, dan mempesona. Kau adalah Cintaku."
Arhand terus meracau, sedangkan hati istrinya yang sudah lelah dengan rasa sakit tertidur dengan membawa luka yang amat dalam. Sekali berucap sekali menegak minumannya.
......................
Bulan tenggelam, dan fajar pun muncul. Seorang wanita cantik sedang berusaha membangukan anak kecil yang merupakan putranya.
"Sayang, ayo bangun. Nanti terlambat loh, datang ke sekolahnya," ujar Clarisa membangunkan putra semata wayangnya dengan penuh ke sabaran.
Rian mengeliat tanpa membuka matanya. "Huem, Mama, 5 menit lagi," ujarnya menaikkan jarinya lima tanpa membuka mata.
Clarisa mengelengkan kepalanya melihat putra sangat susah di bangunkan. "5 menit terus, jadi kapan mau bangunnya sayang. Ayo cepat nanti bisa ketemu lagi sama Aunty Cantik," ujar Clarisa berharap putranya itu bisa bangun saat mendengar nama Aunty Cantik.
Dan benar saja seketika Rian membuka matanya lebar. "Ketemu Aunty Cantik?"
"Iya, kamu tau kalau kita rajin bangun kita akan ketemu sama orang yang kita inginkan," ujar Clarisa asal yang penting putra ingin bangun dulu, toh dia juga masih anak-anak.
"Sunggukah, Ma?" tanya Rian lagi dengan antusias.
"Sunggu, jadi sekarang ayo Mama mandikan, dan kita berangkat sekolah," ujar Clarisa.
"Gendong," ujar Rian manja mengulurkan kedua tangannya ke atas.
Clarisa mengelengkan kepalanya dan tersenyum, ia mendekati putranya kembali dan mengendongnya. "Ya Allah, anak Mama ternyata sudah besar," ujar Clarisa saat ia sempat sedikit ke sulitan mengendong putranya.
Rian hanya cengegesan. "Heehhehe."
......................
"Mas, mas," panggil Maira berusaha membangunkan suaminya, yang sedang memeluk erat dirinya.
Yah, saat tadi malam setelah puas minum Arhand berjalan ingin kembali ke ranjang nya tapi oleng ke sofa dan pada akhirnya ia tidur dengan memeluk Maira.
"Huem," jawab Arhand dengan mengeratkan pelukannya.
Dada Maira seketika berdetak lebih kencang, namun dengan cepat ia mengontrol jantungnya, dan kembali membangunkan suaminya, karena ia harus bangun dan menyiapakan ke pakiaan dan makan suamin, walau tak pernah di makan.
"Mas, Mas, ayo bangun," ujar Maira dengan sedikit mencolok-colok lengan Arhand.
"Huem. Jangan ganggu aku," ujar Arhand sedikit kesal.
"Maaf," ujar Maira merasa takut ia kembali membuat suaminya marah.
Arhand membuka matanya ketika mendengar kata maaf istrinya. "Apa yang kamu lakukan di sini, ha?" sarkas Arhand langsung bangun.
Maira menundukkan kepalanya, sedangkan Arhand memegangi kepalanya yang terasa pusing.
"Auh, kepalaku sakit banget," rintihnya.
Maira yang mendengar rintihan suaminya, langsung bangun. "Mas, tidak apa?" tanya Maira memegang kepala suaminya.
"Sebentar, Mas, aku ambilin air jeruk dulu," ujar Maira terun dari sofa dan berjalan ke luar kamar.
Arhand memegangi kepalanya yang terasa pusing. "Oh, ****. Apa yang aku lakukan?" umpatnya saat mengingat kejadian kemarin malam.
Tak lama pintu kamar terbuka. Maira berjalan ke arah sofa dengan di tangannya satu gelas air jeruk.
"Ini Mas, minum dulu," ujar Maira memberikan gelasnya.
Arhand mengambil gelas itu, dan meminumnya. Sedangkan Maira berdiri di sampingnya memandangi suaminya.
"Kejadian kemarin itu sebuah kesalahan jadi jangan pernah berfikir berlebihan, dan berharap yang tidak mungkin. Karena memang hal itu tidak akan terjadi, kecuali sebatas seperti itu," ujar Arhand datar dan pergi dari sana.
Sedangkan air mata Maira kembali bercucuran keluar membasahi pipi mulusnya.
"Salahkah jika, aku sebagai seorang istri mengharapkan nafka batin dari mu, Mas?" ujarnya pada dirinya sendiri, ia memegangi dadanya yang terasa sakit.
"Ya Allah, ku mohon kuatkan hati hambamu ini, dan lapangkan dada suami hamba untuk memberikan cintanya padaku walau hanya sekecil biji zahra," ujarnya lagi memohon pada sang kuasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Nuhume
anya aduh nama nya nih, ingat film itu😆😆
2023-04-09
1