Bab 04 Pertemuan Menantu dan Mertua.

"Menantu, Mama. ohh, Mama rindu banget sama kamu, sayang," ujar Nya. Arsy memeluk erat sang menantunya.

"Maira juga merindukan, Mam," balas Maira memeluk mertuanya, yang sudah seperti ibunya sendiri.

Nya. Arsy melepas pelukannya. "Bagaimana kabar kamu, sayang?" tanyanya mengusap rambut Maira dengan lembut.

Maira tersenyum manis. "Kabar aku baik, Mam. Mama sendiri bagaimana kabarnya, baik-baik saja kan?" tanya Maira balik.

Nya. Arsy tersenyum. "Itu pasti. Mama akan baik-baik saja sampai Mama menimang cucu dari kalian berdua," ujar Nya. Arsy sekilas melirik tajam sang putra.

Arhand hanya memutar bola mata jengah, lalu ia berdehem. "Huem."

"Kalau seperti itu aku tidak usah punya anak biar Mama baik-baik aja terus. Ku fikir itu jauh lebih baik," ujar Arhand lagi dengan santai, yang membuat emosi Nya. Arsy kembali naik.

Nya. Arsy menatap putranya dengan tajam. "Oh, kamu mau kasih cucu sama Mama sampai Mama tidak bisa lagi mengendong cucu Mama itu, ha," sargasnya dengan keras.

"Itu jika Arhand punya anak," ujar Arhand lagi dengan datar.

"Arhand!" marah Nya. Arsy menatap putranya sangat marah, ia tak habis fikir dengan putranya itu, bisa-bisanya mengatakan hal seperti itu di depan istrinya.

Arhand tak menghiraukan tatapan tajam sang Mama, ia malah mengalihkan pandangannya pada kepala Maid.

"Apa kamar Mama dan Papa sudah siap?" tanya Arhand.

"Sudah, Tuan," jawab Maid itu.

"Sebaiknya Mama, istirahat saja dulu. Arhand juga ingin ke kamar," ujar Arhand dan berlalu dari sana.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?" tanya Nya. Arsy pada Maira.

Maira tersenyum dan mengangukkan kepalanya. "Tidak kok, Ma. Maira baik-baik saja," ujarnya berusaha terlihat lebih kuat di depan Mama mertuanya.

"Tolong bersabarlah sedikit menghadapi Arhand yah, Sayang. Dia anaknya baik kok hanya saja hatinya pernah tersakiti. Mama yakin pasti kamu bisa menjadi obat bagi lukanya," ujar Nya. Arsy lagi.

"Iya, Ma. Maira ngerti kok," ujar Maira mengangukkan kepalanya.

"Kamu memang menantu kesayangan, Mama," ujar Nya. Arsy lagi memberikan pelukan pada menantunya.

"Terima kasih, Ma. Ayo Maira antar ke kamar," ujar Maira setelah melepas pelukan mertuanya.

"Baiklah. Terima kasih yah, sayang," ujarnya Nya. Arsy.

Maira mengantar mertuanya ke kamar mereka, lalu ia kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk mereka.

......................

"Mama ..." teriak Rian memanggil seorang wanita dewasa cantik, Clarisa.

Wanita dewasa itu, menghentikan masaknya dan keluar dari dapur menyambut putra kecilnya. "Hei ... Sayang. Anak Mama, ternyata sudah pulang. Bagaimana sekolahnya, Sayang?" tanyanya mengendong putra semata wayangnya.

"Baik. Lian tadi mendapat nilai 100 di cekolah," ujar Lian dengan penuh antusias memberitahukan Sang Mama.

"Oiya?, Memangnya anak Mama belajar apa tadi di sekolah?" tanya Clarisa lagi pada putranya sembari mencium pipi gembul putranya itu.

"Belajal mengambal dan mewalnai," jawab Rian lagi dengan antusias.

Clarisa menurunkan putra di atas kursi. "Huem . Baiklah. Kalau seperti itu katakan pada Mama, apa Uncle Azlan mengantar Rian tadi ke sekolah?" tanya Clarisa lagi dengan manik matanya menatap saudara laki-lakinya yang sangat tampan itu, namun jomblo.

Rian mengangukkan kepalanua. "Iya, Uncle mengantal, Lian ke cekolah tadi. Dan Mama tau gak?" tanya Rian mengingat sesuatu.

"Tau apa, sayang?" tanya Clarisa sembari membantu melepas sepatu putranya.

"Tadi caat, Lian beli cucu di cupelmalket, Lian ketemu Aunty Cantik," ujar Rian penuh semangat mengingat wajah cantik Maira.

Clarisa mengalihkan pandanganya menatap putranya. "Aunty Cantik?" tanya lagi.

"Iya. Aunty yang nolongin, Lian dulu saat di taman. Mama ingat kan

Clarissa tersenyum menganggukkan kepalanya. "Iya Mama ingat. Kenapa, Sayang?"

"Tadi saat Aunty Cantik udah mau pelgi, Uncle celalu menatap Aunty cantik," ujar Lian menceritakan bagiaman Uncle-nya menatap Maira tanpa berkedip.

Clarisa melirik saudaranya itu. "Really?" tanya Clarisa lagi pada putranya, is ingin mendengar cerita selanjutnya, karena ini adalah moment langkah di mana seorang Azlan Dirga, menatap seorang perempuan karena biasanya sangat cuek dan sulit mendapat perhatiannya.

"Yes. I'm really," jawab Rian lagi serius.

"Uncle menatapnya cepelti ini, Mam," ujar Rian lagi memperagakan bagaimana Uncle-nya menatap Maira.

Clarisa yang melihat hal itu, tawanya pecah tak karuan. "Hahahah. Seperti itu?, Uncle kamu?" tanya Clarisa dan Rian mengangukkan kepalanya.

Clarisa tak bisa menahan tawanya, ia berdiri dan menatap saudara laki-lakinya. "Benaran, Azlan?, kamu melirik seorang wanita seperti itu?. Ya, aku tau sih dia memang sangat cantik, ia juga terlihat lembut, tapi kan ... kamu?, sangat sulit di percaya," ujar Clarisa masih tidak bisa percaya dengan semua itu. Adik laki-lakinya yang terkenal dingin, cuek, dan tak pernah menjaling hubungan dengan seorang wanita, tiba-tiba sekarang ada sosok wanita yang bisa menarik perhatiannya. Lucu saja.

Azlan memutar bola mata malas. "Kak, sudahlah."

"Ma, Mama," panggil Rian menarik ujung baju Clarisa.

"Iya, sayang. Ada apa?" tanya Clarisa mengusap rambut putranya lembut.

"Mama, tau gak?, Tadi Lian itu harus menarik baju, Uncle, dengan keras balu Uncle melihat ke alah Lian, jadi Lian, kesal kalena di cuekin sama Uncle," aduh Rian pada sang Mama bagaimana Azlan mengabaikannya tadi.

"Kenapa, Rian, tidak menendang kaki Unclenya karena cuekin Rian?" tanya Clarisa.

Azlan hanya memutar bola mata malas melihat kakaknya mengajari putra seperti itu. "Kak, jangan ngajarin anak sendiri berbuat tidak baik," ujar Azlan dan berlalu dari sana, menuju kamarnya.

...#continue ......

...Hai, Readers, jangan lupa terus berikan Support nya....

...Vote, Komen, And like....

Terpopuler

Comments

Nuhume

Nuhume

tinggalin aja, emosi aku

2023-04-09

0

Ariel

Ariel

Ayo, thor update ...

2023-01-07

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Izin Khumaira.
2 Bab 02 Belanja
3 Bab 03 Kedatangan Tuan dan Nya. Blanco
4 Bab 04 Pertemuan Menantu dan Mertua.
5 Bab 05 Harapan Seorang Istri.
6 Bab 06 Nyonya Arhand Blanco.
7 Bab 07 Amarah Arhand.
8 Bab 08 Terpesona.
9 Bab 09 Kulkas 12 pintu.
10 Bab 10 Rencana Nya. Arsy.
11 Bab 11 Pesta Tuan Smith.
12 Bab 12 Minum
13 Bab 13 Arhand Mabuk
14 Bab 14 Sikap lebih Dingin.
15 Bab 15 Kita Berteman
16 Bab 16 Siapkan makanan.
17 Bab 17 Singa kelaparan.
18 Bab 18 Lingerie.
19 Bab 19 Satu Restoran.
20 Bab 20 Arhand Vs Azlan.
21 Bab 21 Kebingunan Maira.
22 Bab 22 Sikap Berbeda.
23 Bab 23 Dapur
24 Bab 24 Hukuman Maira.
25 Bab 25 Bayaran.
26 Bab 26 Kantor.
27 Bab 27 Kedatangannya.
28 Bab 28 Rasa Canggung.
29 Bab 29 Lunch I
30 Bab 30 Lunch II
31 Bab 31 Lunch III
32 Bab 32 Kenapa Sesakit ini?
33 Bab 33 Janji Aditya.
34 Bab 34 Keberanian Maira.
35 Bab 35 Istri?
36 Bab 36 Deal
37 Bab 37 Kembalinya masalalu
38 Bab 38 Tak di Akui
39 Bab 39 Sarapan
40 Bab 40 Perjodohan.
41 Bab 41 Amarah Arhand.
42 Bab 42 Amarah Maira
43 43 Anya uring-uringan.
44 Bab 44 Kepergian Maira.
45 Bab 45 Ancaman Azlan.
46 Bab 46 Ketegasan Tuan Blanco
47 Bab 47 Hukuman Aditya.
48 Bab 47 Kepergian Aditya
49 Bab 49 Dua bulan kemudian.
50 Bab 50 Bumil
51 Bab 51. Penyesalan.
52 Bab 52 Menemukan Titik Maira.
53 Bab 53 Kunjugan Arhand ke Rumah Sakit
54 Bab 54. Tak Semuda itu Purgoso
55 Bab 55 Bayi Besar Qesya
56 Ban 56 Tiga Bocil
57 Ban 57 Kedatangan Arhand ke Rumah Qesya.
58 Bab 58 Acara Lamaran
59 Bab 59 Perencanaan.
60 Bab 60 Pernikahan AdiQes.
61 Bab 61 Nikah di atas Kertas.
62 Bab 62
63 Bab 63 Pampers.
64 Bab 64 Psikopat
65 Bab 65 Cobaan Apa ini.
66 Bab 66. Lamaran.
67 Bab 67 Kebencian Ny. Arsy
68 Bab 68 Rintihan Qesya.
69 Bab 69. Kekejaman Azlan.
70 Bab 70.
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab 01. Izin Khumaira.
2
Bab 02 Belanja
3
Bab 03 Kedatangan Tuan dan Nya. Blanco
4
Bab 04 Pertemuan Menantu dan Mertua.
5
Bab 05 Harapan Seorang Istri.
6
Bab 06 Nyonya Arhand Blanco.
7
Bab 07 Amarah Arhand.
8
Bab 08 Terpesona.
9
Bab 09 Kulkas 12 pintu.
10
Bab 10 Rencana Nya. Arsy.
11
Bab 11 Pesta Tuan Smith.
12
Bab 12 Minum
13
Bab 13 Arhand Mabuk
14
Bab 14 Sikap lebih Dingin.
15
Bab 15 Kita Berteman
16
Bab 16 Siapkan makanan.
17
Bab 17 Singa kelaparan.
18
Bab 18 Lingerie.
19
Bab 19 Satu Restoran.
20
Bab 20 Arhand Vs Azlan.
21
Bab 21 Kebingunan Maira.
22
Bab 22 Sikap Berbeda.
23
Bab 23 Dapur
24
Bab 24 Hukuman Maira.
25
Bab 25 Bayaran.
26
Bab 26 Kantor.
27
Bab 27 Kedatangannya.
28
Bab 28 Rasa Canggung.
29
Bab 29 Lunch I
30
Bab 30 Lunch II
31
Bab 31 Lunch III
32
Bab 32 Kenapa Sesakit ini?
33
Bab 33 Janji Aditya.
34
Bab 34 Keberanian Maira.
35
Bab 35 Istri?
36
Bab 36 Deal
37
Bab 37 Kembalinya masalalu
38
Bab 38 Tak di Akui
39
Bab 39 Sarapan
40
Bab 40 Perjodohan.
41
Bab 41 Amarah Arhand.
42
Bab 42 Amarah Maira
43
43 Anya uring-uringan.
44
Bab 44 Kepergian Maira.
45
Bab 45 Ancaman Azlan.
46
Bab 46 Ketegasan Tuan Blanco
47
Bab 47 Hukuman Aditya.
48
Bab 47 Kepergian Aditya
49
Bab 49 Dua bulan kemudian.
50
Bab 50 Bumil
51
Bab 51. Penyesalan.
52
Bab 52 Menemukan Titik Maira.
53
Bab 53 Kunjugan Arhand ke Rumah Sakit
54
Bab 54. Tak Semuda itu Purgoso
55
Bab 55 Bayi Besar Qesya
56
Ban 56 Tiga Bocil
57
Ban 57 Kedatangan Arhand ke Rumah Qesya.
58
Bab 58 Acara Lamaran
59
Bab 59 Perencanaan.
60
Bab 60 Pernikahan AdiQes.
61
Bab 61 Nikah di atas Kertas.
62
Bab 62
63
Bab 63 Pampers.
64
Bab 64 Psikopat
65
Bab 65 Cobaan Apa ini.
66
Bab 66. Lamaran.
67
Bab 67 Kebencian Ny. Arsy
68
Bab 68 Rintihan Qesya.
69
Bab 69. Kekejaman Azlan.
70
Bab 70.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!