Terjerat Cinta Pangeran Kampus
"Hei kalau jalan liat-liat dong! Situ buta atau goblok?”
Aura sontak membeku. Suara itu sungguh menyakitkan telinga. Belum lagi rembesan air dingin di kulitnya yang berasal dari tumpahan jus dingin milik pria di hadapannya. Begitu juga baju milik pria yang berada di hadapannya.
"Ma-maaf," ucap Aura tertunduk merasa bersalah karena telah menabrak seseorang. Salahnya sendiri, berjalan sambil memerhatikan jadwal kuliah di ponselnya.
"Aduuh." Batin Aura panik, baru semenit yang lalu ia benar-benar membanggakan kehidupan kuliahnya yang tentram.
"Kau harus tanggung jawab dong, jangan minta maaf saja. " Ucap pria itu. Masih membentak.
Aura kemudian mengambilkan sebungkus tisu kecil yang ada di dalam tasnya dan menyerahkannya kepada pria itu. Ia benar-benar tidak ingin cari gara-gara. Sadar status sosialnya yang berbeda dengan teman-teman kampusnya.
"Apaan itu, aku mau kau yang membersihkan jaket almamater ini sendiri. " Ucap pria itu merasa tidak terima.
"Oke baik, kalo gitu berikan jaket almamatermu biar aku cuci, " kata Aura mengulurkan tangannya. Masih menunduk.
"Aku gak percaya sama kamu, bisa saja kamu merusak almamater mahal milikku. Jadinya aku mau kamu bersihkan sekarang." Aura diam saja ia masih bingung.
"Maksudnya kamu yang bersihkan jaket aku menggunakan tisu itu, dan minta maaflah secara resmi. " Ucap pria itu lagi sambil berkacak pinggang dengan tampang angkuh. Aura tertunduk. Ia tidak ingin membuat masalah dan merasa bersalah, akhirnya Aura melakukan apa yang diminta pria itu.
"Sepenurut itu ternyata. Seperti kucing kecil kecebur got. " Suara menyebalkan itu terdengar lagi dan kali ini mampu membuat darah di kepala Aura naik. Aura langsung meremas tisu-tisu di tangannya dan melemparkannya kepada wajah sang pria dengan kekesalannya.
Kemudian ia mendongakkan wajahnya dengan tatapan horor menakutkan, ia kesal dikatai seperti itu.
"Aku menurutimu karena aku merasa bersalah, bukan karena aku penurut pada ucapan semua laki-laki yang bukan siapa-siapaku." Ucap Aura, kemudian Aura pergi dari tempat itu tanpa berbalik sedikit pun ke belakang.
Kegalakkan Aura mengejutkan pria galak itu.
"Ternyata ada juga cewek yang berani menantangku di fakultas ini." Batin pria itu merasa tertantang.
"Aura!" panggil seorang wanita.
"Iya." Jawab Aura.
"Ra, kenapa kamu bisa terlibat sama cowok-cowok itu?" tanya wanita itu mukanya terlihat pucat khawatir.
"Aku gak sengaja aja nabrak salah satu dari mereka, Des." Jelas Aura kepada temannya yang bernama Desta.
"Kamu tau gak Ra, rombongan tadi itu, salah satu dari mereka merupakan pria yang terkenal di kampus ini karena dia tampan dan jenius, banyak penggemarnya yang akan mengganggumu karena kejadian barusan Aura." Jelas Desta sangat khawatir pada Aura.
"Beneran Des?!" kaget Aura.
"Aku gak tau," kata Aura lagi, ia benar-benar terkejut panik sekarang.
"Tampan, aku bahkan tidak memperhatikan wajahnya sama sekali dan bahkan aku tidak kenal siapa dia. Jenius, hampir saja aku berpikir dia hanya orang yang menggunakan harta orang tuanya untuk menambah popularitas. Ukh, pikiranku jeleknya." Batin Aura mengernyit aneh.
"Ya pokoknya berharap saja kamu tidak terlibat dengan pria yang bernama Denis." Ucap Desta akhirnya memberitahu nama pria tersebut.
"Denis kah? Jadi itu namanya aku bahkan baru dengar namanya. Ya, pastilah aku berharapnya seperti itu. Tapi aku gak terlalu mencemaskan hal itu sih. Yang aku takutin itu kalau mereka malah nantinya terus-terusan mengganggu kehidupan kuliah aku gimana?" tanya Aura pada temannya, ia memasang wajah pucat dan terlihat panik.
Masa kuliah tentram yang ia dambakan apakah akan berakhir. Aura tidak habis pikir.
"Coba saja tau, mending tadi aku ngalah aja, terserah dia mau ngomong apa. Lagi pula aku bukan orang yang seperti dia katakan. Aaah, tapi nasi sudah menjadi bubur mau kuapakan lagi." Batin Aura mendengus pasrah.
"Dan anak-anak itu dari kelas unggulan yang tepat berada di samping kelas kita, dan tiap hari kita lewat di depan kelas itu." Ucap Desta kemudian Aura tersenyum.
Kelas unggulan adalah kelas tempat orang-orang jenius yang berada di dalamnya tidak perduli di sana itu diisi orang kaya atau bukan yang jelas kecerdasan mereka berada di atas rata-rata. Sedangkan, anak-anak dari kelas lain hanya mahasiswa yang dianggap beruntung karena masuk Universitas ini.
"Des, boleh gak aku pindah fakultas aja?" tanya Aura dengan senyuman anehnya memegang bahu Desta.
"Kok tanyanya sama aku sih Ra," ujar Desta malah merasa tidak enak hati pada Aura.
"Sudahlah Des, daripada mikirin itu mending kita langsung ke kelas aja. Aku banyak pelajaran yang harus diurus." Ajak Aura menarik tangan Desta ia tidak ingin dirinya menjadi stres hanya karena kejadian tersebut, Aura tetap ingin berpikir positif.
Walaupun kelas itu terkenal, Aura sampai saat ini ia tidak mengetahui satu pun orang terkenal dari kelas itu. Ia tidak perduli meskipun hari-hari ia melewati kelas itu ia tidak pernah sama sekali tertarik untuk hanya sekedar melihat isi kelasnya, ditambah lagi mereka kelasnya tertutup dan diisi orang-orang elit berteman hanya dari kalangan mereka saja, berbeda jauh darinya yang hanya orang biasa, yang terlalu fokus menghadapi dan mempelajari mata kuliahnya agar lulus di semester delapan nanti.
Tidak memerhatikan sekitar Aura juga suka sibuk sendiri temannya hanya Desta dan ia tidak terlalu akrab dengan teman sekelasnya yang lain bahkan sebenarnya ia masih belum terlalu mengenal orang-orang di kelasnya karena Aura adalah seorang introvert yang sangat menghindari masalah.
Aura melihat orang-orang mulai berbisik-bisik menatapinya. Hanya karena menabrak pria populer di kampusnya, ia harus menjadi bahan gunjingan seperti itu.
"Apa yang akan terjadi padaku yah, semoga aja mereka melupakan kejadian itu," batin Aura.
Aura di dalam kelasnya gelisah karena hanya kejadian barusan.
"Apa yang harus aku lakukan setelah ini. Ah iya, aku harus mengamankan semua barang-barangku yang ada di dalam loker." Pikir Aura gelagapan sendiri, di dalam loker itu ada banyak buku-buku catatan penting kuliahnya dan harus ia amankan.
"Ra, kamu gak apa-apakan?" Desta khawatir pada tingkah sahabatnya yang terlihat sangat gelisah itu.
"Gakpapa Des, aku cuma lagi mikirin catatan pentingku yang ada di loker." Ujar Aura jujur.
"Kenapa memangnya?" Desta masih bingung.
"Takut aku kalo rusak Des, udah beberapa minggu aku gak cek." Ujar Aura kali ini tidak sepenuhnya jujur karena yang sebenarnya, apa yang ditakutkan Aura sekarang ada orang yang akan merusaknya.
"Sebaiknya di waktu istirahat nanti kamu cek aja deh, biar tenang." Saran Desta tampaknya ia tidak begitu curiga dengan Aura yang merasa terganggu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Ryunivers
Kaliamat pertama udah ngajak ribut
2023-01-16
1