Denis baru menyadari sesuatu, selama ini sebenarnya ia memang sering melihat Aura di perpustakaan. Gadis yang selalu memberantakkan mejanya ketika belajar di perpustakaan ini.
Namun, saat itu Denis tidak mengurusnya, bahkan hanya menganggap Aura hanya secuil dari banyak wanita yang bahkan tidak perlu ia ingat. Meskipun ia cukup sering melihat Aura di perpustakaan.
Bukan hanya Denis saja, Aura juga bahkan tidak pernah tahu jika Denis sering ke perpustakaan ini, dan bahkan Aura tidak tahu ini adalah tempat kesukaan Denis untuk membaca buku.
.
.
.
Aura tidak memperdulikan kehadiran Denis dan mulai melanjutkan acara belajarnya.
"Hei kau! Kamu gak tau ya, ini tuh tempat favorit aku. Gak ada yang boleh duduk di tempat ini selain aku." Kata Denis tiba-tiba.
Tanpa berkata-kata Aura merapikan seluruh barang-barangnya.
"Mau ngapain? Berani-beraninya mengacuhkan aku." Kata Denis lagi.
"Maaf, aku sungguh gak tau ini tempat favoritmu. Maaf," kata Aura sungguh-sungguh minta maaf atas kesalahannya, ia benar-benar tidak tahu.
Pantas saja ketika Aura pertama kali duduk di tempat itu. Ada dua orang yang berbisik menatap Aura, ternyata itu alasannya.
"Kamu cuma pura-pura gak taukan? Aku tuh sering lihat kamu berkunjung ke perpus ini, gak mungkin kamu gak lihat aku juga." Ucap Denis.
"Jadi orang yang selama ini kulihat duduk di tempat ini itu Denis, beda banget pas dia lagi fokus baca buku. Ah sialnya nasibku bisa-bisanya aku tidak ingat wajahnya." Batin Aura.
"Aku benar-benar gak tau jika itu kamu, jika aku tahu aku tidak akan duduk di sini." Ucap Aura tertunduk sudah cukup masalahnya dengan pria itu tidak perlu ditambah-tambah lagi.
"Gak usah pura-pura deh, kalo memang mau cari perhatian bilang aja, bilang aja kalo kamu suka aku, kayak perempuan lainnya. Gak perlu cari-cari alasan." Ucap Denis dengan narsisnya.
"Apa kamu bilang? Suka kamu? Mimpi!" ucap Aura dengan kata-kata dinginnya.
"Lagi pula meskipun kamu menyatakan cinta sama aku. Siapa coba yang mau sama cewek blusukan kayak kamu. Gak level tau gak." Hardik Denis.
"Ya aku memang blusukan, trus kenapa? Marah? Toh intinya aku nyaman aja sama penampilanku, gak perlu kali harus menarik di matamu, gak penting." Kata Aura melawan tapi suara mereka berdua tetap tidak membuat kegaduhan.
"Berani ya kamu, melawan aku. Gak taukah siapa aku?" Kata Denis emosi.
"Iya kenapa kalo aku berani, memangnya kamu bisa mengendalikan semuanya gitu. Perpus ini tempat umum siapa aja bisa pakai, kenapa harus diributin." Kata Aura mulai menurunkan notasi nada suaranya, menyadari salah jika harus berhadapan dengan pria itu, ia menyadari dirinya sekarang terlalu berani. Tapi, ia tidak bisa berhenti untuk melontarkan isi hatinya yang penuh kekesalan.
"Aku bisa buat kamu dikeluarkan dari kampus ini," kata Denis asal.
Jderr!
Bagai kilat menyambar, kata-kata Denis langsung membuat Aura terdiam.
Aura menyadari sebuah kekesalan yang tidak dipendam hanya akan menambah masalah jika itu diluapkan oleh orang yang juga tidak ingin disalahkan, atau keras kepala sama seperti dirinya.
Orang-orang kaya seperti Denis tidak akan memahami perjuangannya untuk bisa berkuliah sampai tempat ini dan jika karena hal ini Aura sampai dikeluarkan Aura tidak tahu harus berbuat apa lagi. Aura hanya diam saja saat itu tanpa ekspresi apapun.
Tiba-tiba saja Denis merasa iba dengan Aura. Entah mengapa ada bagian hatinya yang merasa sakit ketika melihat gadis yang menatapnya seperti kucing kecil yang sedang terancam.
"Pergilah!" kata Denis dan Aura buru-buru merapikan barang-barangnya ingin berlalu pergi secepatnya.
"Tunggu dulu, kamu pake kacamata kayak gitu keliatan cupu banget. Kamu rabun ya?" tanya Denis menghentikan langkah Aura.
"Nggak, aku cuma pake ini biar mataku gak rusak." Kata Aura langsung pergi dan tidak berniat lagi untuk melawan pria itu, ia tidak ingin lama-lama lagi dekat-dekat dengan pria itu. Karena dekat dengan pria itu masalah akan tambah rumit kedepannya. Apalagi Aura sudah melihat barusan beberapa gadis menatapnya sinis ketika ia sedang berdebat dengan Denis barusan.
Aura saat ini tidak langsung keluar dari perpustakaan ia hanya berpindah meja yang cukup jauh dari meja Denis dan mulai melanjutkan lagi acara belajarnya. Dan bahkan ia langsung melupakan masalah apa yang terjadi dengannya di meja sebelumnya yang bahkan tidak berjarak begitu jauh darinya.
Denis tertarik memerhatikan Aura yang sedang fokus belajar.
"Apa sesusah itu kah pelajarannya, sesaat barusan ia bahkan tidak bisa mengatakan apa-apa." Batin Denis memperhatikan Aura.
Denis menutup buku yang ada di tangannya dan berjalan menghampiri Aura lagi. Aura menyadari kehadiran Denis kali ini yang berjalan ke arahnya.
"Apalagi ini." Batin Aura panik.
"Haruskah aku pergi sekarang dari perpus ini?" tanya Aura tiba-tiba berdiri kemudian membungkuk panik.
"Sebegitu menakutkannyakah aku?" tanya Denis, Aura hanya diam tertunduk.
"Bagaimana orang tidak takut jika ancamannya dikeluarkan dari kampus ini." Aura terlihat sedih memikirkan hal itu.
"Padahal aku hanya asal menggertakmu tapi kau malah sudah seperti ini. Aku tidak seberkuasa itu, kok," ucap Denis menghela nafas.
"Lagi pula bisa-bisanya kau percaya dengan kata-kataku semudah itu." Ujar Denis. Membuat Aura memelototinya kesal.
"Jadi apa tidak apa jika aku, melanjutkan belajarku?" tanya Aura akhirnya tidak ingin memikirkan lagi segala hal yang akan membuat kehidupan kuliahnya kacau. Meskipun tidak kaya Denis tetap mempengaruhi kehidupan yang Aura inginkan jika dekat dengannya.
"Iyakan, memang itu lah fungsinya perpustakaan." Ucap Denis.
Aura pun kembali duduk dan membaca bukunya lagi. Denis kemudian duduk di depan Aura dan memperhatikannya.
"Apa sesusah itu pelajarannya?" tanya Denis.
"Menurutmu?" tanya Aura.
"Bagiku itu adalah pelajaran yang cukup mudah." Ucap Denis.
"Aku gak sejenius dirimu yang sekali baca langsung paham." Ucap Aura cepat.
"Oh jadi kau mengakui kejeniusanku," kata Denis merasa tersanjung.
"Trus apalagi selain disebut jenius?" tanya Aura.
"Mungkin kamu aja kali yang kelewatan bodoh," kata Denis, Aura merasa sedikit tersinggung tapi tidak perduli.
"Ya, ya terserah kamu saja mau menyebutku apa. Kamu rajanya disini," kata Aura mengalah, ia hanya tidak ingin di ganggu acara belajarnya. Meladeni Denis bagi Aura sama saja dengan cari masalah.
"Padahal gak ada loh perempuan yang ngacangin aku kayak gini. Kamu bahkan masih berani lagi sambil belajar fokus ke buku berbicara denganku," kata Denis. Aura menghentikan acara belajarnya.
"Kamu marah?" tanya Aura menatap Denis biasa.
"Nggak sih, akukan ganteng dan jenius. Mana ada cewek yang nolak. Seharusnya kamu senang aku sudah mau bicara sama kamu seperti ini. Tapi bisa-bisanya buku lebih menarik bagimu." Ucap Denis membanggakan diri.
"Trus?" Aura tidak tahu harus menjawab apa.
"Itu saja jawabanmu," masih dengan tampang narsisnya.
"Aku harus jawab apa memangnya, dengan kamu ganteng, jenius itu gak akan berpengaruh apa-apa dengan dirikukan? Kenapa aku harus bangga coba?" tanya Aura membuat Denis kehabisan kata-kata.
"Aku tidak suka dengan orang kaya sebenarnya karena biasanya sombong dan menyebalkan suka menindas yang lemah seenaknya." Gumam Aura, teringat dengan ancaman Denis tadi.
"Aku sebenarnya tidak kaya kok, kelebihanku hanya ganteng dan jenius."
"Narsisnya..."
Aura merasa malu karena percaya kata-kata Denis beberapa waktu tadi, tapi wajah Denis saat mengatakan hal itu cukup serius sampai membuat Aura kehabisan kata-kata.
"Maukan berteman denganku, aku Denis." Denis mengulurkan tangannya.
"Baiklah, aku Aura." Aura membalas jabatan tangan Denis tanda setuju, Aura masih bisa menerima pertemanan dengan Denis karena ia merasa setara dengannya. Walaupun berteman dengan Denis akan membuat Aura punya banyak masalah.
"Semudah itu dia percaya." Denis membatin.
......................
"Namaku adalah Denis Adra, sebenarnya aku seorang CEO muda dari perusahaan ternama teknologi dunia Adra Company.
"Di sini aku sedang menikmati masa mudaku yang terbuang karena harus bekerja, dan menyamar menjadi orang biasa walaupun karismaku tidak bisa sepenuhnya ditutupi, karena aku masih menjadi terkenal juga, itu merepotkan tapi aku menyukainya.
"Aku yang sudah cukup bebas dan bisa bersenang-senang menikmati masa mudaku. Pada akhirnya bertemu dengan gadis ini, gadis bernama Aura Elvany yang membuatku tertarik sejak awal aku bertemu dengannya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Ryunivers
saya suka saya suka
2023-01-23
1
Ryunivers
laporin rektor
2023-01-23
1
Ryunivers
Denis
2023-01-23
1