Keesokan harinya di taman Fakultas, orang jarang bersantai di sana karena ini jam makan siang jadi kebanyakan sedang pergi ke kantin.
Aura sedang bersantai di sana sambil membaca buku. Di depannya ia taruh tas ransel besarnya, dan ada sekotak bekal makanan yang sepertinya itu ada gorengan pinggir jalan dan beberapa bungkus roti. Entah kapan Aura membelinya, intinya ia tidak ingin pergi ke kantin dan bertemu banyak orang di sana, karena takut diganggu.
"Oi!"
"Uhuk!" Aura langsung meminum air mineral yang sudah terbuka di depannya. Sambil menatapi Denis kesal merasa terganggu.
"Gak orang lain, malah biangnya yang muncul." Pikir Aura kemudian berhenti menatap Denis dan melanjutkan acara santai sambil membaca bukunya.
Denis duduk di samping Aura sambil mengambil buku lain yang ada di meja, ikut membacanya juga. Denis tidak perduli dengan tatapan orang lain yang menganggapnya terlalu dekat dengan Aura.
Aura merasa tidak nyaman dengan tatapan orang-orang, mereka pasti menganggap punya hubungan spesial dengan Denis karena kedekatannya, tetapi Aura hanya bisa menarik nafas pasrah, terserah mereka mau menganggap apa hubungannya dengan Denis.
Intinya Aura sendiri menyatakan Denis dan dia tidak memiliki hubungan apa-apa, Aura dia sudah punya seseorang yang ia sayang begitu juga Denis ia pun punya pacar.
"Sudah lama ya disini?" tanya Denis.
"Ya dari tadi," jawab Aura singkat.
"Kamu cuma makan itu saat makan siang?" tanya Denis memperhatikan bekal Aura.
"Trus kenapa kalau cuma makan bekal ini." Ucap Aura datar menutup bukunya menatap Denis.
"Seharusnya makan makanan yang bergizi dong," kata Denis heboh sendiri.
"Intinya aku kenyang." Ucap Aura lagi sekenanya, jujur saja ia tidak berani menginjakkan dirinya di kantin takut ada yang melabraknya dan mengganggunya nanti.
Aura ia tidak ingin membuat masalah jadi ia menghindari saja permasalahan seperti itu. Padahal jika mau ia bisa saja melawan, tapi ia ingat ini tempat belajar. Bisa-bisa ia dicap jelek jika berbuat onar, Aura tidak ingin itu.
"Kenapa cuma makan itu apa tidak ada yang memperhatikan makanan yang kamu makan?" Denis kemudian menunjukkan ponselnya lalu membukakan isi pesannya dengan kekasihnya yang isinya untuk mengingatkannya makan siang yang baik. Ia memperlihatkan dirinya yang sok perhatian dengan kekasihnya.
"Begitulah seharusnya orang berpacaran, kau mungkin saja tidak dapat pesan mengingatkan itu," kata Denis terus mengoceh.
"Gak perlu pamer," kata Aura menjawab sekenanya. Ia sebenarnya sangat malas meladeni Denis yang terlewat percaya diri itu.
"Aku tidak pamer hanya menunjukkan padamu jika aku ini adalah cowok yang perhatian," kata Denis lagi membanggakan dirinya.
"Jelas-jelas itu sama saja namanya pamer dan tentu saja percuma perhatian jika perhatiannya pada semua wanita apa yang dibanggakan coba." Batin Aura sambil menatap Denis jengkel.
Denis terus memanas-manasi Aura dan akhirnya gadis itu pun terpancing.
Karena merasa terpancing Aura membukakan ponselnya, dan memperlihatkan isi pesannya dengan kekasihnya.
"Jangan lupa makan ya yank, nanti sakit kalo gak makan, makannya yang sehat, Oke."
Pesan yang berisi pesan singkat padat dan jelas namun perhatian, ia tunjukkan di depan wajah Denis.
"Kau pikir dia tidak mengingatkanku, bahkan dia lebih perhatian dibandingkan kamu." Ucap Aura malu-malu, ia tidak pernah menunjukkan isi pesan dengan pacarnya itu pada siapapun kecuali pada Denis.
"Satu lagi aku cuma mau mengingatkan saja sih, seharusnya kau tidak perlu terlalu mencintai kekasihmu. Bagaimana jika ia berkhianat." Ucap Denis tiba-tiba keluar dari pembahasannya. Seketika ekspresinya menjadi dingin.
Entah mengapa, Aura merasa inilah wajah Denis yang sesungguhnya. Sifat narsisnya itu hanyalah sebuah topeng belaka. Sifat Denis yang mudah berubah-ubah itu seperti hanya kepalsuan belaka, yang aslinya adalah yang sekarang tepat saat ia memperingatkan Aura.
"Kenapa kau malah berbicara keluar dari pokok pembahasan. Lagipula kau tidak perlu memikirkan hal itu, intinya aku tidak berkhianat, jika dia berkhianat biarkan saja. Jika ia lebih menyukai orang lain aku akan melepaskannya, intinya aku tidak berkhianat." Ucap Aura mulai membaca bukunya. Denis tahu dari ucapannya saja Aura adalah gadis yang benar-benar setia, ia tidak perduli jika akhirnya kekasihnya berkhianat intinya ia tidak berkhianat dan menyakiti orang yang disayanginya sekuat itu lah pendirian hati Aura.
"Umm gitu ya," Denis mengangguk saja.
"Mau gorengan?" tawar Aura. Denis menatap makanan itu nanar.
"Dasar elit," gumam Aura tidak perduli, ia tidak suka melihat orang yang pilih-pilih makanan seperti itu.
"Tidak aku bisa kok memakannya." Denis tidak mau kalah, ia tidak bisa membiarkan dirinya ketahuan kalau tidak bisa makan, makanan pinggir jalan. Aura hanya tersenyum simpul menanggapinya.
Denis mengambil gorengan itu tanpa ragu, seumur hidupnya ia baru pertama kali memakannya. Rasanya tidak buruk, tapi bagi Denis itu terlalu berminyak. Aura menatapinya, Denis yang berusaha untuk tersenyum.
"Ini enak, kapan-kapan gimana kita makan di kantin aja?" tanya Denis mengalihkan pembahasan.
"Ini buruk." Isi hati Denis sebenarnya, tapi Aura tidak perduli wajah Denis tampak tidak mengatakan kejujuran tapi Aura mempercayainya. Meski jika tadi gorengannya tidak tinggal satu, Aura pasti akan menyuruh Denis menghabiskannya.
"Iya nanti deh kapan-kapan." Ketus Aura.
"Seharusnya kau itu makan yang banyak agar badanmu gak kurus," kata Denis asal.
"Aku gak perduli, lagi pula badanku gak kurus-kurus amat kok." Ucap Aura membuang muka ke arah lain, memang Aura ia tidak kurus badannya cukup berisi.
"Nih orang bilang aku kurus, trus kalo gemuk badanku gedenya kayak apa ya." Batin Aura membayangkan dirinya yang menjadi gemuk.
"Gak Bagus, gak bisa lari-lari loncat-loncat lagi dong kalo gemuk." Batin Aura lagi membayangkan diri berbadan gemuk.
"Ah sudahlah daripada mikirin makan. Jadi, tujuanmu kesini itu mau apa?" tanya Aura.
"Aku mau ngajak kamu belajar bareng di perpus," kata Denis bersandar di kursi taman.
Aura ingin menolaknya, tapi setelah ia pikir-pikir Denis cukup berguna, dan bisa membuatnya mengerti dengan mudah.
"Kalau gitu aku pindah langsung ke perpus aja deh," ajak Aura ia ingin merapikan barangnya berniat pergi dari meja itu, ia sedikit bersemangat.
"Besok aja, tidak perlu buru-buru." Ucap Denis ia masih ingin santai di situ.
"Ya tapikan gak enak dilihat orang kalau di sini." Ucap Aura lagi, ia merasa malu.
"Anggap saja mereka tidak ada." Ucap Denis singkat padat dan jelas.
Aura hanya membuang nafasnya pasrah mengalah, lagi pula tinggal 15 menit lagi mata kuliah selanjutnya akan dimulai. Dan Aura akhirnya lebih memilih untuk duduk lagi mengalah pada Denis, daripada waktu belajarnya terbuang sia-sia pada seorang cowok yang tidak mau mengalah itu.
Mereka berdua mulai fokus belajar masing-masing kali ini dan tidak sengaja Aura menatap Denis yang sedang fokus membaca. Bagi Aura Denis benar-benar seperti orang lain saat itu. Seolah-olah saat ini, itu adalah dirinya yang sebenarnya.
"Kau apa liat-liat, terpesona?" tanya Denis menyadari Aura yang sedang menatapnya.
"Gak sama sekali, hanya saja saat melihat kamu yang seperti itu. Aku melihat kamu bukanlah orang yang aku kenal, seolah-olah itulah dirimu yang sebenarnya." Ucap Aura menjelaskan langsung tidak ingin basa basi.
"Kamu ngomong apa sih, aku ya aku tidak ada yang lain. Itu hanya alasanmu saja mengelak dari kenyataan kalo kamu sedang terpesona dengan ketampananku ini," kata Denis dengan bangganya.
"Terserah kau sajalah intinya aku tidak tertarik sama sekali denganmu," kata Aura mulai melanjutkan acara baca bukunya.
"Gak mungkin aku tertarik dengannya, hanya saja dia benar-benar menjadi orang yang sangat berbeda." Batin Aura. "Tapi Denis yang seperti itu terlihat sangat Dewasa, berwibawa dan tentu saja penuh dengan kekuasaan, siapa dia sebenarnya." Batin Aura curiga, kemudian ia tidak ingin memikirkan hal itu lagi, lagipula Denis ya Denis hanya saja mungkin itu adalah sifat tersembunyinya yang ia tidak sukai saja.
"Padahal sifat kayak gitu bagus loh, dia terlihat jadi tambah menarik dan gak berisik." Batin Aura.
"Aku mikirin apa sih, cowok ini menarik? Ya kali." Batin Aura lagi membantah isi hatinya. "Lagipula jika dia serius seperti itu terus bisa-bisa orang yang di tatapnya malah merasa akan di injak olehnya. Hih serem." Gumam Aura bergidik ngeri sendiri.
15 menit kemudian, setelah Aura dan Denis berpisah. Denis sakit perut dan beberapa kali ke kamar mandi karena tidak terbiasa dengan apa yang dimakannya tadi.
"Makanan itu beracun ya, kok perutnya kuat banget." Pikir Denis saat di dalam kamar mandi.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Ryunivers
aura itu kalorinya berapa coba
2023-01-28
1