Korban Cinta Pertama

Korban Cinta Pertama

Pertemuan Kembali

Bunyi alarm membangunkan Siska dari tidur lelapnya. Dia mematikan alarm, masih mengantuk. Namun, dia harus segera bangun. Siska turun dari ranjang dan segera menuju kamar mandi.

Siska mengenakan pakaian biasa karena seragamnya ada di hotel. Ya Siska bekerja sebagai house keeper di sebuah hotel.

Setelah menyapukan make up minimalis ke wajahnya. Siska mengambil tas dan menuju ruang makan.

"Mama, Siska berangkat ya," ucap Siska kepada mamanya yang masih memakan sarapannya. Siska mencium pipi mamanya.

"Hari ini, Siska gajian, nanti malam kita makan di luar ya," beritahu Siska lagi. Mama hanya mengangguk. Sejak papa meninggal dan kebangkrutan keluarga mereka. Mama memang lebih pendiam dan hidup diantara dua kondisi.

"Hati-hati, tidak usah berlari," ujar Mamanya.

Siska mengambil tasnya yang dia letakan di kursi makan dan melangkah keluar rumah kontrakan. Mama yang telah selesai makan mengikuti Siska ke luar rumah.

"Bye, Ma." Siska menghidupkan motor. Mama melambaikan tangannya.

Hari ini begitu cerah, Matahari bersinar tidak terlalu terik, dan cuaca pun tidak panas. Hari ini adalah hari gajian, membuat Siska lebih semangat lagi. Siska membutuhkan uang untuk biaya hidupnya dan keluarganya. Pemilik rumah kontrakan telah berkali-kali memberi peringatan kepada Siska untuk segera membayar, jika tidak maka Siska dan ibunya akan diusir dari rumah. Beruntung untuk kuliah Siska mendapatkan beasiswa.

Siapa yang akan menyangka roda kehidupan akan bergerak dengan cepat, membuat kehidupan nyaman Siska menjadi porak poranda. Siska yang merupakan putri yang dimanja oleh papa menjelma menjadi gadis tangguh dan menjadi tulang punggung keluarganya, pasca kebangkrutan perusahaan papanya.

Tidak ada yang bisa menjamin takdir, karena dengan sekejap mata sang pencipta bisa membalikannya. Bersyukur Siska menjadi gadis tegar dan mengambil alih keadaan dengan sabar.

Akibat kebangkrutan tersebut, ayah Siska tidak sanggup menanggung beban dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Ibu yang juga depresi, namun tidak melakukan seperti apa yang dilakukan oleh ayahnya.

Alhasil Siska membujuk dan membuat ibunya nyaman, ibu Siska berada didua dunia, kadang pikirannya merasa dia masih nyonya besar, kadang dia sadar jika bukan lagi nyonya besar. Keadaan mama yang sadar bahwa mereka telah bangkrut ini yang Siska takutkan karena mama pasti akan depresi berat dan siska takut jika ibunya bunuh diri.

Siska mengendarai sepeda motor yang dia beli dengan cara mencicil. Siska menuju tempat kerjanya sebuah hotel bintang lima di Jakarta. Hampir dua tahun Siska bekerja di sana.

Siska menerima pesan dari Nabila, bahwa dia akan mengadakan resepsi pernikahan dan ingin mengantar langsung undangannya kepada Siska. Siska membalas pesan cukup mengirim undangan via whatsapp saja. Siska memang belum memberitahu kepada sahabat-sahabatnya kondisi keluarganya. Seminggu lagi Nabila akan menikah. Siska meletakan ponsel di loker dan mengganti bajunya dengan seragam house keeper.

Sebelum bekerja mereka briefing terlebih dahulu, supervisor Siska, wanita berusia empat puluh tahun, bernama Adelia.

"Veronica tidak masuk untuk shift malam karena anaknya sakit, ada yang bisa menggantikannya?" tanya Adelia sebelum menutup briefing.

Semua diam tidak ada yang ingin mengambil tanggung jawab itu. Siska ingin menggantikan namun dia telah berjanji akan menemani ibunya makan malam. Karena tidak ada yang bersedia akhirnya Adelia menunjuk seseorang saja.

"Siska, kamu lanjut shift malam," putus Adelia.

"Baik, Bu," jawab Siska dengan terpaksa, dia harus membatalkan janjinya dengan sang ibu.

Briefing berakhir, Siska bekerja seperti biasa. Setelah semua pekerjaan dilakukan Siska, dia istirahat sebentar. Siska mengeluarkan roti yang ada di tasnya, bersyukur tadi pagi Siska membeli roti untuk cemilan.

"Sis, bersihkan kamar president suite no 1001," perintah manager yang keluar dari ruangannya menuju ke tempat Siska.

"Baik, Pak." Siska langsung menelan roti dengan cepat dan meminum air mineral di botol yang memang selalu dibawanya. Siska mengambil peralatan kebersihannya dan menuju ke kamar tersebut.

"Eh, Sis bukannya shift pagi?" tanya Mila teman kerja Siska. Yang berselisih jalan dengan Siska saat menuju kamar president suite.

"Gantiin mbak Vero, dia nggak masuk, anaknya sakit," jelas Siska.

"Oh, eh, loe tahu nggak, Sis?" Mila seperti mengajak Siska bergosip.

"Nggak," balas Siska cuek.

"Nah, makanya gue mau kasih tahu ini. Kabarnya hotel ini udah dibeli sama pengusaha lain, tapi gue nggak tahu siapa? Dan sepertinya bakalan ada perombakan besar-besaran. Bisa jadi juga pengurangan karyawan," cerocos Mila.

"Ah, yang benar? Semoga bukan kita ya," harap Siska lebih kepada diri sendiri. Siska tidak bisa membayangkan jika harus dipecat. Mencari pekerjaan yang bisa diatur dengan jadwal kuliahnya sangat susah.

Siska bekerja di sini saja rekomendasi dari teman papanya. Dia kasihan melihat kondisi keluarga Siska, apa lagi papa Siska yang akhirnya memutuskan mengakhiri hidupnya.

"Gue juga berharap bukan kita, loe tahu sendiri, gue tulang punggung keluarga, sejak kedua orang tua gue meninggal. Adik-adik gue masih sekolah lagi," ucap Mila. Takut membayangkan jika dia dipecat.

Siska merasa bersyukur, dia masih memiliki mamanya. Ternyata penderitaan yang dialami Siska tidak seperti Mila yang harus banting tulang melakukan beberapa pekerjaan agar adik-adiknya bisa Sekolah dan biaya hidup mereka terpenuhi. Mila hanya tamat SMA, tidak sanggup meneruskan kuliah. Dia lebih memilih merawat adik-adiknya. Mila memiliki adik kembar, laki-laki dan perempuan.

"Kita hanya bisa berdo'a, Mil, selanjutnya kita serahkan sama yang di Atas." Siska menenangkan Mila juga dirinya.

"Eh, kelamaan ngobrol ntar gue dimarahi lagi. Gue lanjut ke kamar president suite dulu. Mau bersihin di sana," pamit Siska.

"Oh, ya udah. Semangat ya, Sis?" Mila membentuk tangan dengan tanda semangat ala-ala Korea.

Siska memasuki kamar president suit, sebenarnya kamarnya tidak terlalu kotor. Namun, sesuai SOP Siska tetap membersihkannya. Siska sibuk membersihkan kamar tersebut. Waktu menunjukan pukul sebelas malam. Dia tidak menyadari jika pemilik kamar memasuki kamar tersebut dalam keadaan mabuk dan meracau tidak jelas.

"Gue kecewa ... kenapa dia sih yang harus loe pilih," celoteh pria tersebut, sambil berjalan sempoyongan.

"Maaf, Tuan, saya akan segera keluar." Siska menundukan wajah dan bersiap untuk membawa peralatannya. Namun, si pria menarik tangan Siska, membalikan badan Siska sehingga membuat Siska berada tepat di depannya.

"Abang!" kaget Siska saat mengetahui si tamu adalah Cakra cinta pertamanya dan dia telah mencintai Cakra selama enam tahun. Cakra juga saudara laki-laki dari sahabat Siska, Cheryl.

"Nabila." Dalam pikiran Cakra gadis di depannya adalah Nabila. Cakra semakin mendekati Siska, ingin menyentuh pipi Siska yang dalam penglihatan Cakra adalah Nabila, cinta pertamanya.

"Kamu, nggak benar-benar menikahkan, Bil?" racau Cakra, sambil memegang pipi Siska.

"Sadar, Bang, ini Siska, bukan Nabila," elak Siska mencoba menyingkirkan tangan Cakra dari pipinya.

🍒🍒🍒

Jangan lupa nyawer ya, besties !

Please Follow akun NT ini sekalian ig dan tik tok author ya!

Ig : lady_mermad

Tiktok : lady_mermad

Terpopuler

Comments

NandhiniAnak Babeh

NandhiniAnak Babeh

masuk aaah.. lanjutan si bibil dkk nih 🤭🤭🤭

2023-01-05

1

Juli Mahtin

Juli Mahtin

mulai dari awal lagi

2023-01-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!