Di kamar president suite, dengan desain mengutamakan kombinasi antara keanggunan dan kesederhanaan yang membius para pengunjungnya.
Sebuah kasur besar terlentang di tengah ruangan, di belakangnya terlihat sebuah lukisan terpajang vertikal. Sebuah sofa panjang diletakkan di bawah kaki ranjang, dengan meja bulat modern di depannya. Lampu menggaris kotak menghiasi langit.
Kamar tersebut berlantaikan vinyl berwarna coklat. Di sisi kiri terdapat sofa berwarna cream dan meja bulat minimalis.
Cakra terbangun karena cahaya matahari yang menembus ke dalam kamar president suite tersebut. Kamar yang biasa dia tempati jika sedang tidak ingin pulang ke rumah. Cakra mengernyitkan mata karena cahaya itu.
Cakra mencoba bangkit, namun kepalanya sangat pusing. Dia duduk di tepi ranjang, sinar matahari di depan menyapu wajah Cakra. Cakra mengeryitkan mata, menyesuaikan pandangan karena cahaya tersebut. Pemandangan kamar Cakra menampilkan gedung-gedung pencakar langit. Cakra melihat ke bawah dan dia menyadari jika tidak memakai pakaian.
Cakra mencoba mengingat apa yang terjadi? Bukannya ingat, kepala Cakra justru semakin pusing. Cakra berdiri mencari pakaiannya. Dia membuka selimut dan menemukan noda merah di sprei.
"Darah, kenapa ada darah di sprei?" gumam Cakra.
Pria itu pikir, dia terluka, ia kemudian mencari di sekujur tubuh di mana luka tersebut berada? Nihil.
"Aku tidak terluka, lalu darah apa ini?"
Cakra semakin dibuat bingung, noda merah apa itu. Cakra mengingat sesuatu, dia sadar bahwa ada seorang gadis yang membersihkan kamarnya. Apakah gadis tersebut terluka saat bekerja dan noda merah tersebut adalah darahnya?
"Mungkinkah, gadis semalam yang membersihkan kamar terluka?" terka Cakra.
Lalu bagaimana dengan kondisi Cakra yang tidak mengenakan pakaian? Apakah dia merasa kepanasan karena mabuk dan membuka sendiri pakaiannya? Yang Cakra ingat dia kecewa saat Cheryl, adiknya memberitahu Nabila akan menikah dengan Nathan seminggu lagi.
Hal itu membuat Cakra kecewa. Dia ke club hotel tempat dia menghabiskan waktu, melampiaskan kekecewaan dengan minum sendiri di meja bar. Kemudian memesan kamar, karena tidak memungkinkan untuk pulang. Bisa-bisa mama dan papa akan mengomelinya tanpa henti, terutama mamanya.
Cakra meminta layanan kamar agar mengantarkan pakaian untuknya. Semakin pusing memikirkan yang terjadi semalam.
"Ah, sudahlah, toh gue baik-baik saja, sebaiknya gue mandi, terasa lengket," gumam Cakra lagi.
Cakra ke restoran hotel untuk sarapan. Dia menyapukan pandangan siapa tahu bertemu orang yang dikenal. Lebih kepada keinginannya untuk bertemu Nabila di sini.
Entah apa yang terjadi semalam? Sehingga membuat Cakra kelaparan pagi ini. Dia makan dengan lahap.
Cakra menuju kantor. Sekalipun telat, lebih baik tetap masuk daripada diomelin papanya.
Cakra baru satu tahun belajar mengelola bisnis dengan papa sebagai mentornya. Setelah lulus kuliah Cakra memang langsung terjun ke bisnis keluarga karena memang dia dipersiapkan untuk meneruskan usaha keluarga.
Bisnis keluargannya bervariasi dari property, hotel dan show room penjualan mobil. Cakra menuju parkiran dan melajukan mobil dengan sedikit kencang. Dia tidak punya waktu untuk berlambat.
Sepanjang perjalanan Cakra masih memikirkan kejadian semalam, dia merasa seperti bermimpi bertemu Nabila dan bersama Nabila, wanita yang dia cintai. Tapi Cakra ingat kembali tidak mungkin dia bersama Nabila, lalu siapa gadis itu? Atau itu hanya mimpi karena dia kecewa. Namun, mimpi erotis tersebut seperti nyata dan Cakra menikmatinya.
Cakra masih mencoba memikirkan siapa gadis itu? Apakah aku melakukan hal tidak pantas kepada gadis itu? Dalam pikiran Cakra dia bermimpi melakukan hubungan suami istri dengan Nabila, mimpi erotis. Mimpi tersebut terasa nyata. Tapi tidak mungkin dia bersama Nabila, bisa dibunuh dia oleh Nathan, calon suami Nabila. Cakra tahu Nathan sangat posesif dan mencintai Nabila, jadi tidak akan mungkin Nathan membiarkan Nabila bersama Cakra karena Nathan tahu bahwa Cakra menyukai Nabila.
Lalu bersama siapa? Cakra mengerem mobil mendadak karena ingat sesuatu. Cakra yakin telah terjadi sesuatu. Cakra ingat gadis itu mengenalnya dan memanggilnya 'abang', artinya gadis yang dalam mimpinya adalah orang yang dikenal Cakra.
"Tapi sepertinya itu hanya mimpi, tidak usah dipikirkan" gerutu Cakra.
Dia kembali melajukan mobil menuju ke perusahaan. Mencoba melupakan kejadian aneh yang menimpanya. Papa telah menunggu Cakra.
Pria berusia dua puluh tiga tahun itu memasuki ruangan ayahnya, tadi asisten papa Cakra menghubungi Cakra. Bertanya kenapa Cakra belum di kantor. Ayahnya menyuruh Cakra segera ke ruangannya, jika telah di kantor. Tidak biasanya asisten papa menghubunginya jika bukan hal penting.
"Pa!" panggil Cakra, mengintip ruangan papanya.
Ayah Cakra sedang berbicara dengan seseorang melalui handphone. Dia memberi kode Cakra agar masuk. Cakra melangkahkan kaki memasuki ruangan papanya. Menunggu ayahnya selesai dengan orang tersebut. Cakra duduk di sofa.
"Cak, kamu akan papa tempatkan sebagai CEO di I-shine hotel," ucap papa Cakra, Candra Pragya, begitu dia menutup telepon.
"Emang udah diaquisisi hotelnya, Pa?" Cakra memang telah mengetahui bahwa keluarganya berencana membeli hotel tersebut, namun tidak secepat ini.
"Sudah, karena pemilik lama, tidak sanggup lagi mengelolanya," beber Candra. Dia melangkah menuju sofa dan duduk di hadapan putranya.
"Apa hotelnya sepi?" tebak Cakra.
"Dilihat dari daftar pengunjung, hotel tersebut masih memiliki pelanggan setia, tapi tidak banyak lagi. Kamu tahukan? Seperti yang pernah papa jelaskan, bagaimana kondisi hotel tersebut?"
"Ya, aku ingat, Pa," aku Cakra.
"Tugasmu untuk menjadikannya kembali menghasilkan pundi-pundi rupiah. Management harus dibenahi" tambah Candra.
"Siap, Pa. Jadi kapan Cakra mulai?" tanya Cakra antusias. Dia memang telah lama ingin membuktikan diri kepada papanya bahwa dia bisa menjalankan perusahaan, tanpa didampingi sang ayah.
"Kita masih harus menunggu, setidaknya satu bulan untuk serah terima," jelas Candra lagi.
"Bagaimana dengan karyawannya, Pa?" Cakra sengaja bertanya agar dia tidak salah mengambil langkah nantinya.
"Untuk karyawan, Papa serahkan padamu, jika masih layak dipertahankan, silahkan dilanjutkan, namun jika tidak selesaikan," titah Candra.
Cakra mengerti dengan maksud ayahnya. Itu artinya PR bagi Cakra untuk melihat karyawan yang yang benar-benar berpotensi. Cakra berencana akan terjun langsung menilai kinerja mereka.
"Kenapa kamu tidak pulang ke rumah dan terlambat ke kantor?" Pertanyaan yang dari tadi dihindari Cakra, akhirnya ditanyakan juga oleh ayahnya.
"Aku ada acara bersama teman, Pa. Maklum anak muda." Cengir Cakra. Bagaimanapun, dia tidak mau membuat orang tuanya khawatir. Apa lagi jika sampai papanya tahu, dia mabuk karena wanita. Bisa dianggap masih labil Cakra.
"Nginap di mana?"
"I-shine," balas Cakra.
"Ingat, kamu calon penerus perusahaan keluarga, jangan melakukan hal-hal yang dapat mempermalukan keluarga," anjur Candra.
"Papa tenang aja," dalih Cakra mantap.
Cakra memang melupakan kejadian semalam karena dia berpikir itu hanya mimpi.
🍒🍒🍒
Jangan lupa nyawer ya, besties !
Please Follow akun NT ini sekalian ig dan tik tok author ya!
Ig : lady_mermad
Tiktok : lady_mermad
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments