NovelToon NovelToon

Korban Cinta Pertama

Pertemuan Kembali

Bunyi alarm membangunkan Siska dari tidur lelapnya. Dia mematikan alarm, masih mengantuk. Namun, dia harus segera bangun. Siska turun dari ranjang dan segera menuju kamar mandi.

Siska mengenakan pakaian biasa karena seragamnya ada di hotel. Ya Siska bekerja sebagai house keeper di sebuah hotel.

Setelah menyapukan make up minimalis ke wajahnya. Siska mengambil tas dan menuju ruang makan.

"Mama, Siska berangkat ya," ucap Siska kepada mamanya yang masih memakan sarapannya. Siska mencium pipi mamanya.

"Hari ini, Siska gajian, nanti malam kita makan di luar ya," beritahu Siska lagi. Mama hanya mengangguk. Sejak papa meninggal dan kebangkrutan keluarga mereka. Mama memang lebih pendiam dan hidup diantara dua kondisi.

"Hati-hati, tidak usah berlari," ujar Mamanya.

Siska mengambil tasnya yang dia letakan di kursi makan dan melangkah keluar rumah kontrakan. Mama yang telah selesai makan mengikuti Siska ke luar rumah.

"Bye, Ma." Siska menghidupkan motor. Mama melambaikan tangannya.

Hari ini begitu cerah, Matahari bersinar tidak terlalu terik, dan cuaca pun tidak panas. Hari ini adalah hari gajian, membuat Siska lebih semangat lagi. Siska membutuhkan uang untuk biaya hidupnya dan keluarganya. Pemilik rumah kontrakan telah berkali-kali memberi peringatan kepada Siska untuk segera membayar, jika tidak maka Siska dan ibunya akan diusir dari rumah. Beruntung untuk kuliah Siska mendapatkan beasiswa.

Siapa yang akan menyangka roda kehidupan akan bergerak dengan cepat, membuat kehidupan nyaman Siska menjadi porak poranda. Siska yang merupakan putri yang dimanja oleh papa menjelma menjadi gadis tangguh dan menjadi tulang punggung keluarganya, pasca kebangkrutan perusahaan papanya.

Tidak ada yang bisa menjamin takdir, karena dengan sekejap mata sang pencipta bisa membalikannya. Bersyukur Siska menjadi gadis tegar dan mengambil alih keadaan dengan sabar.

Akibat kebangkrutan tersebut, ayah Siska tidak sanggup menanggung beban dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Ibu yang juga depresi, namun tidak melakukan seperti apa yang dilakukan oleh ayahnya.

Alhasil Siska membujuk dan membuat ibunya nyaman, ibu Siska berada didua dunia, kadang pikirannya merasa dia masih nyonya besar, kadang dia sadar jika bukan lagi nyonya besar. Keadaan mama yang sadar bahwa mereka telah bangkrut ini yang Siska takutkan karena mama pasti akan depresi berat dan siska takut jika ibunya bunuh diri.

Siska mengendarai sepeda motor yang dia beli dengan cara mencicil. Siska menuju tempat kerjanya sebuah hotel bintang lima di Jakarta. Hampir dua tahun Siska bekerja di sana.

Siska menerima pesan dari Nabila, bahwa dia akan mengadakan resepsi pernikahan dan ingin mengantar langsung undangannya kepada Siska. Siska membalas pesan cukup mengirim undangan via whatsapp saja. Siska memang belum memberitahu kepada sahabat-sahabatnya kondisi keluarganya. Seminggu lagi Nabila akan menikah. Siska meletakan ponsel di loker dan mengganti bajunya dengan seragam house keeper.

Sebelum bekerja mereka briefing terlebih dahulu, supervisor Siska, wanita berusia empat puluh tahun, bernama Adelia.

"Veronica tidak masuk untuk shift malam karena anaknya sakit, ada yang bisa menggantikannya?" tanya Adelia sebelum menutup briefing.

Semua diam tidak ada yang ingin mengambil tanggung jawab itu. Siska ingin menggantikan namun dia telah berjanji akan menemani ibunya makan malam. Karena tidak ada yang bersedia akhirnya Adelia menunjuk seseorang saja.

"Siska, kamu lanjut shift malam," putus Adelia.

"Baik, Bu," jawab Siska dengan terpaksa, dia harus membatalkan janjinya dengan sang ibu.

Briefing berakhir, Siska bekerja seperti biasa. Setelah semua pekerjaan dilakukan Siska, dia istirahat sebentar. Siska mengeluarkan roti yang ada di tasnya, bersyukur tadi pagi Siska membeli roti untuk cemilan.

"Sis, bersihkan kamar president suite no 1001," perintah manager yang keluar dari ruangannya menuju ke tempat Siska.

"Baik, Pak." Siska langsung menelan roti dengan cepat dan meminum air mineral di botol yang memang selalu dibawanya. Siska mengambil peralatan kebersihannya dan menuju ke kamar tersebut.

"Eh, Sis bukannya shift pagi?" tanya Mila teman kerja Siska. Yang berselisih jalan dengan Siska saat menuju kamar president suite.

"Gantiin mbak Vero, dia nggak masuk, anaknya sakit," jelas Siska.

"Oh, eh, loe tahu nggak, Sis?" Mila seperti mengajak Siska bergosip.

"Nggak," balas Siska cuek.

"Nah, makanya gue mau kasih tahu ini. Kabarnya hotel ini udah dibeli sama pengusaha lain, tapi gue nggak tahu siapa? Dan sepertinya bakalan ada perombakan besar-besaran. Bisa jadi juga pengurangan karyawan," cerocos Mila.

"Ah, yang benar? Semoga bukan kita ya," harap Siska lebih kepada diri sendiri. Siska tidak bisa membayangkan jika harus dipecat. Mencari pekerjaan yang bisa diatur dengan jadwal kuliahnya sangat susah.

Siska bekerja di sini saja rekomendasi dari teman papanya. Dia kasihan melihat kondisi keluarga Siska, apa lagi papa Siska yang akhirnya memutuskan mengakhiri hidupnya.

"Gue juga berharap bukan kita, loe tahu sendiri, gue tulang punggung keluarga, sejak kedua orang tua gue meninggal. Adik-adik gue masih sekolah lagi," ucap Mila. Takut membayangkan jika dia dipecat.

Siska merasa bersyukur, dia masih memiliki mamanya. Ternyata penderitaan yang dialami Siska tidak seperti Mila yang harus banting tulang melakukan beberapa pekerjaan agar adik-adiknya bisa Sekolah dan biaya hidup mereka terpenuhi. Mila hanya tamat SMA, tidak sanggup meneruskan kuliah. Dia lebih memilih merawat adik-adiknya. Mila memiliki adik kembar, laki-laki dan perempuan.

"Kita hanya bisa berdo'a, Mil, selanjutnya kita serahkan sama yang di Atas." Siska menenangkan Mila juga dirinya.

"Eh, kelamaan ngobrol ntar gue dimarahi lagi. Gue lanjut ke kamar president suite dulu. Mau bersihin di sana," pamit Siska.

"Oh, ya udah. Semangat ya, Sis?" Mila membentuk tangan dengan tanda semangat ala-ala Korea.

Siska memasuki kamar president suit, sebenarnya kamarnya tidak terlalu kotor. Namun, sesuai SOP Siska tetap membersihkannya. Siska sibuk membersihkan kamar tersebut. Waktu menunjukan pukul sebelas malam. Dia tidak menyadari jika pemilik kamar memasuki kamar tersebut dalam keadaan mabuk dan meracau tidak jelas.

"Gue kecewa ... kenapa dia sih yang harus loe pilih," celoteh pria tersebut, sambil berjalan sempoyongan.

"Maaf, Tuan, saya akan segera keluar." Siska menundukan wajah dan bersiap untuk membawa peralatannya. Namun, si pria menarik tangan Siska, membalikan badan Siska sehingga membuat Siska berada tepat di depannya.

"Abang!" kaget Siska saat mengetahui si tamu adalah Cakra cinta pertamanya dan dia telah mencintai Cakra selama enam tahun. Cakra juga saudara laki-laki dari sahabat Siska, Cheryl.

"Nabila." Dalam pikiran Cakra gadis di depannya adalah Nabila. Cakra semakin mendekati Siska, ingin menyentuh pipi Siska yang dalam penglihatan Cakra adalah Nabila, cinta pertamanya.

"Kamu, nggak benar-benar menikahkan, Bil?" racau Cakra, sambil memegang pipi Siska.

"Sadar, Bang, ini Siska, bukan Nabila," elak Siska mencoba menyingkirkan tangan Cakra dari pipinya.

🍒🍒🍒

Jangan lupa nyawer ya, besties !

Please Follow akun NT ini sekalian ig dan tik tok author ya!

Ig : lady_mermad

Tiktok : lady_mermad

Kesucian Yang Terenggut

Gadis itu pulang ke rumah dengan perasaan hampa seakan jiwanya tercabut dari raga. Air mata terus mengalir membasahi pipinya. Tak bisa digambarkan hancurnya perasaan gadis tersebut. Orang yang dulu dia hormati dan cintai, telah menggores luka dalam dan tidak bisa disembuhkan.

Si gadis merasa tidak berharga lagi. Benci kata itu yang dapat melukiskan perasaan Siska. Jijik dan kotor tentu saja dia merasa bahwa dirinya sangat menjijikan dan kotor. Siska menuju kamar mandi, mencoba membersihkan diri dari bayangan kejadian yang menimpanya. Entah berapa kali dia mandi untuk membersihkan diri. Berharap ini semua hanya mimpi buruk, Siska berharap saat bangun, kejadian itu tidak nyata.

Siska menangis, dia tidak menyangka, jika Cakra telah berbuat tidak pantas padanya. Cakra memperkosa Siska. Dalam pikiran Cakra, Siska adalah Nabila, gadis yang dia cintai. Padahal Nabila telah menikah dengan Nathan, namun Cakra tidak mengetahuinya. Cakra hanya tahu bahwa Nabila masih berpacaran dengan Nathan dan akan menikah seminggu lagi.

Dan dengan sadis Cakra melampiaskan kekecewaannya terhadap Nabila kepada Siska.

Siska terbangun dari tidur, setelah semalam lelah menangis dan berpikir kenapa kejadian ini menimpanya? Dia bangkit dari ranjang kecilnya yang berada di kamar sempit berukuran 3 x 4 m. Kamar di rumah kontrakannya yang telah dia tempati selama hampir dua tahun pasca kebangkrutan perusahaan papanya.

Jika dibandingkan penderitaan saat papanya bangkrut, kejadian semalam lebih menyakitkan dan membuat Siska trauma. Bahkan bayang-bayangan Cakra memperlakukannya dengan kasar masih teringat jelas oleh Siska. Bagai melihat film dokumenter di hadapannya.

"Bang, sadar, ini Siska, bukan Nabila," bentak Siska, berharap Cakra mendengar perkataannya.

Bukannya berhenti Cakra justru semakin mencoba mencium paksa Siska. Dan mencoba melepaskan pakaian Siska.

"Bang, jangan," elak Siska menepis tangan Cakra yang mulai memasuki pakaiannya. Namun, Cakra justru menghempaskan tubuh Siska ke ranjang dengan kasar.

Siska menggelengkan kepala, agar tidak mengingat kejadian itu.

Tidak hanya luka fisik yang dialami Siska, namun juga trauma psikis. Dia merasa ketakutan dan kotor. Bagaimana dengan masa depannya? Sanggupkah dia kembali bekerja besok? Bagaimana jika dia bertemu lagi dengan Cakra, cinta pertama yang menghancurkannya. Apa yang harus dilakukan Siska? Dia tidak sanggup untuk bertemu Cakra lagi.

Menghindar itu akan sangat susah, mengingat lingkup pertemanannya, pasti ada saatnya dia bertemu Cakra.

"Sis, udah bangun?" tanya ibu Siska sambil mengetuk pintu kamar Siska.

Sang ibu merasa heran, tidak biasanya putri semata wayangnya bangun siang. Siska selalu bangun pagi sekali bahkan sebelum ayam berkokok. Menyiapkan sarapan untuk mereka. Ibu Siska pikir, mungkin karena Siska bekerja sampai shift malam dan dia kelelahan, makanya terlambat bangun.

"Iya, Ma, bentar lagi Siska keluar." jawab Siska. Dia menuju kamar mandi, kembali membersihkan diri berlama-lama. Semakin dibersihkan, Siska semakin ingat dengan kejadian malam naas itu.

Siska menatap diri di cermin, mata sembab bekas tangisan, lingkaran hitam karena kurang tidur. Sedikit memar, akibat tamparan Cakra serta memar-memar lain dibagian tubuhnya. Siska berpikir bagaimana menutupi wajahnya. Luka ditubuhnya bisa dia tutupi dengan pakaian, namun wajah?

Siska menutupi memar wajah dengan sedikit make up. Dia tidak mau ibunya mengetahui apa yang terjadi kepada putrinya. Jika kebangkrutan ayahnya saja membuat ibunya depresi, apalagi, jika dia mengetahui bahwa putrinya telah diperkosa? Pasti hal itu akan membuat dia shock.

Siska tidak mau jika, ibunya sampai bunuh diri, seperti ayahnya. Hanya ibu yang dimiliki Siska. Siska rela menyerahkan hidupnya, agar ibunya kembali bahagia seperti dulu lagi. Saat mereka masih menjadi keluarga kaya dan hidup mewah, tanpa perlu Siska bekerja keras.

Siska memandang wajahnya yang terpantul di cermin yang berada di depannya. Siska puas dengan hasil make upnya, setidaknya ibunya tidak akan mengetahui, apa yang telah dia alami.

Siska melangkah keluar kamar, dia menuju meja makan kecil dengan tiga kursi. Ibu Siska kadang merasa suaminya masih ada. Seperti hari ini dia menyiapkan sarapan nasi goreng untuk tiga orang.

Sewaktu papa Siska masih hidup, ibunya memang sering membuat sarapan pagi. Meskipun di rumah mereka telah ada yang memasak. Semua pekerjaan rumah telah di kerjakan oleh asisten rumah tangga mereka. Ibu Siska, hanya melakukan hal-hal yang disukainya, seperti memasak dan merawat tanaman.

Di rumah mereka, ibu Siska memiliki rumah kaca. Di sana dia menghabiskan waktu menekuni hobbynya. Sedangkan sejak di tinggal di kontrakan, mereka hanya punya kebun minimalis.

Siska menatap ibunya, semoga dia kuat menanggung beban ini. Siska tahu Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada umatNya, jika umatNya tidak sanggup. Siska hanya bisa pasrah, semoga kejadian itu membuat dia lebih dewasa lagi dan sabar.

"Mama, maaf." ucap Siska ambigu, maaf karena dia tidak bisa menjaga diri serta maaf tidak menepati janji kemarin.

Widia, ibu Siska, memandang wajah putrinya dengan bingung. Dia dapat merasakan kesedihan yang dialami gadis kecilnya. Widia berpikir apa yang terjadi dengan putrinya? Kenapa dia meminta maaf?

"Maaf karena acara jalan-jalan kita kemarin batal," elak Siska, dia tahu jika ibunya bingung dan Siska tidak ingin ibunya merasakan kesedihannya. Seorang ibu pasti dapat merasakan kesedihan dan kesakitan yang dialami anaknya. Tidak peduli jika anaknya telah dewasa. Instingnya sangat peka.

"Tidak apa-apa, Sayang. Mama mengerti." Widia tersenyum kepada Siska. Meskipun dia tidak tahu apa yang menimpa putrinya. Tapi, dia berharap putrinya tetap tegar.

"Ya ampun ... Mama lupa ... maafkan Mama, Sayang." Kesadaran Widia kembali, dia mengambil piring yang berisi nasi goreng satu lagi. Nasi goreng untuk suaminya. Apakah ini yang membuat Siska bersedih? Karena dirinya masih belum bisa menerima kepergian suaminya?

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan hari ini saja?" tawar Siska mengalihkan perhatian ibunya tentang nasi goreng tersebut. Siska tahu ibunya pasti merasa tidak enak. Ibu memang masih bingung dengan kehidupan mereka, sekalipun ini telah berlangsung selama dua tahun.

"Baiklah, Mama akan membersihkan peralatan bekas masak dan sarapan kita," balas Widia, dia kemudian mencuci piring dan peralatan makan.

Siska bingung harus melakukan apa? Jadwal kuliahnya hari ini jam sepuluh pagi. Akhirnya Siska menyibukan diri dengan membersihkan rumahnya. Dia butuh pengalih perhatian atas masalah yang dihadapinya.

"Siska, apa yang kamu lakukan, Sayang?" heran Widia, saat melihat Siska membersihkan rumah. Widia tahu bahwa Siska pasti kecapekan karena mengambil dua shift kemarin. Siska hanya menatap ibunya bingung?

"Biar Mama saja yang membersihkannya," usul Widia lagi.

"Nggak pa-pa, Ma, Siska hanya mencari kesibukan sebelum ke kampus," tolak Siska.

"Apa kamu tidak capek, Sayang? Kemarin kamu bekerja dua shift," balas Siska berbohong, padahal dia lelah sekali, apalagi pikirannya. Sangat lelah.

🍒🍒🍒

Jangan lupa nyawer ya, besties !

Please Follow akun NT ini sekalian ig dan tik tok author ya!

Ig : lady_mermad

Tiktok : lady_mermad

Noda Merah

Di kamar president suite, dengan desain mengutamakan kombinasi antara keanggunan dan kesederhanaan yang membius para pengunjungnya.

Sebuah kasur besar terlentang di tengah ruangan, di belakangnya terlihat sebuah lukisan terpajang vertikal. Sebuah sofa panjang diletakkan di bawah kaki ranjang, dengan meja bulat modern di depannya. Lampu menggaris kotak menghiasi langit.

Kamar tersebut berlantaikan vinyl berwarna coklat. Di sisi kiri terdapat sofa berwarna cream dan meja bulat minimalis.

Cakra terbangun karena cahaya matahari yang menembus ke dalam kamar president suite tersebut. Kamar yang biasa dia tempati jika sedang tidak ingin pulang ke rumah. Cakra mengernyitkan mata karena cahaya itu.

Cakra mencoba bangkit, namun kepalanya sangat pusing. Dia duduk di tepi ranjang, sinar matahari di depan menyapu wajah Cakra. Cakra mengeryitkan mata, menyesuaikan pandangan karena cahaya tersebut. Pemandangan kamar Cakra menampilkan gedung-gedung pencakar langit. Cakra melihat ke bawah dan dia menyadari jika tidak memakai pakaian.

Cakra mencoba mengingat apa yang terjadi? Bukannya ingat, kepala Cakra justru semakin pusing. Cakra berdiri mencari pakaiannya. Dia membuka selimut dan menemukan noda merah di sprei.

"Darah, kenapa ada darah di sprei?" gumam Cakra.

Pria itu pikir, dia terluka, ia kemudian mencari di sekujur tubuh di mana luka tersebut berada? Nihil.

"Aku tidak terluka, lalu darah apa ini?"

Cakra semakin dibuat bingung, noda merah apa itu. Cakra mengingat sesuatu, dia sadar bahwa ada seorang gadis yang membersihkan kamarnya. Apakah gadis tersebut terluka saat bekerja dan noda merah tersebut adalah darahnya?

"Mungkinkah, gadis semalam yang membersihkan kamar terluka?" terka Cakra.

Lalu bagaimana dengan kondisi Cakra yang tidak mengenakan pakaian? Apakah dia merasa kepanasan karena mabuk dan membuka sendiri pakaiannya? Yang Cakra ingat dia kecewa saat Cheryl, adiknya memberitahu Nabila akan menikah dengan Nathan seminggu lagi.

Hal itu membuat Cakra kecewa. Dia ke club hotel tempat dia menghabiskan waktu, melampiaskan kekecewaan dengan minum sendiri di meja bar. Kemudian memesan kamar, karena tidak memungkinkan untuk pulang. Bisa-bisa mama dan papa akan mengomelinya tanpa henti, terutama mamanya.

Cakra meminta layanan kamar agar mengantarkan pakaian untuknya. Semakin pusing memikirkan yang terjadi semalam.

"Ah, sudahlah, toh gue baik-baik saja, sebaiknya gue mandi, terasa lengket," gumam Cakra lagi.

Cakra ke restoran hotel untuk sarapan. Dia menyapukan pandangan siapa tahu bertemu orang yang dikenal. Lebih kepada keinginannya untuk bertemu Nabila di sini.

Entah apa yang terjadi semalam? Sehingga membuat Cakra kelaparan pagi ini. Dia makan dengan lahap.

Cakra menuju kantor. Sekalipun telat, lebih baik tetap masuk daripada diomelin papanya.

Cakra baru satu tahun belajar mengelola bisnis dengan papa sebagai mentornya. Setelah lulus kuliah Cakra memang langsung terjun ke bisnis keluarga karena memang dia dipersiapkan untuk meneruskan usaha keluarga.

Bisnis keluargannya bervariasi dari property, hotel dan show room penjualan mobil. Cakra menuju parkiran dan melajukan mobil dengan sedikit kencang. Dia tidak punya waktu untuk berlambat.

Sepanjang perjalanan Cakra masih memikirkan kejadian semalam, dia merasa seperti bermimpi bertemu Nabila dan bersama Nabila, wanita yang dia cintai. Tapi Cakra ingat kembali tidak mungkin dia bersama Nabila, lalu siapa gadis itu? Atau itu hanya mimpi karena dia kecewa. Namun, mimpi erotis tersebut seperti nyata dan Cakra menikmatinya.

Cakra masih mencoba memikirkan siapa gadis itu? Apakah aku melakukan hal tidak pantas kepada gadis itu? Dalam pikiran Cakra dia bermimpi melakukan hubungan suami istri dengan Nabila, mimpi erotis. Mimpi tersebut terasa nyata. Tapi tidak mungkin dia bersama Nabila, bisa dibunuh dia oleh Nathan, calon suami Nabila. Cakra tahu Nathan sangat posesif dan mencintai Nabila, jadi tidak akan mungkin Nathan membiarkan Nabila bersama Cakra karena Nathan tahu bahwa Cakra menyukai Nabila.

Lalu bersama siapa? Cakra mengerem mobil mendadak karena ingat sesuatu. Cakra yakin telah terjadi sesuatu. Cakra ingat gadis itu mengenalnya dan memanggilnya 'abang', artinya gadis yang dalam mimpinya adalah orang yang dikenal Cakra.

"Tapi sepertinya itu hanya mimpi, tidak usah dipikirkan" gerutu Cakra.

Dia kembali melajukan mobil menuju ke perusahaan. Mencoba melupakan kejadian aneh yang menimpanya. Papa telah menunggu Cakra.     

Pria berusia dua puluh tiga tahun itu memasuki ruangan ayahnya, tadi asisten papa Cakra menghubungi Cakra. Bertanya kenapa Cakra belum di kantor. Ayahnya menyuruh Cakra segera ke ruangannya, jika telah di kantor. Tidak biasanya asisten papa menghubunginya jika bukan hal penting.

"Pa!" panggil Cakra, mengintip ruangan papanya.

Ayah Cakra sedang berbicara dengan seseorang melalui handphone. Dia memberi kode Cakra agar masuk. Cakra melangkahkan kaki memasuki ruangan papanya. Menunggu ayahnya selesai dengan orang tersebut. Cakra duduk di sofa.

"Cak, kamu akan papa tempatkan sebagai CEO di I-shine hotel," ucap papa Cakra, Candra Pragya, begitu dia menutup telepon.

"Emang udah diaquisisi hotelnya, Pa?" Cakra memang telah mengetahui bahwa keluarganya berencana membeli hotel tersebut, namun tidak secepat ini.

"Sudah, karena pemilik lama, tidak sanggup lagi mengelolanya," beber Candra. Dia melangkah menuju sofa dan duduk di hadapan putranya.

"Apa hotelnya sepi?" tebak Cakra.

"Dilihat dari daftar pengunjung, hotel tersebut masih memiliki pelanggan setia, tapi tidak banyak lagi. Kamu tahukan? Seperti yang pernah papa jelaskan, bagaimana kondisi hotel tersebut?"

"Ya, aku ingat, Pa," aku Cakra.

"Tugasmu untuk menjadikannya kembali menghasilkan pundi-pundi rupiah. Management harus dibenahi" tambah Candra.

"Siap, Pa. Jadi kapan Cakra mulai?" tanya Cakra antusias. Dia memang telah lama ingin membuktikan diri kepada papanya bahwa dia bisa menjalankan perusahaan, tanpa didampingi sang ayah.

"Kita masih harus menunggu, setidaknya satu bulan untuk serah terima," jelas Candra lagi.

"Bagaimana dengan karyawannya, Pa?" Cakra sengaja bertanya agar dia tidak salah mengambil langkah nantinya.

"Untuk karyawan, Papa serahkan padamu, jika masih layak dipertahankan, silahkan dilanjutkan, namun jika tidak selesaikan," titah Candra.

Cakra mengerti dengan maksud ayahnya. Itu artinya PR bagi Cakra untuk melihat karyawan yang yang benar-benar berpotensi. Cakra berencana akan terjun langsung menilai kinerja mereka.

"Kenapa kamu tidak pulang ke rumah dan terlambat ke kantor?" Pertanyaan yang dari tadi dihindari Cakra, akhirnya ditanyakan juga oleh ayahnya.

"Aku ada acara bersama teman, Pa. Maklum anak muda." Cengir Cakra. Bagaimanapun, dia tidak mau membuat orang tuanya khawatir. Apa lagi jika sampai papanya tahu, dia mabuk karena wanita. Bisa dianggap masih labil Cakra.

"Nginap di mana?"

"I-shine," balas Cakra.

"Ingat, kamu calon penerus perusahaan keluarga, jangan melakukan hal-hal yang dapat mempermalukan keluarga," anjur Candra.

"Papa tenang aja," dalih Cakra mantap.

Cakra memang melupakan kejadian semalam karena dia berpikir itu hanya mimpi.

🍒🍒🍒

Jangan lupa nyawer ya, besties !

Please Follow akun NT ini sekalian ig dan tik tok author ya!

Ig : lady_mermad

Tiktok : lady_mermad

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!